Raja, Ratu, dan Sultan

" Raja cepat bangun nanti kamu kesiangan berangkat ke sekolahnya!" Terdengar suara familiar yang sangat aku rindukan.

    Perlahan aku membuka kelopak mataku, saat semua nyawaku sudah terkumpul. Kulayangkan pandanganku ke sekeliling kamar. Aku merasa tidak asing dengan suasana kamar ini. Aku pun mengerutkan keningku, saat melihat kalender yang tergantung di dinding dekat meja belajar.

    Aku pun berjalan ke arah kalender itu, mungkin saja ada yang salah. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat wajahku di cermin yang digantung dekat kalender.

" Kenapa wajah ku menjadi muda kembali?"

" Apa aku sedang bermimpi?"

" Kenapa tanggal di kalender ini menunjukan waktu tiga puluh tahun yang lalu!" Aku terus saja bermonolog di dalam kamarku.

     Aku periksa semua barang-barang milikku. Dan benar saja semua barang milikku ini adalah barang kepunyaan aku di kehidupan aku terdahulu.

    Untuk memastikan semuanya, aku cepat-cepat mandi. Dan memakai seragam sekolah ku. Karena di samping kiri dinding kalender, ada jadwal pelajaran harian. Aku tidak kesulitan saat membereskan buku untuk mata pelajaran hari ini.

    Ku turuni anak tangga, dan berjalan ke arah ruang makan. Yang biasa sudah ada sarapan di atas meja. Aku lihat Ibu yang sedang memasak nasi goreng andalannya. Hatiku bergemuruh sangat kencang, melihat sosok wanita yang sudah lama sekali aku rindukan.

" Ibu?" Aku memanggilnya dengan ragu-ragu.

" Ayo cepat sarapan Raja! Ini sudah siang." Kata ibu sambil mengalihkan pandangannya sesaat kepadaku yang masih berdiri di dekat meja makan.

    Aku bukannya duduk di kursi untuk sarapan. Tetapi aku malah menghampiri ibuku. Dan memeluknya dari belakang. Tangisku pecah saat itu juga, karena bisa kembali merasakan wangi tubuh Ibu yang khas. Dan tubuhnya yang masih sehat dan berisi.

" Raja, kamu kenapa?" Ibu membalikan badannya dan memegang wajahku.

" Katakan pada Ibu, ada apa?" Tanyanya lagi dengan nada yang begitu mengkhawatirkan aku.

    Aku hanya menangis, tak bisa menghentikannya. Sesak rasa di dadaku, tak sebanding dengan rasa bahagia aku yang sedang ku rasakan.

" Ibu…. Aku senang bisa melihat Ibu lagi!" Kataku dengan menahan suara tangis.

" Apa kamu semalam mimpi buruk?" Ibu menghapus air mata ku yang masih saja mengalir di pipiku.

    Aku menganggukkan kepalaku, sebagai jawaban dari pertanyaan ibuku.

" Hmm, anak ibu mimpi apa sampai nangisnya seperti ini?" Tanya Ibu lagi.

" Aku mimpi ibu, ayah, Ratu, dan Sultan. Pergi meninggalkan aku." Jawabku setelah berhasil menguasai diriku ini.

" Hehe…. Ada-ada saja kamu!" Ibu mengelus kepalaku seperti biasa yang dia lakukan saat hidupnya dahulu.

" Ho…. Kak Raja, kenapa menangis?" Tiba-tiba terdengar suara cempreng adik perempuanku yang masih memakai seragam putih biru.

" Kakakmu, semalam mimpi buruk!" Kata ibu dengan nada suara yang sedang menggoda aku, agar aku kembali tersenyum.

" Ratu, Kakak sayang kamu."

    Aku pun memeluk tubuh adik perempuanku, Ratu. Seperti yang ingin sekali aku lakukan kepada adik-adikku, saat dulu.

" Iya, Ratu juga sayang sama Kakak." Ratu membalas pelukanku walau dengan kaku.

" Sultan juga sayang sama Kak Raja, dan Kak Ratu." Suara milik adik bungsuku terdengar di balik tubuhku.

" Sultan, adik Kakak yang paling baik. Kakak juga sangat…. Sayang sama kamu." Kataku sambil memangku adikku yang baru berusia enam tahun. Usia kami lumayan terpaut jauh.

" Ayo cepat sarapan, sudah siang. Jangan sampai kalian terlambat datang kesekolah." Perintah Mamaku.

" Kak Raja, ayo cepat kita selesaikan sarapan ini dan kita berangkat bersama." Ratu tersenyum penuh bahagia.

******

    Aku langkahkan kaki ku menuju gerbang sekolah. Aku melihat sudah banyak murid-murid yang datang. Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, dan di sana anak-anak laki-laki sedang heboh memainkan permainan Ludo.

     Suasana kelas yang ramai, kini begitu sangat ku rindukan. Berbeda dengan dahulu, aku tidak suka suasana kelas yang ramai. Makanya aku sering menyendiri di perpustakaan, atau di halaman belakang sekolah.

" Hai, Radit. Selamat pagi!" Salamku untuk teman sebangku yang selama ini aku kurang peduli padanya. Padahal di masa depan aku sering ditolong olehnya.

" Selamat…. Pagi!" Radit agak ragu-ragu saat menjawab salamku. Padahal dia sering memberi salam kepada teman-teman yang lainnya.

" Apa kamu sudah menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh guru, Minggu lalu?" Radit bertanya kepadaku dengan wajah yang terlihat cemas. Sepertinya dia lupa akan tugasnya itu.

    Aku pun mengeluarkan buku matematika milikku. Dan memeriksanya, ternyata aku sudah mengerjakan tugasku.

" Sudah, nih kalau kamu mau mencontek. Cepatlah sebentar lagi, bel masuk akan berbunyi." Kataku sambil menyerahkan buku tugasku.

    Terlihat ekspresi wajahnya yang terkejut. Aku tahu kenapa dia bisa seperti itu. Karena aku paling anti memberikan contekan hasil tugasku kepada teman-teman yang lain.

" Cepat salin! Nanti keburu masuk." Aku mengulangi lagi perkataanku.

    Dan Radit pun cepat-cepat menyalin tugas milikku. Ternyata teman-teman yang lainnya juga ikut-ikutan mencontek. Aku biarkan saja mereka melakukan itu.

    Aku bertekad akan merubah sifatku yang dianggap buruk oleh orang-orang disekitarku dahulu. Seperti tidak peka terhadap orang lain. Lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Kurang peduli dengan lingkungan sekitarku. Dan aku kurang bisa mengekspresikan apa yang aku rasakan.

" Hai, Nino. Apa kamu juga lupa mengerjakan tugas Matematika milik mu?" Tanya aku saat melihat ketua kelas juga ikut-ikutan mencontek.

" Hehehe…. Iya, aku lupa." Tawanya yang khas itu sekarang terasa tidak aneh bagiku. Kalau dulu aku sering merasa aneh saat mendengar suara tawanya itu.

" Apa kamu masih aktif ikutan olahraga basket?" Tanyaku, karena selain menjadi ketua kelas, Nino juga ketua klub basket sekolah.

" Masih, kenapa? Apa mau ikutan gabung!" Tanyanya padaku.

" Bolehkah aku ikut bergabung denganmu?" Aku balik bertanya.

" Tentu saja boleh, walau sekarang kita sudah kelas tiga. Tapi masih bisa ikutan bermain." Jawabnya dengan penuh semangat. 

    Aku pun tersenyum bahagia. Kini saatnya aku mencari teman-teman seusiaku dan menghabiskan banyak waktu bersama mereka menikmati masa-masa menyenangkan di sekolah.

    Aku membuat beberapa perencanaan yang menyangkut diriku terlebih dahulu. Aku menulisnya di selembar kertas. Rencana apa saja yang ingin aku lakukan dalam hidupku.

    Setelah selesai dengan rencana kehidupan pribadiku. Aku kemudian mengambil kembali kertas kosong. Kali ini aku mencoba mengingat kembali kejadian-kejadian di masa laluku yang ingin aku ubah. Aku menulis serangkaian kejadian yang terjadi pada keluargaku, kenalanku, dan teman-teman ku.

    Aku urutkan kejadian berdasarkan waktunya. Aku menulis kejadian apa yang kira-kira sebentar lagi akan terjadi. Yang kiranya bisa aku ubah.

    Dalam ingatanku kejadian yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat adalah teman sekelasku yang tertabrak motor saat akan menyebrang jalan di depan sekolahan. Dia mengalami patah tulang, sehingga sampai hari kelulusan pun dia belum bisa berjalan

*****

Terpopuler

Comments

🦋PutriBiru🦋

🦋PutriBiru🦋

sipppp , baru baca ky'y seru ky karya yg lain'y.... lanjuttt

2021-10-18

14

rra.dhiii

rra.dhiii

keren kak🤩
jangan lupa mampir juga di rebirth modern magic war

2021-10-18

4

Ravindra Li

Ravindra Li

Hmmmm menarik kak, kaya time travel yang ingin merubah urutan sejarah, KEREN BGT 🤩🙌

2021-10-18

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!