Bab 4 Kebenaran yang terkuak

Nasi goreng menjadi makan malam Ratna dan ayahnya hari itu, tak ada yang bicara. Keduanya sibuk dengan sendok masing-masing bahkan tidak saling melirik.

" Ratna.... apa... seragam SMP mu masih ada? " tanya ayahnya memecah keheningan.

" Kenapa? "

" Um.... ayah pikir sebaiknya kau melanjutkan sekolahmu, kau bisa mendapat teman baru di sini. Tapi... jika kau masih ingin di rumah itu tidak masalah " ujar ayahnya ragu.

" Aku akan pergi " jawabnya cepat.

" Aku ingin melanjutkan sekolahku bahkan hingga lulus SMA, aku berjanji akan membantu ayah dalam mencari uang untuk biaya sekolah ku. Aku tidak akan merepotkan ayah, tapi ijinkan aku bersekolah ".

Ada kerutan di dahi ayahnya saat mendengar ucapan itu, bahkan nada memelas Ratna membuatnya heran mengapa ia seolah memohon pada ayahnya sendiri.

" Ratna... apa selama ini kau hidup dengan baik bersama ibumu? " tanya ayahnya tiba-tiba.

Dengan susah payah Ratna menelan makanan dalam mulutnya bulat-bulat, hatinya bergetar mendengar pertanyaan itu. Seolah ia di paksa untuk mengingat masa suram yang pernah terjadi padanya.

" Jangan tutupi apa pun dari ayah, kau adalah putri ayah. Katakan apa selama ini kau hidup bahagia? " ulangnya lagi.

Tubuh Ratna mulai beraksi aneh, jelas ia tak nyaman akan pertanyaan itu. Bahkan tangannya ikut gemetar hingga tak mampu menyendok makanan dengan benar.

" Ratna... apa ada orang yang menyakitimu? " tanya ayahnya pelan sambil memegang tangannya yang gemetar.

Sontak pertanyaan itu membuat Ratna kaget hingga memandang ayahnya tanpa berkedip.

" Sari.... namanya Sari... " jawab Ratna akhirnya.

" Siapa dia? " tanya ayahnya yang merasa asing.

" Saudari tiriku... ".

Kali ini giliran ayahnya yang kaget, sekian lama di tinggalkan ia baru tahu jika matan istrinya menikah lagi bahkan kini ia baru tahu putri tersayangnya hidup menderita dalam keluarga yang asing.

" Sari... dia sering memukul ku, menampar ku, jika aku tidak memijit kakinya sebelum tidur. Dia juga akan marah jika aku menolak perintahnya, dia akan mengadukan ku kepada ayahnya agar aku di hukum dan tidak di beri makan seharian. Dia juga.... "

Gep

Hiks

" Maafkan ayah... ini semua salah ayah... " ujar ayahnya yang sudah tidak sanggup lagi mendengar berbagai macam penderitaan yang di alami putrinya.

Air mata penyesalan itu memang tidak ada artinya, sebab semuanya sudah terlanjur terjadi. Meski begitu ia tetap meminta maaf dalam pelukan.

" Andai ayah kaya hari itu ibumu tidak akan pergi meninggalkan ayah, dia tidak akan membawaku serta dan kau tidak akan mengalami semua penderitaan ini. Maafkan ayah, andai ayah kaya kau pasti sudah bahagia " ujarnya lagi masih dengan deraian air mata.

Anehnya, setetes pun Ratna tak mengeluarkan air mata. Ia mengelus punggung ayahnya dan tersenyum sambil berkata.

" Ayah salah, ibu yang menyesal karena telah meninggalkan ayah. Dalam nafas terakhirnya ia meminta ku untuk kembali kepada ayah dan hidup bersama ayah, karena hanya bersama ayah aku bisa bahagia meski hidup dengan sederhana ".

Memang seperti itulah kenyataan yang terjadi, seiring berjalannya waktu saat ia berpisah dengan ayahnya dan mulai menjalani hidup hanya dengan ibunya, lingkungan telah membuatnya dewasa lebih cepat.

Ia mengerti orangtuanya bercerai sebab ayahnya tak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, ibunya yang memilih bercerai berharap dengan menikahi duda beranak satu yang kaya maka kehidupan Ratna akan terjamin.

Tapi kenyataannya tidak, Ratna memang bersekolah dan semua kebutuhannya terpenuhi tapi ia tidak bahagia. Beberapa kali ia melihat luka di tubuh Ratna dan Ratna selalu berkata ia terjatuh, sampai suatu hari ia menemukan Sari sedang memukulinya.

Kemarahan seorang ibu akhirnya membuat Sari menangis tapi suami barunya justru menyalahkan Ratna yang duluan berbuat salah, beberapa tahun itu mendiang ibunya menutup mata demi kelangsungan hidup Ratna yang baik.

Tapi apalah arti buku-buku yang baru, tas yang baru, makanan yang enak jika putrinya tersiksa di dalam batin. Hal itu secara perlahan menjadi penyakit yang merenggut kesehatan ibunya, sampai suatu hari di nafas terakhirnya ia sadar ayah kandung Ratna lebih baik dari siapa pun.

Sebab meski Ratna tidak bisa makan enak ia tetap tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat, meski tas sekolahnya sudah berlubang tapi ia tetap berangkat sekolah dengan riang gembira.

Di nafas terakhirnya itulah penyesalan yang datang terlambat mengantarkan nasihat terakhir untuk Ratna agar ia merubah sifat penurutnya, ia bangga memiliki putri yang baik hati tapi apa gunanya jika kebaikan itu membuatnya menderita.

" Apa yang kau lakukan? " tanya Amus yang tak sengaja melihat Ratna duduk di luar rumah.

" Ah... hanya menatap bintang " jawab Ratna pelan.

" Tidak ada satu pun bintang di langit, kau mengigau ya! " ujar Amus melihat langit yang gelap.

" Apa peduli mu? kau sendiri malam-malam begini dari mana? "

" Oh nenek menyuruhku membeli lampu baru "

" Apa kau juga membeli makanan ringan? " tanya Ratna antusias.

" Hanya keripik, kau mau? "

" Mau.... " teriak Ratna menghampiri.

" Aku hanya membeli satu, kita makan berdua di rumah ku saja sambil mendengarkan radio "

" Baik! akan ku bawakan " ujar Ratna sambil mengambil tas plastik yang di bawa Amus.

Begitu sampai di rumah Amus tanpa sungkan Ratna masuk ke kamar Amus dan menyalakan radio, tempat itu tak banyak berubah sejak ia masih kecil. Dulu ia dan yang lain sering menghabiskan waktu dengan bermain di kamar Amus, yang lebih sering main adalah Ratna karena ia ingin membaca buku bergambar yang di miliki Amus.

Di lingkungan mereka hanya Amuslah yang memiliki banyak mainan dan buku, tentu saja sebagai tetangga dan teman dekat Ratna yang paling sering main di sana.

" Amus, kau sekolah di SMP tujuh kan? " tanya Ratna saat Amus kembali setelah mengganti lampu yang mati.

" Iya, kenapa? "

" Aku besok masuk ke sekolah mu "

" Benarkah? kau pindah ke sekolah ku? "

" Hmm, tadi ayah sudah memberitahuku "

" Begitu ya.. "

" Dengan begini.. aku akan punya teman-teman baru " ujar Ratna sambil membayangkan teman-temannya yang dulu.

Ia tak begitu akrab dengan teman-teman kelasnya saat dulu karena Sari tak membiarkannya memiliki teman, di sekolah pun akibat hasutan Sari ada banyak anak yang tidak menyukainya.

Jika di pikir lagi betapa tangguh mentalnya menghadapi bully setiap hari, meski kadang ia selalu menangis diam-diam tapi di depan ibunya ia mencoba tersenyum dengan riang.

Sebab ia tahu ibunya rela meninggalkan ayahnya hanya demi dirinya, karena itu yang perlu ia lakukan hanya menuruti semua perintah orang.

Kini, setelah semua belenggu itu terlepas dari tubuhnya ia tak perlu takut lagi. Ia tak perlu bersandiwara lagi dan sesuai perintah ibunya sebelum meninggal, ia harus memberanikan diri berkata tidak, mengangkat kepalanya dan dengan lantang mengatakan keinginannya.

Woi.....

Ah... hhhhhh hhhh

Buk

" Apa yang kau lakukan? kau hampir membuatku mati karena serangan jantung! " teriak Ratna memukul pundak Amus.

" Lagian ngelamun " balas Amus.

" Kau memang minta di pukuli " ujar Ratna dengan sorotan mata penuh dendam.

" Silahkan, aku tidak takut " ejek Amus.

" Amuuusss........... ".

Episodes
1 Bab 1 Awal cerita
2 Bab 2 Bertemu teman masa kecil
3 Bab 3 Kenangan masa kecil
4 Bab 4 Kebenaran yang terkuak
5 Bab 5 Sekolah baru
6 Bab 6 Catatan
7 Bab 7 Payung penyelamat
8 Bab 8 Perjanjian dan julukan
9 Bab 9 Surat Cinta
10 Bab 10 Keputusan
11 Bab 11 Salah Paham
12 Bab 12 keputusan ke dua
13 Bab 13 Trauma seorang ayah
14 Bab 14 Harta paling berharga
15 Bab 15 Anak pungut
16 Bab 16 Minggat
17 Bab 17 Antara Teman dan Pacar
18 Bab 18 Wajah Tidur
19 Bab 19 Sentuhan yang menciptakan rasa takut
20 Bab 20 Maaf dan termaafkan
21 Bab 21 Pengkhianatan
22 Bab 22 Hari Baru Yang Bahagia
23 Bab 23 Sang kakak
24 Bab 24 Awal Perubahan
25 Bab 25 Setengah Kebenaran Yang Membuat Pembatas
26 Bab 26 Ujian Persahabatan
27 Bab 27 Berawal Dari Les
28 Bab 28 Ujian Semester Satu
29 Bab 29 Rencana Liburan
30 Bab 30 Pencuri
31 Bab 31 Hujan Di Pekan Raya
32 Bab 32 Anak Yang Bisa di Andalkan
33 Bab 33 Anting-anting
34 Bab 34 Insiden Penangkapan
35 Bab 35 Kegelisahan Ibu
36 Bab 36 Buah Tangan
37 Bab 37 Puisi Patah Hati
38 Bab 38 Berdamai Dengan Hati
39 Bab 39 Liburan
40 Bab 40 Liburan (bagian 2)
41 Bab 41 Ujian Nasional
42 Bab 42 Mengulang
43 Bab 43 Ujian Ke Dua
44 Bab 44 Perpisahan
45 Bab 45 Suasana Baru
46 Bab 46 Perjuangan
47 Bab 47 Upacara
48 Bab 48 Juara
49 Bab 49 Bahu Yang Nyaman
50 Bab 50 Pahlawan
51 Bab 51 Hadiah Untuk Master
52 Bab 52 Sandiwara
53 Bab 53 Layak
54 Bab 54 Kencan Ganda
55 Bab 55 Jujur Pada Diri Sendiri
56 Bab 56 Pesan Terakhir Dari Handphone Baru
57 Bab 57 Jodoh
58 Bab 58 Patah Hati
59 Bab 59 Momen Di Malam Tahun Baru
60 Bab 60 Hubungan Yang Lebih Dekat
61 Bab 61 Mak Comblang
62 Bab 62 Pernyataan Cinta
63 Bab 63 Harapan Yang Kembali
64 Bab 64 Kecupan Pangeran
65 Bab 65 Hati Yang Kembali Hancur
66 Bab 66 Mantan
67 Bab 67 Ditinggalkan
68 Bab 68 Surat Undangan
69 Bab 69 Hubungan Yang Rumit
70 Bab 70 CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
71 Bab 71 Momen Masa Liburan
72 Bab 72 Guru Baru
73 Bab 73 Kerja Kelompok
74 Bab 74 Status Setelah Putus
75 Bab 75 Pilihan Masa Depan
76 Bab 76 Pernyataan Cinta
77 Bab 77 Arsip Pribadi
78 Ban 78 Kencan Buta
79 Bab 79 Pilihan Terbaik
80 Bab 80 Cinta Pertama
81 Bab 81 Ratna
82 Bab 82 Kenyataan Yang Tersembunyi
83 Bab 83 Bucket Bunga
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Awal cerita
2
Bab 2 Bertemu teman masa kecil
3
Bab 3 Kenangan masa kecil
4
Bab 4 Kebenaran yang terkuak
5
Bab 5 Sekolah baru
6
Bab 6 Catatan
7
Bab 7 Payung penyelamat
8
Bab 8 Perjanjian dan julukan
9
Bab 9 Surat Cinta
10
Bab 10 Keputusan
11
Bab 11 Salah Paham
12
Bab 12 keputusan ke dua
13
Bab 13 Trauma seorang ayah
14
Bab 14 Harta paling berharga
15
Bab 15 Anak pungut
16
Bab 16 Minggat
17
Bab 17 Antara Teman dan Pacar
18
Bab 18 Wajah Tidur
19
Bab 19 Sentuhan yang menciptakan rasa takut
20
Bab 20 Maaf dan termaafkan
21
Bab 21 Pengkhianatan
22
Bab 22 Hari Baru Yang Bahagia
23
Bab 23 Sang kakak
24
Bab 24 Awal Perubahan
25
Bab 25 Setengah Kebenaran Yang Membuat Pembatas
26
Bab 26 Ujian Persahabatan
27
Bab 27 Berawal Dari Les
28
Bab 28 Ujian Semester Satu
29
Bab 29 Rencana Liburan
30
Bab 30 Pencuri
31
Bab 31 Hujan Di Pekan Raya
32
Bab 32 Anak Yang Bisa di Andalkan
33
Bab 33 Anting-anting
34
Bab 34 Insiden Penangkapan
35
Bab 35 Kegelisahan Ibu
36
Bab 36 Buah Tangan
37
Bab 37 Puisi Patah Hati
38
Bab 38 Berdamai Dengan Hati
39
Bab 39 Liburan
40
Bab 40 Liburan (bagian 2)
41
Bab 41 Ujian Nasional
42
Bab 42 Mengulang
43
Bab 43 Ujian Ke Dua
44
Bab 44 Perpisahan
45
Bab 45 Suasana Baru
46
Bab 46 Perjuangan
47
Bab 47 Upacara
48
Bab 48 Juara
49
Bab 49 Bahu Yang Nyaman
50
Bab 50 Pahlawan
51
Bab 51 Hadiah Untuk Master
52
Bab 52 Sandiwara
53
Bab 53 Layak
54
Bab 54 Kencan Ganda
55
Bab 55 Jujur Pada Diri Sendiri
56
Bab 56 Pesan Terakhir Dari Handphone Baru
57
Bab 57 Jodoh
58
Bab 58 Patah Hati
59
Bab 59 Momen Di Malam Tahun Baru
60
Bab 60 Hubungan Yang Lebih Dekat
61
Bab 61 Mak Comblang
62
Bab 62 Pernyataan Cinta
63
Bab 63 Harapan Yang Kembali
64
Bab 64 Kecupan Pangeran
65
Bab 65 Hati Yang Kembali Hancur
66
Bab 66 Mantan
67
Bab 67 Ditinggalkan
68
Bab 68 Surat Undangan
69
Bab 69 Hubungan Yang Rumit
70
Bab 70 CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
71
Bab 71 Momen Masa Liburan
72
Bab 72 Guru Baru
73
Bab 73 Kerja Kelompok
74
Bab 74 Status Setelah Putus
75
Bab 75 Pilihan Masa Depan
76
Bab 76 Pernyataan Cinta
77
Bab 77 Arsip Pribadi
78
Ban 78 Kencan Buta
79
Bab 79 Pilihan Terbaik
80
Bab 80 Cinta Pertama
81
Bab 81 Ratna
82
Bab 82 Kenyataan Yang Tersembunyi
83
Bab 83 Bucket Bunga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!