Takut kehilangan lagi

"Kamu itu saya bayar buat jaga anak saya, bukan malah membuat anak saya sakit." Abi meluapkan emosinya kepada babysitter anaknya saat tengah menunggu anaknya yang sedang di tangani oleh dokter di ruang ICU.

Sari hanya bisa menunduk mendengar majikannya memarahinya. Dia pun tak menyangka jika anak Abi bisa sampai sakit.

"Sejak kapan cucu saya mulai demam?" tanya Bu Sukma kepada sari, hanya saja tidak seperti Abi yang emosi, Bu Sukma lebih bijak dalam menggapi sebuah masalah.

"Dari semalam si Adek emang udah rewel Bu, susah banget di kasih susu, berkali-kali saya coba tapi tetap nggak mau Bu." Sari menjeda kalimatnya sebentar lalu melanjutkannya lagi.

"Pas subuh badannya udah mulai anget, terus saya kompres aja terus saya coba kasih susu lagi tapi di muntahin terus Bu. Maafkan saya Bu," ucap Sari memelas karena merasa sangat takut.

"Ya sudah nggak pa-pa, lain kali kalau si Adek mulai aneh, kamu bilang sama saya, kamu ngerti kan," tegas Bu Sukma.

" Iyya Bu saya mengerti, sekali lagi maafkan saya Bu."

"Iyya nggak papa."

Bu Sukma menghampiri Abi yang sejak tadi mondar-mandir uring-uringan di depan pintu.

Terlihat jelasdia sangat khawatir dengan keadaan putrinya.

Belum sembuh sakit saat di tinggal Istrinya, kini dia di hadapkan dengan situasi dimana putrinya masuk rumah sakit. Itu benar-benar membuat Abi hampir frustasi dan berfikiran yang tidak-tidak.

"Bi, tenanglah Nak. Ibu yakin Anak kamu akan baik-baik saja."

"Bagaimana saya bisa tenang Bu, saya nggak tahu bagaimana keadaan anak saya di dalam.

Tuhan sudah mengambil Delia, kalau sampai tuhan juga mengambil putriku, aku akan mati Bu." Tangis Abi pecah di pelukan Ibunya, dia benar-benar takut jika setelah kepergian Istrinya, anaknya pun akan meninggalkannya.

"Kamu nggak boleh bicara seperti itu Nak, Rizki, maut, jodoh, semua sudah di gariskan yang di atas, kita hanya perlu percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja." Bu Sukma mencoba menenangkan Abi meski tak bisa di pungkiri hatinya pun sangat gelisah dengan keadaan cucunya saat ini, hanya saja Bu Sukma tak memperlihatkannya kepada Abi.

Saat ini Abi sangat lemah, jika Bu Sukma ikut melemah entah apa yang akan terjadi kepada Abi. Takkan ada tempat Abi untuk bersandar, mengingat Abi sudah tak memiliki Ibu sedangkan Ayahnya yang sudah menikah lagi kini tinggal di luar negri. Abi hanya memiliki beberapa Bibi dan saudara di sini dan itu pun jarang berkunjung ke tempat Abi.

Tiba-tiba Dokter keluar dari dalam ruangan dan mencari Ayah dari bayi kecil yang ada di dalam

"Pak Abi sudah boleh masuk," ucap sang Dokter. Abi langsung menghambur untuk melihat putrinya.

Abi tetiba terenyuh melihat putrinya yang sedang terbaring dengan tangan yang terpasang selang infus, Abi tak kuasa menahan air matanya yang jatuh karena melihat putrinya yang terbaring.

"Sayang maafin Ayah, karena terus berlarut dalam kesedihan Ayah sampai melupakan putri Ayah yang cantik ini." Abi mengecup kening putrinya dengan penuh sayang. Abi merasa sangat menyesal karena beberapa hari ini sempat abai kepada putri kecilnya.

"Pak bisa ikut saya sebentar," ajak Dokter yang menangani anak Abi. Abi pun tanpa berfikir lama segera mengikuti Dokter itu menuju ke ruangannya. Abi merasa berdebar-debar takut dengan kenyataan yang akan di sampaikan oleh dokter.

"Sepertinya Putri Bapak tidak cocok dengan susu formula," kata Dokter saat Dokter itu telah berhadapan dengan Abi.

"Maksud Bapak?" Tanya Abi karena tak mengerti.

"Sepertinya Bapak harus membeli Asi untuk putri Bapak karena yang saya lihat putri Bapak tidak cocok dengan susu formula. Sekarang kan sudah bayak Asi yang di perjual belikan, ya syukur-syukur kalau ada yang mau menjadi Ibu susu untuk putri Bapak."

Ibu susu? di mana aku harus mencarinya.

Ya tuhan ... seandainya Delia masih ada, putriku tidak akan menderita seperti sekarang.

"Baik Dok akan saya usahakan," ucap Abi.

Serelah Abi keluar dari ruangan Dokter Abi cepat-cepat menghubungi Indra sekertarisnya.

"Carikan Asi untuk anak saya segera," titah Abi setelah Indra mengangkat telfonnya.

"Tapi saya harus cari kemana Pak?" tanya Indra bingung karena selama dia bekerja dia belum pernah sekalipun mengurus tentang Asi.

"Terserah kamu!!! Mau ke ujung dunia pun saya tidak perduli, yang jelas kamu harus bawa Asi sekarang juga buat Putri saya, paham!!" Abi memutus sambungannya sebelum Indra ingin mengatakan sesuatu.

Satu jam kemudian Indra membawa beberapa botol Asi ke rumah sakit untuk Putri Abi lalu memberikannya kepada Abi.

Abi mencoba memberikannya kepada Putrinya, awalnya bayi itu meminumnya sedikit-sedikit tapi kemudian kembali menangis dan tak lagi mau meminumnya. Hal itu membuat Abi semakin panik.

Abi kembali meminta Indra untuk mencari Asi dari sumber yang berbeda karena kata Dokter mungkin dia tidak cocok dengan Asi yang ini.

Indra pun pergi mencari tanpa protes kepada Bosnya.

Indra pun kembali setelah beberapa jam mencarinya dan itu membuat ia di marahi oleh Abi karena terlalu lama mencari.

"Kamu nih bisa kerja nggak sih Ndra? Nyari kayak gini aja lama banget," semprot Abi karena Bayinya sejak tadi menangis.

Meski kesal tapi Indra hanya diam saja tak berani membantah mengingat keadaan Bosnya yang sedang tidak stabil gara-gara di tinggal istri dan kini bayinya pun sedang bermasalah.

Kini Bu Sukma yang memberikan Asi itu kepada cucunya. Mungkin karena haus jadi bayi itu meminumnya dengan lahap lalu tak lama bayi itu pun tertidur.

Semua yang ada di dalam kamar itu bisa bernafas lega karena kini sang bayi sudah bisa tertidur nyenyak. Abi membelai wajah sang Bayi merasa sangat bersalah karena beberapa hari ini tak memperhatikannya dan tak melihat perkembangan Bayinya.

"Pulanglah Nak ganti baju Ibu akan di sini untuk menemani putrimu," ucap sang Ibu mertua, karena melihat wajah menantunya yang begitu lelah dan tak beraturan.

"Baik Bu, setelah berganti pakaian aku akan kembali lagi kesini menjaga Nayra."

"Jadi namanya Nayra?" Bu Sukma tersenyum karena Abi telah memberikan nama untuk putrinya.

"Iyya Bu, kalau begitu aku permisi dulu.

Aku titip Nayra ya Bu."

Iyya Nak."

Abi pun bergegas untuk pulang karena sudah merasa sangat tak nyaman dengan tubuhnya.

Setelah sampai di rumah, Abi kemudian membersihkan diri dan membuat kopi untuknya.

Abi membuat kopi sendiri karena Bu Diyah ijin beberapa hari ini. Abi tiba-tiba teringat dengan Bu Diyah dan wanita yang di temaninya saat di rumah sakit.

Anak dari wanita itu sangat beruntung karena masih memiliki Ibu, sedangkan anaknya terlahir tanpa Ibu di sampingnya. Begitulah fikir Abi.

Abi mendesah panjang lalu menyeruput kopinya. Abi hanya meminum sedikit karena teringat akan putrinya dan bergegas untuk segera ke rumah sakit. Abi tak sanggup berlama-lama di rumahnya karena terus saja teringat akan istrinya, jadi Abi lebih memilih menyibukkan dirinya bersama dengan putrinya dan itu membuat luka hatinya sedikit terobati.

Terpopuler

Comments

amelianhaliza

amelianhaliza

seruuuu sukaaa, untung muncul ini novel di beranda

2022-09-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!