" Um... yummy... masakan nenek emang selalu enak! " ujar Jimy mengambil lagi satu paha ayam yang tersisa.
" Aku setuju! ah.... sudah lama aku tidak makan seenak ini " balas Ratna mengingat bagaimana ia menghabiskan waktu lima tahun tanpa menikmati makanan.
" Jadi, dimana kalian sekolah? apa kalian sekolah di tempat yang sama? " tanyanya yang tak ingin kembali larut dalam kesedihan.
" Hmm, bahkan kami satu kelas " jawab Ardi.
" Benarkah? astaga....kalian benar-benar tidak terpisahkan "
" Kau sendiri, bagaimana dengan sekolahmu? kau akan pindah ke sekolah mana? " tanya Jimy.
" Entahlah, aku belum bicara dengan ayahku " akuinya.
" Saat kecil kami begitu dekat tapi setelah lima tahun berlalu tanpa pernah berjumpa, tiba-tiba aku kembali dalam keadaan seperti ini... rasanya aku seperti orang asing " lanjutnya.
Entah apa sebab kecanggungan antara ayah dan anak itu, Ratna selalu merasa sikapnya tak pernah berubah hanya saja ia akui memang ia tak bawel seperti dulu. Mungkin itu akibat tekanan yang ia alami selama ini, ayahnya juga seolah memperlakukannya sebagai tamu.
" Hei kau punya handphone? " tanya Jimy tiba-tiba.
" Kenapa? apa kau punya? " tanya balik Ratna.
Jimy tersenyum dan mengeluarkan sebuah handphone baru dari dalam sakunya.
Waahhh......
Kekaguman nampak jelas di raut wajah ketiga sahabat itu.
" Apa ini keluaran terbaru? " tanya Amus.
" Aku juga kurang tahu, tapi kakak ku yang membelikannya. Ini adalah hadiah dari gaji pertamanya "
" Ah kau sangat beruntung, kau punya kakak yang baik " ujar Ratna iri.
" Hei... kita menuju masa milenial, kita harus memiliki barang-barang seperti ini " ujar Jimy.
" Kau benar, hampir semua teman kelas kita memilikinya " ucap Ardi setuju.
Hhhhhhhh
" Jangankan handphone Sony Ericsson atau Nokia, Nintendo pun aku tak punya " keluh Ratna.
" Jangan sedih kau bukan satu-satunya yang miskin di sini " ujar Ardi sambil menepuk pundak Ratna.
" Bisakah kita bermain kelereng seperti dulu? atau membuat pedang dengan pelepah pisang? jujur aku merindukan hal itu ".
Hahahahah
Ucapan Ratna itu tentu mengundang tawa mereka semua, lima tahun sudah berlalu dan kini mereka baru saja duduk di kelas tiga SMP.
Tahun 1995 pasangan suami istri membawa bayi ke rumah mereka dan memberitahu bahwa nama bayi itu adalah Amus Ali Asegaf putra sulung mereka, di tahun yang sama bulan Mei dengan bantuan dukun beranak lahir seorang putri di rumah yang di beri nama Ratna Mangalih.
Tiga bulan kemudian tangisan seorang bayi di tengah malam memberitahu dunia bahwa anak kedua dari pasangan suami istri telah lahir dengan nama yang cukup singkat yaitu Jimy. Di akhir tahun dari pasangan suami istri yang sudah 10 tahun menanti kehadiran buah hati akhirnya lahirlah bayi tampan dan di beri nama Ardi Saputra.
Empat anak lahir di tahun yang sama dan bertetangga membuat ke empat anak itu menjadi teman masa kecil, meski samar tapi Ratna ingat saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Amus yang rumahnya paling pojok pagi-pagi sekali akan berteriak di depan rumahnya dan mengajaknya pergi ke sekolah bersama, setelah itu orangtua Ardi dan Jimy akan memintanya untuk mengikutsertakan Ardi dan Jimy agar mereka ada teman di jalan.
Setelah pulang sekolah waktu luang yang mereka punya akan di habiskan dengan bermain, entah itu petak umpet, main bola, kelereng, atau peperangan dengan menggunakan senjata yang mereka buat sendiri.
Ratna satu-satunya anak perempuan di sana tak pernah keberatan jika harus mengikuti permainan anak laki-laki, meski terkadang ia terluka dan merepotkan semua orang.
" Hei apa pohon asam di dekat rumah kosong masih ada? dulu kita sangat suka mengambil asam yang bertebaran di tanah " ujar Ratna teringat masa kecil.
" Sudah di tebang, bahkan rumah kosong itu juga sudah di ratakan. Ada pembangunan proyek di sana, jika tak salah akan di buat perumahan " jawab Ardi.
" Ah sayang sekali, padahal aku ingin pergi ke sana "
" Kau mau apa? " tanya Amus heran.
" Aku ingin buah asam "
" Ha.... kau tinggal beli di pasar "
" Itu beli! aku ingin gratis! "
" Kau cari di dapur ku " tukas Amus dengan wajah dingin.
Ratna mengerutkan bibinya, jika di luar ia bisa nampak manis maka di depan Amus ia hanya gadis kecil yang selalu menyebalkan. Apa pun yang di lakukan atau di katakan olehnya entah mengapa selalu mengundang omelan dari Amus.
" Memangnya kakak mu kerja di mana Jim? " tanya Ratna.
" Oh setelah lulus S1 dia mengajar di SMA, meski honorer tapi karena sekolah itu termasuk ke dalam sekolah favorit jadi gajinya lumayan "
" Kau benar-benar beruntung, orangtua mu pemilik restoran di pusat kota sekarang kakak mu jadi guru. Seumur hidup rasanya kau tidak akan kekurangan apa pun "
" Jangan begitu, terkadang aku kesepian karena mereka semua sibuk bekerja. Aku juga di tuntut harus pintar agar bisa mewarisi usaha keluarga, beban itu sudah cukup berat untuk ku "
" Setidaknya kau tetap tidak kekurangan, beda dengan ku yang hanya mengandalkan uang pengsiun ayahku " tukas Ardi.
" Setidaknya setiap bulan keluarga mu ada pemasukan, jika di pikir lagi akulah yang paling sengsara. Sekarang ibuku sudah meninggal, ayah ku pun hanya seorang tukang servis kursi yang kadang ada kerjaan kadang tidak " sergah Ratna.
Mereka terdiam, sebab ucapan Ratna benar adanya, dengan rasa bersalah Jimy mengembalikan sepotong paha ayam yang sudah ia gigit.
" Makanlah " ujarnya pelan.
" Kau mau ku pukul? " ucap Ratna sambil mengepalkan tangan.
Hhhhhhh
" Jika di pikir-pikir Amus lah yang paling beruntung, ayahnya bekerja sebagai satpam di bank dan ibunya karyawan pabrik. Meski di tinggal kerja kau masih punya nenek yang merawatmu dan menemani mu " lanjutnya sambil melirik.
Tak ada ucapan yang keluar dari mulut Amus untuk menjawab pernyataan itu, ekspresinya juga tetap dingin tak berubah.
" Bahkan sejak kecil saat bermain kerajaan dia selalu menjadi Rajanya, benar-benar berkharisma sejak lahir " tukas Jimy.
" Dan aku adalah putrinya yang manis " teriak Ratna tersenyum lebar.
" Itulah yang aku sesali, kenapa dulu kau selalu menjadi putri hanya karena kau satu-satunya anak perempuan di sini padahal kau bisa berperan sebagai penyihir, itu lebih cocok untuk mu! " ujar Amus.
" Apa? katakan sekali lagi aku akan membunuhmu! " teriak Ratna.
Aw aw.....
Hahahhaha
Beberapa pukulan benar-benar di layangkan oleh Ratna membuat gelak tawa untuk Ardi dan Jimy, sejak dulu bagi mereka hal yang paling lucu adalah saat Ratna dan Amus bertengkar.
" Hei sudahlah, lima tahun tidak bertemu satu-satunya yang bisa kalian lakukan hanya bertengkar " ujar Ardi melerai.
" Oh sudah hampir sore, aku harus pulang jika tidak ibuku akan marah melihat seragam ini belum ku ganti " ucap pula Jimy melirik jam dinding.
" Kau juga sebaiknya pulang, besok ada ujian aku harus belajar " kata Amus beranjak dari tempat duduknya.
" Baiklah aku pulang, dah.... " balasnya melambaikan tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments