3 Dekade Yang Disempurnakan

3 Dekade Yang Disempurnakan

Menyusun Artefak

*Aku membuka kotak peninggalan Kaisar, anakku yang bekerja menjadi seorang arkeolog. Dan saat aku buka, ternyata di dalamnya hanya ada beberapa pecahan artefak*.

*Kemudian aku menyusun artefak itu, karena penasaran. Dan akhirnya aku berhasil menyusun artefak itu menjadi utuh. Saat susunan artefak itu telah sempurna, keluar cahaya dari garis-garis pecahan itu. Kemudian cahaya terang menyelimuti diriku*.

*Aku pun terbangun dari tidurku, dan betapa terkejutnya aku. Saat aku terbangun yang pertama kali kulihat adalah aku berada di kamarku jaman dahulu, saat aku masih sekolah*.

*****

Beberapa jam sebelum menyusun artefak,

*Pagi hari yang mendung dan hujan gerimis yang mengguyur bumi. Seakan menggambarkan suasana hatiku saat ini. Ku tetap berdiri di depan makam anak pertamaku yang baru saja dikebumikan. Putraku satu-satunya yang aku punya kini meninggalkan aku juga seorang diri*.

    Di samping makam putraku ada makam mendiang istriku, yang sudah lama sekali meninggal. Dan makam putra kedua aku yang belum pernah bisa melihat indahnya dunia pun berada di samping makam istriku.

    Ketiga makam orang-orang yang aku cintai dan sayangi, kini berjajar rapi di hadapanku. Aku selalu meratapi kebodohan diriku, yang tidak pernah memahami keadaan keluargaku.

    Putra kedua aku yang terlahir prematur, karena kesehatan istriku yang terganggu. Akibat kelelahan bekerja dan mengurus rumah. Dan aku yang saat itu sedang ada jadwal operasi pasien aku. Aku lebih memilih melakukan operasi itu, dari pada memberikan dukungan moral untuk istriku.

   Akibat dari kehilangan putra kedua kami. Istriku jadi seorang yang suka murung dan menyendiri. Lagi-lagi aku mendiamkannya nggak mempermasalahkan perubahan sikapnya itu. Karena aku pikir, dia masih sedih karena telah kehilangan anak yang selalu dinantinya.

    Bahkan saat putra pertamaku, yang selalu membutuhkan kehadiranku dalam proses tumbuh berkembang dirinya. Aku limpahkan kepada adik laki-laki ku. Setiap ada kegiatan sekolah yang melibatkan orangtua, maka adik bungsuku yang akan menggantikan aku.

    Apakah aku menyesal? Iya, itulah jawaban yang akan aku berikan. Aku menyesali semua tindakan yang aku ambil untuk keluargaku. Aku menyesal karena telah menelantarkan mereka, disaat mereka membutuhkan diriku. Aku menyesal disaat mereka mengalami kesulitan dalam menjalani kesehariannya. Aku menyesal tidak bisa berbagi suka maupun duka dengan orang-orang yang aku sayangi.

    Apakah ini hukuman dari Tuhan untuk aku, karena telah mengabaikan keluargaku. Sehingga Dia mengambil kembali orang-orang yang telah diadakannya untuk diriku. Mungkin aku adalah orang yang tidak bisa dipercaya untuk menjaga makhluk ciptaan-NYA. Seandainya waktu bisa diputar kembali, maka aku tidak akan menyia-nyiakan keberadaan mereka di dekatku.

     Air mata yang membasahi pipiku bercampur dengan air hujan. Sehingga tidak tahu mana air mata dari tangisan diriku, dan air hujan yang membasahi tubuhku. Kini hujan turun dengan derasnya menggantikan hujan gerimis tadi. Tapi aku masih diam terpaku di tanah pemakaman keluargaku.

    Ku alihkan pandanganku tak jauh dari makam putra keduaku. Disana ada deretan makam kedua orang tuaku yang telah lama meninggal. Dan makan adik perempuanku yang aku sesali kematiannya. Serta makam adik laki-laki aku yang sudah menggantikan peranku sebagai ayah untuk putra pertamaku.

    Di hadapan aku kini terlihat jelas deretan makam seluruh orang-orang yang pernah mewarnai kehidupanku. Seandainya Tuhan mau memberikan aku kesempatan. Maka aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

    Entah berapa lama aku berdiri disini, yang jelas hujan telah berhenti. Dan matahari pun sudah berani memancarkan sinarnya. Aku dapat merasakan hangatnya sinar matahari itu, di tubuhku yang sudah basah kuyup.

    Aku menengadahkan wajahku menghadap langit. Awan kelabu yang tadi memenuhi langit kini telah hilang, dan digantikan dengan awan yang berwarna putih seperti kapas. Kulihat ada pelangi yang menghiasi langit di pagi hari ini. Warnanya yang indah telah menggantikan warna gelap dari awan kelabu yang tadi memenuhi langit sejak fajar tadi.

" Pak Dokter!"

    Kudengar seseorang memanggilku dari kejauhan. Aku layangkan pandanganku mencari sumber suara itu. Dilihatnya pembantu di rumahku yang telah memanggil aku.

" Ada apa Maria?" Tanyaku saat perempuan paruh baya itu menghampiri ku.

" Ada tamu yang mencari Pak Dokter." Dengan napas yang masih terputus-putus Maria memberitahu kepada kalau ada tamu yang ingin menemui ku.

" Siapa?" Tanyaku lagi.

" Tidak tahu, Pak. Tapi sepertinya dari kantor pusat tempat Den Kaisar bekerja." Jawab Maria.

" Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang sama-sama.

*****

*Aku melihat sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di halaman rumahku. Dan saat aku masuk ke dalam rumah, disana ada dua orang yang sedang duduk di sofa. Yang satu orang adalah lelaki berusia lanjut, usianya sekitar enam puluh lima tahunan. Dan yang seorangnya lagi lelaki paruh baya, yang mungkin sekitar seumuran dengan aku*.

" Selamat pagi, Pak." Salam mereka kepadaku.

" Selamat pagi." Aku juga membalas salam mereka.

" Maaf, kedatangan kami pagi ini, telah mengganggu waktu Bapak." Kata lelaki yang seumuran dengan ku.

" Tidak apa-apa, kebetulan waktu saya juga sedang luang." Jawabku sambil tersenyum.

" Silahkan diminum tehnya, selagi masih hangat." Perintah ku kepada mereka berdua, saat Maria menyuguhkan tiga gelas air teh hangat untuk kami.

    Dan aku tidak menyia-nyiakan itu, karena tubuhku sudah merasa kedinginan. Aku bahkan langsung menghabiskan air teh hangat itu dalam sekali minum. Dan aku lihat juga kedua tamuku itu meminum air tehnya juga.

" Ada keperluan apa, anda berdua mencari saya?" Tanyaku begitu mereka meletakkan gelasnya di atas meja.

" Kami hanya ingin mengantarkan barang-barang milik Kaisar yang dia bawa ke tempat kerja, saat kecelakaan itu terjadi." Kata lelaki yang telah berusia lanjut itu.

     Kemudian lelaki yang seumuran dengan aku, menyerahkan tas milik Kaisar yang sering dia bawa ke tempat kerjanya saat di lapangan. Dan satu kotak peti yang berukuran sedang. Aku Pun menerima barang-barang peninggalan putraku itu.

" Kami turut berbela sungkawa, atas meninggalnya Kaisar anak Bapak." Lanjut lelaki berusia lanjut itu.

" Terima kasih, Pak. Ini sudah menjadi takdir anakku, Kaisar yang memiliki umur pendek." Jawab aku dengan suara rendah.

" Kalau begitu kami mohon undur diri." Kata lelaki paruh baya yang seumuran denganku.

" Baiklah. Hati-hati di jalan." Jawab aku dan mengantar mereka ke depan teras rumah. 

*****

*Setelah selesai mandi, aku memasuki kamar milik Kaisar. Aku lihat barang yang tadi diantarkan oleh kedua orang itu, berada di atas meja belajar miliknya. Aku pun berjalan ke arah meja yang sudah menemani Kaisar belajar sejak duduk di sekolah menengah pertama itu*.

     Aku membuka kotak peti yang sejak tadi sudah mencuri perhatian aku. Kotak peti itu ternyata dikunci, dan aku membutuhkan kuncinya untuk bisa membukanya.

    Aku teringat kalau saat Kaisar meninggal dia menggunakan kalung yang ada kunci kecil yang menjadi gantungannya di sana. Aku pun mencari kunci itu di meja laci di ruangan milik Kaisar yang sering dipakainya untuk meneliti benda-benda bersejarah.

*Aku pun membawa kotak peti itu ke ruang bawah tanah. Ke tempat Kaisar sering menghabiskan waktunya. Aku pun duduk di kursi kebanggan Kaisar semasa hidupnya. Aku simpan kotak peti itu diatas meja, dan aku membuka lacinya untuk mencari kunci yang lima hari lalu aku simpan disana*.

    Aku buka kotak peti itu menggunakan kunci yang aku dapat dari laci. Dan ternyata itu benar, kalau kunci itu adalah pasangan dari gembok kotak peti. Dan saat aku buka, ternyata di dalamnya hanya ada beberapa pecahan artefak.

     Kemudian aku menyusun artefak itu, karena penasaran. Dan akhirnya aku berhasil menyusun artefak itu menjadi utuh. Saat susunan artefak itu telah sempurna, keluar cahaya dari garis-garis pecahan itu. Kemudian cahaya terang menyelimuti diriku.

*****

"Raja!"

" Raja!"

" Raja cepat bangun nanti kamu kesiangan berangkat ke sekolahnya!" Terdengar suara familiar yang sangat dirindukannya.

     Aku pun terbangun dari tidurku, dan betapa terkejutnya aku. Saat aku terbangun yang pertama kali kulihat adalah aku berada di kamarku jaman dahulu, saat aku masih sekolah. Ada kertas yang tertempel di dinding dekat meja belajarku.

*****

Terpopuler

Comments

Arockz

Arockz

tolong tamatkan jangan di buat gantung

2021-12-29

1

auliasiamatir

auliasiamatir

bagus ceritanya nih, aku jadikan favorit Thor

salam dari ku


CINTA TAK PERNAH MATI

2021-12-17

4

Hiatus

Hiatus

tinggal jejak dulu tak Fav yang paling dikit viewer nya kak Santi...
semangat 💪💪

2021-11-07

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!