Cinta Untuk Si BabySitter Cantik

Cinta Untuk Si BabySitter Cantik

sakitnya di hianati

"Aeril, aku mau kita pisah!" Bagai petir di siang hari saat kata-kata itu keluar dari bibir Vano, pria yang sangat di cintai oleh Aeril.

"Ma .. maksud kamu apa Mas?" tanya Aeril terbata, tak menyangka jika pria yang menikahinya tiga tahun lalu akan mengucapkan kata keramat seperti itu.

"Aku mau kita bercerai. Aku nggak sanggup terus-terusan hidup miskin seperti ini."

"Tapi Mas, harta bisa kita cari bersama.

Aku akan bantu kamu untuk mencari nafkah asalkan kita tetap bersama." Air matanya tak mampu ia bendung lagi mendengar alasan yang suaminya katakan.

"Bantu apa? Bantu dengan perut kamu yang buncit itu?

Kamu bisa apa dengan keadaan kamu yang seperti itu Aeril?" ucap Vano dingin. Seolah kini cinta untuk Aeril tak lagi ada.

"Setelah aku melahirkan aku akan bekerja Mas, aku janji. Lagi pula apa kamu tega ninggalin aku sama calon bayi kita ini?"

"Itu anak kamu! Aku kan udah bilang kalau aku belum mau punya anak, eh malah kamu hamil. Nyusain aja tau nggak."

"Kamu tega banget Mas," lirih Aeril.

"Udahlah aku muak sama semuanya. Detik ini juga aku mau kita pisah titik." Vano berlalu meninggalkan Aeril yang tengah menangis pilu.

Bagaimana mungkin secepat ini harus berpisah di usia pernikahan mereka yang sudah menginjak tiga tahun, apa lagi Aeril saat ini sedang mengandung buah cintanya dengan Vano.

Aeril yang memang yatim piatu mengadu nasib ke kota jakarta, karena di tempatnya tinggal minim lapangan pekerjaan sehingga membuat Aeril merantau ke jakarta untuk mengadu nasib.

Aeril bertemu dengan Vano di tempatnya bekerja, saat itu Vano bekerja sembari kuliah.

Vano yang kuliah pagi sehingga bekerja dengan sif malam.

Aeril dan Vano hanya sesekali bertemu saat pagi hari. Aeril sampai pabrik dan Vano akan bersiap-siap pulang, di jam itulah mereka kadang bertemu.

Vano yang diam-diam selalu mencuri pandang ke Aeril karena terpesona dengan segala kesederhanaan yang Aeril miliki.

Aeril yang sederhana dengan rambut panjangnya yang selalu di ikat juga mata bulat dan lesung pipi yang menghiasi wajahnya membuat seorang Vano melamar Aeril tanpa menunggu lama.

Aeril yang melihat kesungguhan Vano akhirnya menerima lamaran Vano dengan sangat bahagia. Mereka akhirnya menikah dengan segala kesederhanaan, karena waktu itu Vano memang belum memiliki apa-apa untuk di berikan kepada Aeril.

Aeril tak mempermasalahkan karena memang dia juga diam-diam menyukai Vano setelah beberapa kali tak sengaja bertemu.

Aeril membantu biaya kuliah Vano sebagai bentuk bakti seorang istri, bekerja lebih keras agar sang suami mampu menyelesaikan pendidikannya agar kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dari sekarang.

Tapi akhir-akhir ini sikap Vano memang banyak berubah, semenjak dia bekerja pada bank Swasta yang tak jauh dari tempatnya dan Aeril tinggal. Aeril lebih banyak mengalah saat Vano tiba-tiba marah tak jelas kepada Aeril, pikir Aeril mungkin Vano lelah seharian bekerja jadi Aeril memakluminya.

Tapi semakin Hari Vano semakin berubah, sikapnya semakin kasar dan dingin, apa lagi semenjak Aeril hamil, Vano seakan tak terima jika Aeril hamil karena alasan belum siap secara finansial jika memiliki seorang anak.

"Buat ngehidupin kita berdua aja kita susah Aeril, malah pake hamil segala," ucapnya kala itu yang membuat goresan luka pada hati Aeril.

"Tapi anak itu anugrah mas, kita nggak boleh menolaknya. Setiap anak memiliki rizkinya masing-masing, mas nggak boleh takut nggak bisa menafkahinya kelak," bujuk Aeril agar Vano tak lupa jika ada tuhan yang mengatur segalanya.

"Tapi aku belum siap!!!" Vano berlalu begitu saja pergi meninggalkan Aeril.

Entah kesalahan apa yang di perbuat Aeril sehingga Vano sangat berubah, dari yang penyayang hingga menjadi kasar kepada Aeril.

Aeril tersentak dari lamunan saat mendengar suara koper yang di tarik oleh Vano dari dalam kamar. Ternyata Vano bersungguh-sungguh dengan perkataannya yang ingin segera berpisah dari Aeril.

"Mas aku mohon jangan pergi, aku bisa apa tanpa kamu Mas."

"Maaf Aeril tapi aku benar-benar tidak bisa lagi bertahan pada pernikahan kita." Vano sedikit melemah ketika melihat Aeril yang bercucuran air mata. Walau bagaimana pun Vano sangat mencintai Aeril dulu, tapi karena Ibunya yang terus mengancam akan bunuh diri jika Vano tak meninggalkan Aeril, akhirnya Vano menyetujui keinginan ibunya untuk berpisah.

Ibu Vano tak pernah menyetujui pernikahan putranya dengan Aeril yang tak berpendidikan tinggi dan bukan dari golongan orang kaya.

Bu Heni selalu berharap jika putranya menikah dengan orang yang bergelimang harta agar mereka tak lagi hidup susah, tapi karena cinta Vano tetap menikahi Aeril meski Ibunya tak pernah memberi restu.

"Vano cepat!! Ibu udah nungguin kamu dari tadi." Tiba-tiba Bu Heni muncul dari depan dan ingin segera membawa putranya pergi.

"Bu tolong, aku sangat mencintai Mas Vano, aku nggak bisa hidup tanpa dia, aku mohon Bu jangan pisahkan kami." Aeril berlutut di hadapan Ibu mertuanya berharap Ibu mertuanya akan mengurungkan niatnya untuk memisahkan mereka.

"Nggak ada yang bisa di harapin dari wanita kayak kamu Aeril. Udah orang nggak jelas, pendidikannya rendah, nggak sepadan dengan anak saya. Ngerti kamu!!" Hardik Bu Heni.

"Tolong kasihani saya Bu, jangan pisahkan saya dari Mas Vano. Saya lagi mengandung cucu Ibu, seenggaknya kasihanilah calon cucu Ibu ini, bagaimana hidupnya kelak tanpa seorang Ayah." lirih Aeril dengan terus memohon kepada ibu mertuanya

"Saya nggak perduli!!!

Saya nggak sudi punya cucu dari rahim wanita macam kamu," hardik Bu Heni yang membuat hati Aeril tambah tersayat.

Bagaimana mungkin kata-kata kasar seperti itu keluar dari mulut seorang Ibu, apa lagi kata-kata itu untuk menantunya sendiri.

Aeril tak menyerah begitu saja, meski langkahnya terseok-seok, Aeril tetap mengejar Vano berharap pria yang sangat di cintainya itu luluh.

"Mas aku mohon, setidaknya sampai anak kita lahir," ucap Aeril di tengah-tengah tangisnya.

Vano memandangnya dengan iba tapi saat Vano memandang Ibunya, Bu Heni tiba-tiba meremas dadanya seolah ada yang sakit di sana.

"Aku nggak bisa Aeril, belajarlah mandiri dan jangan mengharapkan aku lagi." Vano menghempaskan tangannya yang sedang di pegang Aeril sehingga membuat Aeril jatuh terduduk di tanah. Setelah itu Vano mengikuti Ibunya untuk masuk ke dalam mobil, tak lagi di hiraukannya Aeril yang meringis kesakitan karena efek terjatuh.

Aeril menatap kepergian Vano dengan nanar.

Entah dosa apa yang di lakukannya di masa lalu sehingga tuhan memberikannya ujian yang begitu berat seperti ini. Tak pernah dibayangkannya jika hari ini seseorang yang sangat di cintainya mencampakkannya begitu saja.

Aeril terus menangis sampai mobil yang di naiki oleh Vano menghilang dan di saat itu pula tiba-tiba semuanya gelap.

Terpopuler

Comments

🍓🍓🍓

🍓🍓🍓

mertua dan suami kek gini halal di racun gak sih😆

2022-04-05

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

kamu bakal nyesel vano

2022-01-29

0

NurHafni

NurHafni

Kamu bkl menyesal suatu saat nanti Vano,
semangat Thor.

2021-12-01

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!