Pagi hari ini, aku mulai dengan lari pagi di sekitar komplek rumah. Aku sudah membuat jadwal harian, saat tadi malam. Dan mulai hari ini aku akan menjalani rutinitas sesuai dengan jadwal yang membuatku lebih terarah. Membagi waktu dengan sebaik-baiknya, agar tidak ada yang terbuang sia-sia.
" Selamat pagi, Pak RT!" Sapa ku kepada lelaki paruh baya yang menjabat RT di komplek rumah kami.
" Eh Raja, selamat pagi. Tumben lari pagi." Jawabnya saat aku berlari disampingnya.
" Iya, Pak. Biar badan terasa sehat dan ringan." Aku beralasan, dan kami pun sama-sama berlari mengitari taman komplek tiga putaran.
Pak RT, di kehidupanku yang lalu itu orangnya baik. Tetapi beliau meninggal bersama istrinya saat pergi menjenguk ibu mertuanya. Dan kedua anak perempuannya diasuh oleh sepupunya. Dan saat mereka dewasa kedua kakak adik itu dijualnya ke seorang mucikari.
Menyelamatkan kedua anak pak RT pun sudah masuk ke daftar orang-orang yang akan aku selamatkan di kehidupan ini. Karena di kehidupan dahulu, anak sulung pak RT menceritakan kehidupannya yang penuh penderitaan setelah kematian orang tuanya.
*****
" Raja, jurusan apa yang akan kamu masuki saat kuliah nanti?" Tanya Ayah saat aku selesai sarapan.
" Mungkin jadi Dokter Bedah atau Dokter Ahli Dalam." Jawabku setelah menelan makanan yang sedang dikunyah oleh ku.
" Bagus, Ayah senang kalau kamu juga mengikuti jejak menjadi seorang Dokter." Kulihat senyum ayah yang mengembang.
Baru beberapa hari aku kembali ke kehidupan kini. Aku sudah banyak melihat banyak perubahan di rumahku. Terutama ayah, yang jarang tersenyum lebar seperti tadi. Bahkan aku beberapa kali melihatnya tertawa saat aku mengajaknya bermain bersama Sultan.
" Bukannya Kakak ingin menjadi seorang Arsitek. Dan membuat bangunan yang megah dan canggih?" Ratu melihat ke arahku.
" Kini Kakak ganti cita-cita. Kakak ingin banyak menolong orang yang sedang sakit." Jawabku sambil mencubit gemas pipi Ratu yang chubby.
" Sakit Kak Raja!" Teriak Ratu dan hendak membalas ku. Tapi aku buru-buru menghindar dan berlari mengitari meja makan. Jadinya kami kejar-kejaran, dan makin heboh saat Sultan malah ikut-ikutan mengejar aku dan Ratu. Sementara ayah dan ibu malah tertawa melihat kita.
" Sudah kalian cepat pergi ke sekolah! Nanti kesiangan." Ibu meminta kami berhenti dan segera berangkat ke sekolah.
******
Aku melihat kalender di dinding kamarku. Besok adalah jadwal bulanan ayah pergi ke pinggiran kota. Untuk memberi pengobatan kepada warga yang ada di sana. Dan keberangkatan inilah, ayah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematiannya.
Aku berpikir bagaimana caranya agar kecelakaan itu tidak terjadi. Diambilnya sebuah pensil dan selembar kertas diatas meja belajarku. Aku mencari nomor kontak telepon teman-teman ayah, Tim SAR, dan nomor kantor polisi. Aku tulis semua nomor yang kira-kira aku butuhkan.
" Ah, nomor Rumah Sakit dan Ambulance!" Aku pun mencari nomor Rumah Sakit yang dulu tempat mayat ayah diotopsi.
" Apalagi ya?" Aku terus berpikir hal-hal yang bisa menyelamatkan ayah dari kecelakaan itu. Aku berdiri di dekat meja bufet, dan melihat boneka milik Sultan yang berjajar disana. Boneka petani dan boneka beberapa jenis hewan ternak. Boneka petani itu memakai sepatu boot.
" Ya, sepatu ayah harus di ganti pakai boot. Kemudian jas hujan, senter, dan tongkat yang sering dipakai oleh para pendaki." Aku menuliskan semua barang-barang yang dikiranya dibutuhkan oleh ayah nanti saat disana.
" Ah, akhirnya. Sekarang tinggal menyiapkan semua barang ini!" Aku pun bergegas pergi ke toko swalayan.
*****
" Ayah ingat! Jangan pergi sendirian kalau masuk ke pelosok desa, harus didampingi oleh orang lain. Kalau jalanan becek ganti sepatunya dengan boot ini. Bawa jas hujan dan senter ini, simpan di tas kerja ayah. Walau agak aneh bawa juga tongkat ini, bila jalanan becek dan licin. Ini akan sangat membantu buat Ayah nanti." Aku menerangkan semua benda yang aku tadi berikan untuk ayah.
Kulihat wajah ayah dan ibu yang terpana melihatku. Aku pun menjadi salah tingkah. Pasti mereka merasa aneh dengan segala barang yang telah aku siapkan untuk ayah.
" Ini apa maksudnya?" Tanya ibu sambil menahan tawanya.
" Kan ada pepatah yang mengatakan!"
" Sedia payung sebelum hujan!" Kataku sambil tersenyum.
" Iya Kak Raja benar, apalagi sekarang masuk musim penghujan. Pasti jalanan disana becek dan licin." Ratu pun sependapat dengan aku.
" Baiklah akan Ayah bawa semua barang ini!" Ayah membawa semua barang yang telah aku siapkan.
" Ayah, simpan juga kertas ini. Mungkin saja nanti dibutuhkan." Aku menyerahkan kertas yang bertuliskan nomor-nomor yang sudah aku catat tadi.
" Buat apa nomor-nomor telepon ini?" Tanya ayah dengan memandangku dengan heran.
" Hehe…. Siapa tahu nanti orang-orang disana membutuhkan nomor-nomor darurat seperti ini." Ucapku sambil tersenyum malu.
" Ya, kamu benar. Sebaiknya warga desa itu tahu nomor telepon penting, di saat keadaan darurat." Ayah menganggukan kepalanya.
*****
Saat malam hari kami mendapat kabar kalau ayah mengalami kecelakaan. Betapa takutnya aku, kalau kejadian di kehidupan dahulu terulang lagi. Tubuhku bergetar, dan mengeluarkan keringat dingin.
" Raja!"
" Raja!"
Aku tersadar saat ada seseorang yang mengguncangkan bahuku. Ternyata itu adalah ibu.
" Ayo kita pergi ke Rumah Sakit!" Ibu menarik tanganku. Aku pun tanpa sadar langsung mengambil kunci mobil milik ayah, yang berada atas nakas.
" Ayo, Bu!" Ajak aku sambil naik kedalam mobil, dan menyalakan mesinnya.
Aku dan ibu mendatangi Rumah Sakit, tempat ayah dirawat. Disana aku lihat ayah sedang terbaring di brankar.
" Dokter, bagaimana keadaan suami saya?" Ibu bertanya kepada dokter yang sedang memeriksa keadaan ayah.
" Tenang saja Bu, pasien hanya mengalami luka ringan, memar dan kakinya terkilir." Jawab Dokter itu.
" Dokter, apa tidak ada luka dalam yang dialami oleh Ayah saya?" Tanyaku penasaran, karena takut ada luka dalam.
" Sepertinya tidak ada, kalau dilihat dari fisik pasien. Tapi kalau mau mengetahui hasilnya. Kalian harus membawanya ke Rumah Sakit kota untuk bisa melakukan CT scan." Jawab Dokter itu lagi.
" Ayo,Bu. Kita bawa Ayah ke Rumah Sakit kota!" Usulku pada ibu.
" Baiklah kita akan membawanya ke sana!" Ibu setuju dengan usulanku.
" Biar Raja saja yang urus administrasinya, Bu." Kataku.
" Tolong ya, Raja. Ibu mengandalkanmu!" Kata ibu.
" Iya, Bu." Aku pun bergegas menelusuri lorong Rumah Sakit dengan berlari.
Ibu ikut naik ambulan bersama ayah, sedangkan aku menaiki mobil milik ayah, yang aku bawa tadi. Begitu sampai di Rumah Sakit kota, kami langsung meminta segera dilakukan CT scan, kepada pihak Rumah Sakit tempat ayah bekerja.
Setelah menunggu semalaman, pagi ini dokter yang menangani ayah, akan memberitahukan hasilnya. Ternyata ayah mengalami gegar otak ringan, karena terjatuh ke jurang yang dangkal. Dan tidak mengalami luka dalam seperti yang aku takutkan. Hasil pemeriksaan dokter pun, sama dengan hasil dokter sebelumnya.
Sebenarnya ayah tengah malam sudah siuman tapi masih lemas dan kepalanya terasa pusing.
*****
JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH, DAN VOTE NYA JUGA YA.
DUKUNG AKU TERUS DENGAN MEMBERIKAN JEMPOL YANG BANYAK.
BUNGA ATAU KOPI JUGA BOLEH ITU MEMBUAT AKU MAKIN SEMANGAT LAGI.
TERIMA KASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments