Gadis Dollar
" Mataku berkedip sekali, tapi rasanya penatku seolah berlari ribuan mil. Jangan kira danau yang tenang, karena bisa saja ada putaran mematikan di dalamnya. Jangan pula kira ombak indah di atas laut, sebab bisa saja berubah menjadi tsunami sewaktu-waktu. Aku pikir hujan pun begitu menyenangkan, sampai gemericik air itu membawa kenangan yang menyakitkan. Di sini, di dalam hati... ada yang masih saja mengganjal meski delapan tahun sudah berlalu ".
Di kutip dari arsip pribadi Ratna Mangalih.
* * *
" Ini uang kembaliannya, terimakasih telah berbelanja di toko kami " ujar kasir itu tak lupa dengan senyum yang sudah ia latih.
Sedang sang pembeli sedikit pun tak membalas senyum itu, dengan dingin diambilnya tas belanjaan setelah memasukan uang kembalian ke dalam dompet.
Hhhhhhh
" Senyum dikit ke! " celetuk seorang penjaga toko yang sedang membersihkan lantai.
" Hmm, mungkin dia lagi datang bulan kali " ujar kasir itu tersenyum geli.
" Ayo na! " ajak seorang pegawai lain yang sudah mengenakan jaket dan membawa tas.
" Ratna dan Irma, bener kata pak satpam kalian ini kayak saudara kembar. Kemana-mana jalan berdua, pakai pakaian pun sama juga yang lebih aneh kenapa kalian selalu kena shift bareng juga "
" Entah! aku juga heran, mungkin di kehidupan sebelumnya kami memang kembar " gurau Irma.
" Ngaco! udahlah yu pulang, aku lapar... " sergah Ratna.
" Ya udah, kita pulang duluan ya... " teriak Irma yang sampai terdengar ke meja ujung.
Dengan mengendarai motor metik kesayangannya seperti biasa Irma memberi tumpangan kepada Ratna untuk pulang ke kontrakannya, setelah tiba di sana mereka memutuskan untuk memesan makanan dan makan bersama.
" Cincin baru ya Ir? ko gak di pakai di tangan? " tanya Ratna yang tak sengaja melihat kalung yang menggantung di leher Irma.
" Oh ini, cincinnya kekecilan jadi aku pakai dengan cara ini " jawabnya sambil memeriksa leher.
" Pacar kamu yang beliin? "
" Bukan beli, tapi hadiah "
" Hadiah dari mana? " tanya Ratna penasaran.
" Snack yang harga lima ratus ".
Hahahaha
" Jangan ngawur! jaman sekarang mana ada snack berhadiah " ujar Ratna tertawa geli.
" Dia dapat waktu masih kecil, ya... sekitaran kelas lima SD kali ".
Wajah Ratna perlahan kehilangan senyum, sambil beranjak dia berkata.
" Gak modal banget pacarmu, masa ngasih cincin begituan "
" Awalnya aku juga kesel, tapi setelah dengar ceritanya aku baru paham kalau benda ini sangat berharga buat dia "
" Emang berapa harganya? " olok Ratna.
" Ini cincin yang niatnya mau dia kasih ke cinta pertamanya, tapi karena di tolak akhirnya dia simpan terus sampai akhirnya ketemu sama aku. Aku bahkan gak nyangka pacar ku pernah di tolak, dan dia juga bilang cinta pertamanya itu adalah gadis pertama yang nolak dia " ujar Irma bercerita.
" Begitu ya " balas Ratna pelan.
" Permisi... " teriak seseorang di luar.
" Oh kayaknya itu kurirnya " ujar Irma yang segera beranjak.
Tak lama kemudian ia kembali dengan dua bungkus makanan, dengan sigap Ratna menyiapkan meja kecil untuk menaruh semua makanan itu.
" Lalu kapan rencananya kamu bakal ngenalin pacar mu itu? " tanya Ratna sambil membuka bungkusan.
" Um....entah, dia masih sibuk kerja. Tapi rencananya minggu besok dia mau ngajak aku ketemu keluarganya di kampung, sebelum berangkat aku usahain kalian ketemu dulu "
" Wah, kalian udah mau serius? " tanya Ratna lebih penasaran lagi.
Irma menjawab dengan senyum yang tak bisa ia tutupi, kedua sahabat itu tertawa bersama ikut merasakan kebahagiaan.
" Eh Na, ada gunting gak? " tanya Irma yang sedari tadi susah membuka ikatan.
" Di dalam laci ".
Irma beranjak dari tempat duduknya, membuka laci untuk mengambil benda yang ia cari tapi tak hanya gunting yang ia temukan. Di sana pun ada sebuah potret yang cukup menarik perhatiannya.
" Ini siapa Na? " tanyanya penasaran.
" Coba lihat! " seru Ratna menoleh.
Wajahnya mendadak serius tatkala menatap sebuah potret yang di tunjukkan Irma, dalam potret itu terdapat foto tiga anak kecil laki-laki dan satu anak kecil perempuan. Sebuah ingatan muncul dalam kepalanya menampakkan kenangan masa lalu, masa dimana ia melewati semua duka cita.
* * *
Dua belas tahun yang lalu...
Air mata tak pernah habis keluar dari kelopak matanya meski berhari-hari sudah ia menangis, dalam dekapannya seorang wanita yang ia panggil ibu terbaring tanpa daya. Kulitnya memucat dengan bibir yang kering, di saat-saat terakhir ia bisa merasakan kaki ibunya mulai mendingin.
" Rat.... na.... " panggil ibunya lemah.
" Ratna di sini bu, di samping ibu " jawabnya masih dengan berderai air mata.
" Dengarkan ibu nak... mulai sekarang.... jangan pernah... menundukkan kepalamu... kepada... siapa pun...., pulanglah.... ke ayahmu... ".
Kata-kata lemah itu hampir tak terdengar, bahkan di detik kemudian nafas itu sudah hilang. Sebuah teriakan pilu menandakan seorang anak baru saja menjadi piatu.
Untuk beberapa hari tak ada yang mengusiknya, ia larut dalam kesedihan tanpa ada seorang pun yang mengusap kepalanya. Hingga akhirnya sampai di hari ke tujuh setelah pemakaman bibinya datang kepada ayah tirinya untuk membicarakan masa depannya.
" Saya tidak keberatan Ratna tinggal di sini, dia sudah saya anggap sebagai anak kandung saya sendiri. Lagi pula biar Sari ada temannya " ujar pria itu.
" Saya minta maaf sudah merepotkan, andai bisa pasti Ratna saya bawa tinggal bersama saya " ujar wanita itu.
" Saya mengerti, tidak perlu sungkan hehe ".
Tawa kecil itu menyadarkan Ratna untuk mengangkat kepalanya, dengan mata yang merah dan sembab ia dapat melihat ekspresi Sari sang saudari tiri yang tersenyum licik.
" Tidak! Ratna tidak mau tinggal di sini! " teriaknya tiba-tiba.
" Ratna... sayang... " panggil wanita itu bingung.
" Bibi... tolong antar Ratna ke ayah, Ratna mau tinggal saja dengan ayah. Itu juga permintaan terakhir ibu " ujarnya.
Wanita itu saling menatap dengan ayah tirinya, meski bingung harus berbuat apa atau bicara apa tapi pada akhirnya wanita itu mengabulkan permintaannya.
" Bibi sudah kasih tahu ayah kamu, dengar! bibi hanya bisa antar kamu sampai sini saja. Setelah bis ini sampai di terminal tunggu ayah kamu jemput, sudah lama kamu gak pulang ke rumah ayahmu nanti kamu nyasar kalau jalan sendiri "
" Aku mengerti " jawab Ratna pelan.
" Ya sudah cepat sana naik, sebentar lagi bisnya mau jalan ".
Dengan senyuman kecil wanita itu mengantar kepergian Ratna kembali ke kampung halamannya, dari balik kaca jendela bis Ratna melambaikan tangan sampai bibinya tak kelihatan lagi.
Usianya yang sudah menginjak empat belas tahun dapat di katakan bahwa ia bukanlah anak kecil lagi, tapi di usia itu tetap saja kehilangan seorang ibu bukanlah hal yang mudah.
Seolah kehilangan rumah untuk bernaung, ia tak tahu kemana ia akan pergi. Setelah ini mungkin ayahnya bisa menjadi obat kesedihan, tapi ia juga tak terlalu yakin sebab lima tahun sudah ia tak bertemu ayahnya.
Entah apa yang akan terjadi padanya nanti, untuk saat ini ia tak perduli karena yang penting ia bisa keluar dari rantai neraka yang selama ini membelenggunya.
Tepat pukul tiga sore bis sudah sampai di tujuan, sesuai perintah bibinya Ratna menunggu di depan terminal agar ayahnya bisa langsung melihatnya tanpa repot mencari.
Satu jam berlalu, angin mulai terasa dingin dan ia belum juga bertemu ayahnya. Dua jam kemudian, ia masih berdiri di sana dengan perut yang mulai lapar. Tiga sampai empat jam pun berlalu begitu saja, entah apa yang terjadi pada ayahnya tapi menunggu bukanlah pekerjaan yang mudah.
Akhirnya ia memberanikan diri untuk melangkah, ini adalah kota kelahirannya ia yakin semua akan baik-baik saja. Mengandalkan ingatan yang samar-samar ia menyusuri jalan sambil melihat dengan teliti.
Seingatnya rumahnya memang agak jauh dari terminal bis, ia harus menggunakan angkutan umum untuk sampai. Tapi di hari yang mulai larut itu ia tak menemukan satu angkutan umum pun yang menuju tempat tinggalnya.
Tap Tap Tap
Setiap langkahnya semakin berat dengan tas berat di punggungnya, bahkan hatinya juga ikut berdebar kencang. Namun bukan karena lelah, melainkan karena perasaan was-was.
Dari kaca sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan ia melihat dengan lebih teliti, nampaklah penyebab perasaan yang tak nyaman. Itu merupakan seorang pria dewasa dengan topi dan jaket hitam, mencuri pandang sambil mengawasi sekitar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Melldy-iZora
semangat kak
2021-11-19
0