Siang itu di depan gedung sebuah rumah sakit, seorang pengusaha sukses Abi manyu putra pranata seorang pengusaha sukses tengah mengantarkan istrinya yang akan segera melahirkan. Adelia di bantu turun dari dalam mobil oleh Abi karena tak mampu berjalan.
Abi menaikkan istrinya di atas kursi roda lalu bersiap membawanya ke ruangan yang telah ia pesan jauh-jauh hari untuk istrinya.
Tapi baru saja akan menaiki lift, Abi berpapasan dengan Aeril yang juga menggunakan kursi roda namun keadaannya lebih lemah dari Delia istri Abi.
"Bi tunggu," ucap Delia yang menghentikan langkah Abi.
"Kenapa sayang?" tanya Abi, karena istrinya tiba-tiba menghentikannya.
"Wanita itu suaminya mana, kenapa yang nganter Ibunya? Kasian banget loh kayaknya pendarahan gitu," tunjuk Delia kepada Aeril, karena darah memang sudah sampai di kaki Aeril.
"Udah biarin aja, mungkin suaminya nggak sempat," ucap Abi menenangkan meski ia pun terperangah saat melihat seorang wanita yang akan melahirkan tapi tanpa di temani sang suami.
"Suami macam apa yang tega nelantarin istrinya yang lagi pendarahan gitu.
Loh Bi, itu kan Bu Diyah?"
"Iyya itu Bu Diyah," jawab Abi mengernyit heran karena yang menemani Aeril adalah pembantunya Abi.
Baru akan bertanya lagi tapi Delia sudah merasakan kontraksi kembali dan itu membuat Abi bergegas membawanya masuk ke dalam lift untuk menuju ke ruangannya.
Sesampainya di ruangannya tim dokter segera memeriksa Delia yang tengah meringis kesakitan.
Setelah beberapa jam berjuang terdengarlah suara tangis bayi yang begitu nyaring, dan itu sukses membuat Abi tersenyum lega.
"Pak Bayi anda dalam keadaan sehat, tapi istri anda sangat lemah karena mengalami pendarahan yang sangat hebat.
Saya harap Bapak segera menemukan darah yang cocok untuk istri anda karena stok darah di rumah sakit sedang kosong," jelas dokter, dan itu sukses membuat Abi terjatuh lemas di atas lantai.
Dengan tangan bergetar Abi maraih benda pipih yang ada di dalam saku celananya lalu menghubungi semua orang terdekatnya untuk segera datang ke rumah sakit untuk menolong Delia.
"Bi," Panggil Delia lirih, suaranya hampir tak terdengar.
Sontak Abi langsung berdiri di dekat istrinya.
Bibirnya sangat pucat dan tubuhnya kian melemah, membuat seorang Abi manyu menangis seketika.
"Iyya sayang." Di belainya pipi sang istri dengan lembut dengan mata yang tak hentinya mengeluarkan air mata.
"Anak kita mana Bi? Aku mau gendong dia untuk yang pertama dan terakhir kalinya," ucap Delia dengan sorot mata yang penuh ketegaran.
"Kamu ngomong apa sayang, kamu akan selamanya menggendong anak kita dan kita akan menua bersama.
Aku janji, aku akan bikin kamu bisa terus bersama anak kita. Kamu akan sembuh." Mulut Abi bergetar mengatakan semua itu.
Dengan hati-hati Abi mengambil bayinya yang berada di Boks bayi di samping tempat tidur Delia, lalu membawanya ke pelukan Delia.
Delia memeluk bayinya lembut dan terus menciuminya penuh cinta. Air matanya kini menetes saat memandang bayi tengah tertidur pulas.
"Maafin mama sayang karena Mama nggak bisa meluk kamu selamanya. Mama berdoa suatu saat kamu akan mendapatkan Mama yang tulus mencintaimu nak." Delia terisak sembari terus memeluk bayinya.
"Kamu ngomong apa Delia? kamu akan baik-baik saja aku yakin.
Kita udah nunggu selama lima tahun untuk anak kita, aku nggak akan biarin kamu kenapa-kenapa."
"Bi aku sangat mencintai kamu," ucap Delia sembari membelai wajah Abi.
"Aku pun sangat mencintaimu sayang. Bertahanlah sebentar lagi Delia, kita tunggu sampai pendonor darahnya tiba, ya."
"Aku udah nggak kuat Bi, berjanjilah untuk terus menyayangi putri kita apa pun yang terjadi.
Jika suatu saat ada seorang wanita yang tulus menyayangi putri kita, aku iklas kalau kamu menikahinya." Suara Delia semakin melemah dan itu membuat Abi semakin histeris.
Abi tak lagi mampu membendung suara tangisnya yang sejak tadi ia tahan.
"Bertahanlah Delia aku mohon demi aku dan anak kita, aku nggak bisa hidup tanpa kamu sungguh, bertahanlah." Abi terus memohon kepada Delia agar terus bertahan tapi takdir berkata lain, keadaan Delia semakin melemah.
Dokter pun mulai berdatangan karena mendengar teriakan Abi.
"DELIAAAA!!!!!!!!!"
Abi berteriak frustasi saat melihat mata Delia perlahan-lahan terpejam seperti seseorang yang tengah tertidur.
Beberapa Dokter mulai memeriksa Delia dan masih mengupayakan yang terbaik tapi Delia tak lagi dapat di tolong, Dokter pun angkat tangan.
"Maaf Pak Abi kami sudah mengupayakan yang terbaik tapi semua sudah menjadi takdir tuhan, sekali lagi maafkan kami Pak Abi." Dokter meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Abi lalu satu per satu meninggalkan ruangan itu.
Abi terus memeluk Delia, masih merasa tak percaya jika istri yang sangat di cintainya itu akan pergi meninggalnya.
Bersamaan dengan itu putrinya yang baru saja di letakkan di boks bayi oleh suster menangis kencang.
Dengan tangan bergetar Abi menggendong putrinya agar putrinya tenang lalu kembali mendekat ke samping istrinya berbaring.
Tuhan ... tidakkan engkau merasa kasihan melihat kami terutama putriku, dia bahkan baru saja lahir tapi engkau sudah merenggut ibunya.
Jika aku bersalah harusnya aku saja yang di hukum jangan putriku.
Abi terus berkata di dalam hati. Ia tak habis fikir sekian lama ia dan istrinya mendambakan seorang anak, tapi saat tuhan mengabulkan doanya tuhanpun merenggut istrinya darinya.
Tuhan ... apakah ini harga yang harus ku bayar atas doa-doaku selama ini.
Abi terus terisak.
"Sabar Bi, ini semua sudah takdir tante yakin semua akan ada hikmahnya. Sekarang kamu hanya harus fokus merawat putrimu, dia juga sangat membutuhkan kamu." Salah satu tante Abi yang baru saja datang mencoba menenangkan Abi
Beberapa keluarga juga telah datang dan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Delia.
Bu Sukma yakni Ibu dari Delia juga tak kalah histeris saat melihat putrinya terbaring tak bernyawa lagi.
******
Setelah semua proses pemakaman selesai, satu per satu keluarga Abi meninggalkan rumah yang di tinggali Abi bersama Delia, hanya tinggal beberapa saja yang bertahan di rumah.
Abi pun setelah pulang dari rumah sakit menjadi lebih pendiam dan terkesan dingin. Orang-orang pun tak ada yang berani menegurnya.
Bu sukma yang masih berada di rumah Abi membantu mengurus cucunya karena keadaan belum memungkinkannya untuk pulang ke rumahnya. Bu Sukma pun sama terpukulnya dengan Abi tapi dia mencoba untuk tidak terlarut dalam kesedihan demi cucunya, karena saat ini cucunya pun sangat membutuhkannya.
Setelah beberapa hari di rumah Abi mengurus cucunya, pagi itu Bu Sukma sangat panik karena cucunya mengalami demam dan terus saja menangis. Bayi kecil itu tak mau meminum susu formula yang sudah di buatkan oleh baby sitternya, meski di minum tapi tetap akan di muntahkannya lagi.
"Bi anakmu sakit, kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga." Abi tersentak kaget saat Ibu mertuanya datang ke kamarnya.
Dengan cepat Abi berlari ke kamar putrinya setelah sampai ia meraba kening dan lehernya, Abi kaget karena suhu tubuh putrinya sangat tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments