Bab 5 Sekolah baru

Rok biru dan kemeja putih yang bersih, dasi panjang biru melengkapi atribut seragamnya di hari senin itu. Bersama dengan ayahnya ia menaiki sepeda di pagi yang cerah menuju ke sekolah, satpam yang berjaga melempar senyum saat ayah dan anak itu telah tiba di gerbang.

"Permisi pak, saya mau bertemu dengan pak kepala sekolah. Apa beliau sudah datang?"

"Pak Sapardi ya?" tebak pak satpam.

"Betul, saya" jawab ayah Ratna ramah.

"Silahkan masuk, pak kepala sudah menunggu di ruangannya" ujar satpam itu mempersilahkan.

"Terimakasih."

Dengan menggiring sepedanya ayah Ratna melewati gerbang dan memarkirnya, waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 dimana upacara bendera sudah selesai dan para murid sudah masuk ke kelas masing-masing.

"Permisi..." sapa Sapardi saat memasuki ruang guru.

"Iya Pak ada perlu apa? " tanya salah satu guru.

"Saya mau bertemu pak Kepala sekolah"

"Oh silahkan masuk, beliau ada di ruangannya" ujarnya sambil menunjuk sebuah pintu di ruangan tersebut.

Ratna dan ayahnya lantas segera masuk ke ruangan tersebut, tempat dimana pak Kepala sekolah rupanya sudah menunggu mereka sejak dari tadi. Mereka sempat bicara beberapa saat mengenai beberapa peraturan yang harus di patuhi oleh Ratna dan berbagai macam hal lain sampai seorang guru di tugaskan untuk membawa Ratna ke kelasnya.

Suara bisik di dalam kelas tiba-tiba hening saat guru itu masuk dan membawa serta Ratna ke dalamnya, awalnya Ratna merasa malu sebab semua pasang mata tertuju padanya tapi setelah ia mencoba menatap berkeliling tiba-tiba rasa senang mengalihkan kegugupannya.

"Pagi semuanya... " sapa sang guru.

"Pagi bu.... " jawab murid-murid itu serempak.

"Hari ini kalian mendapatkan teman baru, ibu harap kalian bisa membantunya dalam perihal belajar dan mengenalkan lingkungan sekolah kita dengan baik. Agara lebih akrab biar kalian dengar langsung namanya"

"Perkenalkan dirimu" bisik guru itu mengalihkan perhatiannya.

"Ah, um.... perkenalkan nama ku Ratna" ujar Ratna sambil tersenyum dan memandang hanya pada satu sudut.

"Namanya cantik sama kayak orangnya!" teriak salah satu murid laki-laki.

Uuuuuuu......

Sorak yang lain membuat kegaduhan baru.

Prok Prok Prok

"Cukup-cukup, Ratna silahkan duduk di kursi kosong sebelah sana" ucap guru itu menghentikan kegaduhan.

Dengan perlahan dan tetap tersenyum ceria Ratna berjalan melewati beberapa murid dan duduk di bangku yang di tunjuk.

"Sepertinya kita berjodoh" bisik Jimy mendekatkan tubuhnya pada Ratna.

"Jika memang berjodoh haruskah ku nikahi kalian bertiga dimasa depan nanti?" balas Ratna.

"Jarak rumah kita hanya tujuh langkah dan sekarang jarak kursi kita hanya dua langkah, apa kau mencoba mendekatiku?" tanya Amus dengan pandangan tetap ke depan.

"Siapa yang ingin dekat terus dengan mu? jangan mencoba mengajak ku berkelahi di hari pertama ku sekolah lagi"

"Tenanglah sedikit, Na bangunkan aku jika guru memperhatikan ku" perintah Ardi yang duduk tepat di depannya.

"Apa yang mau kau lakukan?"

"Tidur!" jawabannya yang segera memasang buku di depan wajah.

"Dasar!" gumamnya menggerutu.

Ia memang kurang suka di perintah, tapi sekaligus tidak bisa menolak sebuah perintah yang ditujukan padanya juga. Meski begitu ia tetap tersenyum lega, sebab dia duduk di sekeliling teman-teman masa kecilnya yang sudah sangat ia kenali.

Teng Teng Teng

Jam istirahat tiba tanpa terasa, Jimy segera menutup buku dan menghampiri Ratna.

"Kau mau ikut kami?"

"Kemana?"

"Makan mie instan, sesuai perintah guru aku akan memperkenalkan mu pada sekolah kami yang luar biasa"

" Baiklah, ayo pergi!" jawab Ratna girang.

Buk

Hmmm

"Bangun! sudah waktunya istirahat" ujar Amus menepuk pundak Ardi yang masih saja tidur.

"Hmmm... hoaammmmm.... tunggu aku!" teriaknya menatap sayu kepergian Amus dan yang lain.

Ratna berjalan tepat di samping Jimy sambil mendengarkan semua penjelasannya tentang sekolah itu, sedang Amus tepat berada di belakang dan Ardi yang baru menyusul.

"Woi Master! kau membawanya kan?" tanya seorang murid laki-laki.

"Tentu saja, tunggu aku di tempat biasa nanti aku menyusul" jawab Jimy.

"Baiklah jangan lama"

"Tidak akan..."

"Kau punya julukan?" tanya Ratna.

"Semua anak laki-laki pasti memilikinya" jawab Jimy santai.

" Benarkah? jadi apa julukan kalian?"

"Aku Master, Amus si Naldo kependekan dari Ronaldo sebab dia jago bermain bola dan Ardi si kelinci putih"

"Kenapa kelinci putih?"

Puk

"Kau akan tahu nanti, dengan sendirinya kau pasti paham" ujar Amus sambil menepuk pundaknya dengan lembut.

Sebenarnya Ratna masih penasaran tapi karena mereka sudah tiba di kantin maka ia berhenti bertanya, Jimy memesankan masing-masing satu porsi mie instan kuah dengan toping telur. Bagi Ratna makan siang itu cukup mewah dan menyenangkan karena ia bisa menikmati kembali makanan dengan tenang.

"Um.... benar-benar enak!" ujar Ratna menyeruput kuah terakhir di mangkoknya.

"Benarkan yang aku bilang!" ujar Jimy dengan bangga.

"Kita sudah terlambat!" ujar Ardi melihat jam tangan.

"Oh sial! ayo pergi!" erang Jimy yang segera menyusul kepergian Ardi.

"Eh tunggu, kalian mau kemana?" tanya Ratna bingung.

"Kami ada perlu sebentar, kau pergilah ke kelas duluan makanan mu sudah aku bayar" jawab Amus yang ikut tergesa-gesa.

"Menyebalkan! sepenting apa urusan mereka hingga meninggalkan ku seperti ini" gumamnya.

Mau tak mau ia harus kembali ke kelas sendirian, tanpa kehadiran ketiga orang tersebut rasanya kini ia benar-benar kesepian dan asing. Satu orang pun teman sekelas belum ada yang ia kenal kecuali ketiga teman masa kecilnya, dengan bosan ia hanya bisa menunggu mereka kembali dengan duduk di dalam kelas.

"Hai, perkenalkan aku Mita" ujar seorang murid perempuan mendekatinya.

"Oh iya, kamu... yang jadi sekertaris kan?" tanyanya.

"Iya, um.... kamu bisa pinjam buku catatan ku untuk mengejar ketertinggalan" tawarnya.

"Terimakasih, aku memang membutuhkannya"

"Um.... tadi aku lihat kamu jalan bareng geng Master, apa kalian teman SD?" tanyanya penasaran.

"Bisa di bilang begitu, rumah kami bertetangga"

"Oh, begitu rupanya"

"Kenapa?"

"Hah? ah gak ada apa-apa, cuma aneh aja kamu murid baru bisa jalan bareng geng anak nakal itu"

"Nakal?" ulang Ratna penasaran.

"Oh, cuma nakal biasa kok. Kayak gak nurut perintah guru, atau bolos pelajaran dan lain-lain, tapi tetap tidak masuk kategori murid panutan."

Hahahaha

Keduanya tertawa mengingat kata panutan sering di tujukan pada murid pendiam yang berkacamata dan kutu buku. Tapi kata nakal membuat Ratna mengingat masa kecilnya yang penuh petualangan, ia dan ketiga temannya itu memang dulu sering di bilang nakal hanya karena bermain sesuatu yang menurut orang dewasa tidak boleh dilakukan oleh mereka, seperti sesuatu yang lebih membahayakan.

"Meski begitu Amus dan Ardi termasuk murid pintar, andai perilaku mereka baik pasti peringkat mereka selalu di atas" ujar Mita.

"Aku mengerti" ujar Ratna yang memang tahu setinggi apa IQ kedua orang itu.

Episodes
1 Bab 1 Awal cerita
2 Bab 2 Bertemu teman masa kecil
3 Bab 3 Kenangan masa kecil
4 Bab 4 Kebenaran yang terkuak
5 Bab 5 Sekolah baru
6 Bab 6 Catatan
7 Bab 7 Payung penyelamat
8 Bab 8 Perjanjian dan julukan
9 Bab 9 Surat Cinta
10 Bab 10 Keputusan
11 Bab 11 Salah Paham
12 Bab 12 keputusan ke dua
13 Bab 13 Trauma seorang ayah
14 Bab 14 Harta paling berharga
15 Bab 15 Anak pungut
16 Bab 16 Minggat
17 Bab 17 Antara Teman dan Pacar
18 Bab 18 Wajah Tidur
19 Bab 19 Sentuhan yang menciptakan rasa takut
20 Bab 20 Maaf dan termaafkan
21 Bab 21 Pengkhianatan
22 Bab 22 Hari Baru Yang Bahagia
23 Bab 23 Sang kakak
24 Bab 24 Awal Perubahan
25 Bab 25 Setengah Kebenaran Yang Membuat Pembatas
26 Bab 26 Ujian Persahabatan
27 Bab 27 Berawal Dari Les
28 Bab 28 Ujian Semester Satu
29 Bab 29 Rencana Liburan
30 Bab 30 Pencuri
31 Bab 31 Hujan Di Pekan Raya
32 Bab 32 Anak Yang Bisa di Andalkan
33 Bab 33 Anting-anting
34 Bab 34 Insiden Penangkapan
35 Bab 35 Kegelisahan Ibu
36 Bab 36 Buah Tangan
37 Bab 37 Puisi Patah Hati
38 Bab 38 Berdamai Dengan Hati
39 Bab 39 Liburan
40 Bab 40 Liburan (bagian 2)
41 Bab 41 Ujian Nasional
42 Bab 42 Mengulang
43 Bab 43 Ujian Ke Dua
44 Bab 44 Perpisahan
45 Bab 45 Suasana Baru
46 Bab 46 Perjuangan
47 Bab 47 Upacara
48 Bab 48 Juara
49 Bab 49 Bahu Yang Nyaman
50 Bab 50 Pahlawan
51 Bab 51 Hadiah Untuk Master
52 Bab 52 Sandiwara
53 Bab 53 Layak
54 Bab 54 Kencan Ganda
55 Bab 55 Jujur Pada Diri Sendiri
56 Bab 56 Pesan Terakhir Dari Handphone Baru
57 Bab 57 Jodoh
58 Bab 58 Patah Hati
59 Bab 59 Momen Di Malam Tahun Baru
60 Bab 60 Hubungan Yang Lebih Dekat
61 Bab 61 Mak Comblang
62 Bab 62 Pernyataan Cinta
63 Bab 63 Harapan Yang Kembali
64 Bab 64 Kecupan Pangeran
65 Bab 65 Hati Yang Kembali Hancur
66 Bab 66 Mantan
67 Bab 67 Ditinggalkan
68 Bab 68 Surat Undangan
69 Bab 69 Hubungan Yang Rumit
70 Bab 70 CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
71 Bab 71 Momen Masa Liburan
72 Bab 72 Guru Baru
73 Bab 73 Kerja Kelompok
74 Bab 74 Status Setelah Putus
75 Bab 75 Pilihan Masa Depan
76 Bab 76 Pernyataan Cinta
77 Bab 77 Arsip Pribadi
78 Ban 78 Kencan Buta
79 Bab 79 Pilihan Terbaik
80 Bab 80 Cinta Pertama
81 Bab 81 Ratna
82 Bab 82 Kenyataan Yang Tersembunyi
83 Bab 83 Bucket Bunga
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Awal cerita
2
Bab 2 Bertemu teman masa kecil
3
Bab 3 Kenangan masa kecil
4
Bab 4 Kebenaran yang terkuak
5
Bab 5 Sekolah baru
6
Bab 6 Catatan
7
Bab 7 Payung penyelamat
8
Bab 8 Perjanjian dan julukan
9
Bab 9 Surat Cinta
10
Bab 10 Keputusan
11
Bab 11 Salah Paham
12
Bab 12 keputusan ke dua
13
Bab 13 Trauma seorang ayah
14
Bab 14 Harta paling berharga
15
Bab 15 Anak pungut
16
Bab 16 Minggat
17
Bab 17 Antara Teman dan Pacar
18
Bab 18 Wajah Tidur
19
Bab 19 Sentuhan yang menciptakan rasa takut
20
Bab 20 Maaf dan termaafkan
21
Bab 21 Pengkhianatan
22
Bab 22 Hari Baru Yang Bahagia
23
Bab 23 Sang kakak
24
Bab 24 Awal Perubahan
25
Bab 25 Setengah Kebenaran Yang Membuat Pembatas
26
Bab 26 Ujian Persahabatan
27
Bab 27 Berawal Dari Les
28
Bab 28 Ujian Semester Satu
29
Bab 29 Rencana Liburan
30
Bab 30 Pencuri
31
Bab 31 Hujan Di Pekan Raya
32
Bab 32 Anak Yang Bisa di Andalkan
33
Bab 33 Anting-anting
34
Bab 34 Insiden Penangkapan
35
Bab 35 Kegelisahan Ibu
36
Bab 36 Buah Tangan
37
Bab 37 Puisi Patah Hati
38
Bab 38 Berdamai Dengan Hati
39
Bab 39 Liburan
40
Bab 40 Liburan (bagian 2)
41
Bab 41 Ujian Nasional
42
Bab 42 Mengulang
43
Bab 43 Ujian Ke Dua
44
Bab 44 Perpisahan
45
Bab 45 Suasana Baru
46
Bab 46 Perjuangan
47
Bab 47 Upacara
48
Bab 48 Juara
49
Bab 49 Bahu Yang Nyaman
50
Bab 50 Pahlawan
51
Bab 51 Hadiah Untuk Master
52
Bab 52 Sandiwara
53
Bab 53 Layak
54
Bab 54 Kencan Ganda
55
Bab 55 Jujur Pada Diri Sendiri
56
Bab 56 Pesan Terakhir Dari Handphone Baru
57
Bab 57 Jodoh
58
Bab 58 Patah Hati
59
Bab 59 Momen Di Malam Tahun Baru
60
Bab 60 Hubungan Yang Lebih Dekat
61
Bab 61 Mak Comblang
62
Bab 62 Pernyataan Cinta
63
Bab 63 Harapan Yang Kembali
64
Bab 64 Kecupan Pangeran
65
Bab 65 Hati Yang Kembali Hancur
66
Bab 66 Mantan
67
Bab 67 Ditinggalkan
68
Bab 68 Surat Undangan
69
Bab 69 Hubungan Yang Rumit
70
Bab 70 CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
71
Bab 71 Momen Masa Liburan
72
Bab 72 Guru Baru
73
Bab 73 Kerja Kelompok
74
Bab 74 Status Setelah Putus
75
Bab 75 Pilihan Masa Depan
76
Bab 76 Pernyataan Cinta
77
Bab 77 Arsip Pribadi
78
Ban 78 Kencan Buta
79
Bab 79 Pilihan Terbaik
80
Bab 80 Cinta Pertama
81
Bab 81 Ratna
82
Bab 82 Kenyataan Yang Tersembunyi
83
Bab 83 Bucket Bunga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!