Bab 4 - Terlihat Kelelahan

Mereka yang masih berada di depan pintu kaget bukan main dan langsung pergi secepat kilat meninggalkan perusahaan ini. Mata Putri terfokus pada pintu bertuliskan CEO, bukan hanya bunyi gelas pecah yang terdengar, berbagai benda pun beriringan membuat gaduh.

Kakinya melangkah mendekati pintu tersebut. Menatapnya lama. Ia ingin mengecek ke dalam ruangan tersebut namun hatinya ragu. Badannya berbalik segera menjauh dari ruangan itu.

"Hei, kau! Bisa kemari sebentar."

Tubuh Putri mematung, refleks menelan saliva. Mendengar suaranya saja sudah membuat ia tertekan, pantaslah dua karyawan tadi keluar dengan kondisi seperti itu.

"Kau mendengar saya kan?"

Putri membalikan tubuhnya menatap lawan bicaranya. Dalam sekejap ia bisa menebak orang yang kini berada di hadapannya sekarang. Persis seperti perkataan Meera, sulit untuk tidak terpesona oleh wajahnya yang tampan, Putri pun terdiam seketika dan hanya menatap wajah itu.

Andrian Irmansyah, CEO (Chief Excecutive Officer) Firma Grup: perusahaan swasta yang bergerak di bidang property tempat Putri bekerja sekarang. Memiliki paras yang rupawan. Matanya tajam, hidung mancung, rahang yang tegas dan rambut yang selalu tertata rapi, membuatnya terkenal dikalangan karyawan perempuan, seringkali menjadi perbincangan yang tidak mengenakan karena sikapnya yang terkesan pemarah.

"Kau tuli?!"

Putri terperanjat mendengar suara Andrian yang meninggi. Kepalanya spontan menunduk meminta maaf.

"Bereskan yang di dalam." Titahnya sambil membuka pintu lebar-lebar.

Kepala Putri menjulur melihat ruangan tersebut sudah seperti kapal pecah. Benda-benda tergeletak tidak pada tempatnya, sangat berantakan.

"Saya akan mengambil peralatan dulu." Ucapnya masih dengan kepala menunduk. Andrian hanya berdehem lalu masuk kembali ke dalam ruangannya.

Helaan napas keluar dari mulutnya, berbicara dengan CEO membuatnya tidak bisa bernapas dengan bebas. Setiap perkataannya mampu menelan kepercayaan diri seseorang hanya tunduk kepadanya.

"Kenapa bisa setampan itu sih? Tapi sifatnya jelek banget." Dalam perjalanan menuju pantry ia meracau. "Ayo hindari dia dan segera selesaikan tugasnya."

Beberapa menit kemudian Putri kembali ke ruangan CEO dengan membawa peralatan yang dibutuhkan. Tangannya dengan telaten membersihkan kekacauan yang ada. Sementara Andrian sibuk dengan tumpukan dokumen yang ada di mejanya.

Brak!

Putri terperanjat kaget, Andrian tiba-tiba saja memukul mejanya sendiri.

"Enggak ada yang beres." Dia bergumam masih fokus mengecek dokumen.

Putri hanya memperhatikan dari jauh sambil meletakan barang-barang ke tempat asalnya. Ia bekerja dalam diam, namun rasa frustasi yang di alami Andrian seakan tertular. Pekerjaannya begitu sangat berisik.

Sebuah dokumen diremasnya lalu dilempar ke sembarang arah. Putri Menghela napas dalam, mengambil dokumen yang sudah tidak berbentuk lalu memasukannya ke tempat sampah.

Andrian sangat serius dengan pekerjaannya. Setumpukan dokumen pun sudah selesai di tanda tangani. Lalu ia menelepon sekretarisnya untuk datang segera ke ruangannya.

Suara pintu diketuk terdengar. Andrian bergeming dari duduknya seraya berteriak menyuruh orang itu masuk. Dengan sikap yang santun seorang berbadan tegap masuk ke dalam ruangannya.

"Bawa semua dokumen ini." Titahnya. Sekretaris itu langsung mengambil dokumen yang tertumpuk di atas meja. Keningnya mengerut, pasalnya dokumen yang berada di tangannya kini menjadi lebih sedikit.

"Hanya segini pak?" tanya sekretaris itu. Andrian menyemirikan senyum.

"Dokumen yang tidak penting sudah saya singkirkan. Kau boleh mengeceknya kembali lalu lengkapi yang tidak ada. Jangan sampai ada kesalahan lagi." Nadanya begitu dingin.

Sekretaris itu hanya bisa menurut kemudian keluar dari ruangan ini.

Rasa lelah membuat Andrian menjatuhkan kepalanya di atas meja. Seminggu ini baginya tidak ada yang beres sama sekali. Waktunya disibukkan hanya untuk bekerja, sangat berbeda dengan dulu. Tapi dia senang karena bisa memimpin perusahaan dengan kerja kerasnya.

Satu cangkir terlihat dalam pandangannya. Kepala Andrian sontak mendongkak keheranan melihat wanita dengan pakaian OG sedang berdiri di dekatnya mengulurkan cangkir itu.

"Apa ini?"

"Ko-kopi,"

"Untuk apa?"

"Saya lihat Pak Andrian sepertinya kelelahan, jadi saya membuatkan kopi."

Andrian menelengkan kepalanya melihat pada papan nama di saku kiri baju wanita itu.

"Putri Lily," Ia menyerukan namanya, "apa kamu tidak takut dengan saya?"

Manik mata Putri bergetar. "Sa-saya ... takut. Tap-tapi saya lihat anda benar-benar kelelahan, jadi silahkan diminum."

Hening. Andrian hanya menatap wajah Putri yang membuat wanita itu kembali merasa tertekan.

"Ka-kalau tidak mau biar saya saja yang minum." Putri hendak mengambil cangkir kopi itu kembali, namun tangannya dengan cepat digenggam oleh Andrian.

"Jangan gugup."

Mata keduanya saling bertemu. Debaran menyelinap masuk di hati mereka. Andrian yang merasakan itu langsung menepiskan tangannya.

"Dari tadi kamu belum pergi?"

"Belum."

"Kenapa tidak pergi?"

"Tadi saya memang berniat begitu. Tapi, ruangan ini selalu berantakan." Putri mendelik, "apalagi beberapa kertas melayang ke mana-mana. Kalau saya tinggalkan ruangan ini akan menjadi berantakan lagi."

Tawa Andrian pecah sampai sudut matanya berair. "Cuma kamu yang berani begitu."

"Hemm?" Putri keheranan.

"Kamu sudah punya kekasih belum?"

Pertanyaan tak terduga meluncur dari mulut Andrian, sontak membuat kedua mata Putri membulat sempurna.

"Hah?!"

Andrian tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Mana hapemu?" Putri yang masih kebingungan mengeluarkan handphone dari dalam kantong. Andrian menerimanya entah apa yang ia lakukan.

"Kita sudah bertukar nomor telepon sekarang. Aku akan menghubungi kamu nanti." Andrian mengembalikan handphone  itu, Putri segera menerimanya lalu tanpa sepatah kata pun wanita itu pergi dari sana.

Sesampainya di pantry tempat para pegawai beristirahat, Putri duduk temenung sambil memegangi handphone-nya. Sebuah tepukan di pundak membuatnya sedikit terperanjat.

"Kenapa melamun? Jam pulang sebentar lagi."

"Bukan begitu mbak. Emm... sepertinya aku sudah membuat kesalahan."

Meera yang berdiri langsung duduk di samping Putri.

"Kenapa? Ada apa?"

"Tadi aku disuruh membersihkan ruangan Pak Andrian, lalu ..." Meera menatapnya penuh keingintahuan, "tanpa disuruh, aku membuatkannya kopi."

"Oh, mbak kira kenapa." Meera tersenyum.

"Dia meminta hapeku, lalu kami bertukar nomor telepon."

Mendengar itu membuat Meera melotot tak percaya. Dia menundukkan kepalanya berbisik di samping Putri.

"Kamu serius?" Putri mengangguk, handphone yang digenggam diperlihatkannya. "Enggak boleh ada yang tau soal ini." Ucapnya lagi.

"Kenapa?" Putri bertanya pelan.

"Karena mereka akan iri."

Putri menjadi semakin penasaran. "Siapa?"

Meera mengawasi sekitar lalu kembali berbisik. "Pokoknya ada deh. Kamu beruntung banget." Lalu tersenyum sumringah.

"Kok beruntung?"

"Pak Andrian itu orang yang susah didekati, bahkan dia sangat cuek dengan wanita lain. Sedikit banget orang yang tahu nomor pribadinya. Sepertinya dia tertarik sama kamu."

"Hah! Aku?" Putri menunjuk dirinya sendiri. "Nggak mungkin mbak, apa yang istimewa dariku? Bahkan kita saja baru bertemu tadi?"

"Kamu cantik Putri, walau cubby." Meera mencubit pipi Putri. "Prihal jodoh enggak ada yang tahu." Tambahnya membuat Putri kembali merenung.

Pekerjaan hari pertama cukup lancar, Putri mulai terbiasa dengan semuanya. Dia berjalan pulang ke kosannya. Ia teringat kembali sosok misterius yang berada di kamarnya kemarin malam.

Ia jelas melihat ada pria di sana, tapi kenapa orang lain tidak melihat keberadaannya? Apa mungkin pria itu hantu?

Tanpa sadar Putri menyentuh bibirnya, seketika dia mengingat kembali bagaimana ciuman pertamannya itu diambil oleh ‘hantu'.

“Akhhh! Kenapa bisa begini?” Putri berjalan pelan menuju kosannya sesekali mengacak-acak rambutnya sedikit frustasi. Rasa lelah bekerja terganti oleh kekesalan yang terjadi semalam.

“Ciuman pertamaku....” keluhnya. Kenapa dia harus mengalami kejadian tersebut.

Putri menundukan kepalanya tidak mau bila ada orang yang mengetahui kalau ia sedang menangis sekarang.

Padahal ia berjanji pada dirinya sendiri akan memberikan ciuman pertama itu pada pria yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Tapi, semua harapan itu musnah seketika karena hantu yang tidak tahu diri berani menciumnya tanpa izin.

Sesampainya di kosan. Putri mulai mengendap-endap melihat sekeliling kamarnya lewat kaca jendela yang ada di sebelah pintu. Tidak terlihat ada seseorang di sana. Perasaannya masih kalut, akan tetapi ia sangat kelelahan dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.

Setelah pintu yang terkunci di buka, Putri masuk dengan hati hati. Ia merasa lega karena tidak menemukan siapa pun. Segera tubuhnya berbaring di kasur. Pandangan matanya menatap langit-langit.

Ia meraih hape yang berada di dalam tas, membuka daftar kontak, mencari nomor baru yang tersimpan. Bibirnya seketika menyungging senyum.

"CEO-ku dengan tambahan gambar hati." Begitulah nama yang tersemat dalam kontak yang baru ditambahkan.

Putri mengecek pada aplikasi percakapan berwarna hijau. Rasa keingintahuan menuntunnya untuk melihat foto profil yang tersemat. Wajah yang tampan namun pemarah itu terlihat.

Sulit sekali mengatur senyum yang terus mengembang di bibirnya.

Detik itu juga sebuah panggilan masuk mengagetkan dirinya. Handphone yang di pegangnya terlepas dan jatuh tepat ke atas wajahnya.

"Aw!" teriaknya karena terasa begitu sakit mengenai hidung.

Ia bangkit dari tidurnya sambil mengusap wajah yang berkedut. Tanpa disangka Andrian akan menghubunginya secepat itu dan di waktu yang salah. Putri masih mengusap wajahnya yang kini terasa perih.

"Haruskah aku angkat?"

Handphone-nya terus bergetar. Akhirnya ia memutuskan untuk mengangkatnya sebagai formalitas.

"Iya, Pak Andrian. Ada yang bisa saya bantu?"

Terdengar suara tawa dari seberang sana, Putri menautkan kedua alisnya.

Apa yang lucu?

"Santai saja bicaranya. Aku mau lebih dekat denganmu."

"Baik,"

"Sekarang kamu lagi apa?"

"A-aku lagi istirahat." Walau terasa canggung berbicara santai terhadap atasan, tapi Putri mengikuti sesuai perintahnya.

"Jangan lupa makan, ya. Atau mau makan bersama? Aku akan menjemput kamu sekarang."

"Enggak, nggak usah." Cepat Putri menjawab.

"Kenapa?" terdengar kekecewaan dari suaranya.

"Aku sudah makan. Iya ... pas sampai aku langsung makan."

"Oh, ya sudah kalau begitu. Kapan-kapan kita makan bersama ya." Putri terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. "Ini terlalu cepat ya?"

"Apaanya?"

"Enggak apa-apa. Ya sudah, kamu kembali istirahat sana. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan sekarang. Sampai besok dan mimpi yang indah."

Sambungan pun selesai.

Putri membeku, wajahnya terasa sangat panas, hatinya berdebar tak keruan. Ada apa dengannya, apa ia sakit? Hatinya sedikit tidak wajar. Menerima perlakuan yang hangat membuatnya terasa sangat istimewa.

"Enggak boleh Putri!" Ia memperingati dirinya sendiri. Mengingat derajat mereka sangatlah berbeda.

Andrian seorang CEO dengan kekayaan yang melimpah. Sedangkan dirinya hanya seorang OG dengan latar belakang yang tidak jelas. Sebelum rasa itu terus tumbuh lebih baik ia menjaga jarak dengan CEO itu.

Putri menggenggam handphone-nya erat, kembali merenung pada takdirnya, tanpa ia sadari ada seseorang yang berada di sampingnya.

“Telepon dari siapa?”

“Ini dari Andri ... an ... !?”

Putri menelan saliva dengan susah payah. Ia baru menyadari sesuatu. Bukankah ia sedang sendirian di sini? lalu siapa orang yang bertanya tadi?

Episodes
1 Bab 1 - Teman Pertama
2 Bab 2 - Ketempelan
3 Bab 3 - CEO Galak
4 Bab 4 - Terlihat Kelelahan
5 Bab 5 - Hantu Pria
6 Bab 6 - Satu Ranjang
7 Bab 7 - Mengusirnya
8 Bab 8 - Keputusan
9 Bab 9 - Ritual
10 Bab 10 - Kerasukan
11 Bab 11 - Bos Rese
12 Bab 12 - Tidak Ingat
13 Bab 13 - Dia Baik
14 Bab 14 - Tuduhan
15 Bab 15 - Mendekatinya
16 Bab 16 - Batasan
17 Bab 17 - Maaf
18 Bab 18 - Keberadaannya
19 Bab 19- Kecurigaan
20 Bab 20 - Paranormal
21 Bab 21 - Ingatan
22 Bab 22 - Pelaku
23 Bab 23 - Kamu Menyukaiku
24 Bab 24 - Jangan Pergi
25 Bab 25 - Selisih
26 Bab 26 - Perhatian
27 Bab 27 - Sikap yang Baik
28 Bab 28 - Penawaran
29 Bab 29 - Mengunjungi
30 Bab 30 - Kekasih Sempurna
31 Bab 31 - Mengikuti
32 Bab 32 - Memburuk
33 Bab 33 - Firasat
34 Bab 34 - Runtuh
35 Bab 35 - Menerima Kenyataan
36 Bab 36 - Harapan
37 Bab 37 - Dia Kembali
38 Bab 38 - Tidak Mengenalnya
39 Bab 39 - Peringatan
40 Bab 40 - Penghibur
41 Bab 41 - Tempat Aman
42 Bab 42 - Jangan Beritahu
43 Bab 43 - Penolong
44 Bab 44 - Menyakiti
45 Bab 45 - Kilas Balik
46 Bab 46 - Putus
47 Bab 47 - Tolong Mengerti
48 Bab 48 - Cemburu
49 Bab 49 - Rencana
50 Bab 50 - Mengaku
51 Bab 51 - Psikopat
52 Bab 52 - Serangan
53 Bab 53 - Bertahanlah
54 Bab 54 - Sisy
55 Bab 55 - Dunia yang Sempit
56 Bab 56 - Tidak Tahan
57 Bab 57 - Restu Orangtua
58 Bab 58 - Terlupakan
59 Bab 59 - Yangku Rindukan
60 Bab 60 - Penindasan
61 Bab 61 - Perasaan Andrian
62 Bab 62 - Gelisah
63 Bab 63 - Melepaskan
64 Bab 64 - Keberadaan Jhon
65 Bab 65 - Sahabat terbaik
66 Bab 66 - Panti Asuhan
67 Bab 67 - Will You Marry Me
68 Bab 68 - Pertunangan
69 Bab 69 - Sandrina
70 Bab 70 - Nasib Sial
71 Bab 71 - Masih Menyimpan Perasaan
72 Bab 72 - Penilaian Negatif
73 Bab 73 - Firasat Orangtua
74 Bab 74 - Goyah
75 Bab 75 - Bad Ending
76 Bab 76 - Masalah Hati
77 Bab 77 - Hilang Kesadaran
78 Bab 78 - Tolong Rahasiakan
79 Bab 79 - Panggilan
80 Bab 80 - Sudah Kubilang
81 Bab 81 - Tanpa Diminta
82 Bab 82 - Maniak Ciuman
83 Bab 83 - Bekerja Keras
84 Bab 84 - Kesialan Beruntun
85 Bab 85 - Menggantikan Kamu
86 Bab 86 - Nasib Jhon
87 Bab 87 - Bukan Salahmu
88 Bab 88 - Alfi Kenapa?
89 Bab 89 - Keluarga Jhon?
90 Bab 90 - Penglihatan yang Dibenci
91 Bab 91 - Tidak Takut
92 Bab 92 - Cara Menyelamatkanmu
93 Bab 93 - Ambil Kembali Takdirmu
94 Bab 94 - Keberadaan Fairuz
95 Bab 95 - Sosok Berbeda
96 Bab 96 - Keputusan
97 Bab 97 - Hari Bahagia
98 Bab 98 - Pamit
99 Bab 99 - Honeymoon
100 Bab 100 - Akhir
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 - Teman Pertama
2
Bab 2 - Ketempelan
3
Bab 3 - CEO Galak
4
Bab 4 - Terlihat Kelelahan
5
Bab 5 - Hantu Pria
6
Bab 6 - Satu Ranjang
7
Bab 7 - Mengusirnya
8
Bab 8 - Keputusan
9
Bab 9 - Ritual
10
Bab 10 - Kerasukan
11
Bab 11 - Bos Rese
12
Bab 12 - Tidak Ingat
13
Bab 13 - Dia Baik
14
Bab 14 - Tuduhan
15
Bab 15 - Mendekatinya
16
Bab 16 - Batasan
17
Bab 17 - Maaf
18
Bab 18 - Keberadaannya
19
Bab 19- Kecurigaan
20
Bab 20 - Paranormal
21
Bab 21 - Ingatan
22
Bab 22 - Pelaku
23
Bab 23 - Kamu Menyukaiku
24
Bab 24 - Jangan Pergi
25
Bab 25 - Selisih
26
Bab 26 - Perhatian
27
Bab 27 - Sikap yang Baik
28
Bab 28 - Penawaran
29
Bab 29 - Mengunjungi
30
Bab 30 - Kekasih Sempurna
31
Bab 31 - Mengikuti
32
Bab 32 - Memburuk
33
Bab 33 - Firasat
34
Bab 34 - Runtuh
35
Bab 35 - Menerima Kenyataan
36
Bab 36 - Harapan
37
Bab 37 - Dia Kembali
38
Bab 38 - Tidak Mengenalnya
39
Bab 39 - Peringatan
40
Bab 40 - Penghibur
41
Bab 41 - Tempat Aman
42
Bab 42 - Jangan Beritahu
43
Bab 43 - Penolong
44
Bab 44 - Menyakiti
45
Bab 45 - Kilas Balik
46
Bab 46 - Putus
47
Bab 47 - Tolong Mengerti
48
Bab 48 - Cemburu
49
Bab 49 - Rencana
50
Bab 50 - Mengaku
51
Bab 51 - Psikopat
52
Bab 52 - Serangan
53
Bab 53 - Bertahanlah
54
Bab 54 - Sisy
55
Bab 55 - Dunia yang Sempit
56
Bab 56 - Tidak Tahan
57
Bab 57 - Restu Orangtua
58
Bab 58 - Terlupakan
59
Bab 59 - Yangku Rindukan
60
Bab 60 - Penindasan
61
Bab 61 - Perasaan Andrian
62
Bab 62 - Gelisah
63
Bab 63 - Melepaskan
64
Bab 64 - Keberadaan Jhon
65
Bab 65 - Sahabat terbaik
66
Bab 66 - Panti Asuhan
67
Bab 67 - Will You Marry Me
68
Bab 68 - Pertunangan
69
Bab 69 - Sandrina
70
Bab 70 - Nasib Sial
71
Bab 71 - Masih Menyimpan Perasaan
72
Bab 72 - Penilaian Negatif
73
Bab 73 - Firasat Orangtua
74
Bab 74 - Goyah
75
Bab 75 - Bad Ending
76
Bab 76 - Masalah Hati
77
Bab 77 - Hilang Kesadaran
78
Bab 78 - Tolong Rahasiakan
79
Bab 79 - Panggilan
80
Bab 80 - Sudah Kubilang
81
Bab 81 - Tanpa Diminta
82
Bab 82 - Maniak Ciuman
83
Bab 83 - Bekerja Keras
84
Bab 84 - Kesialan Beruntun
85
Bab 85 - Menggantikan Kamu
86
Bab 86 - Nasib Jhon
87
Bab 87 - Bukan Salahmu
88
Bab 88 - Alfi Kenapa?
89
Bab 89 - Keluarga Jhon?
90
Bab 90 - Penglihatan yang Dibenci
91
Bab 91 - Tidak Takut
92
Bab 92 - Cara Menyelamatkanmu
93
Bab 93 - Ambil Kembali Takdirmu
94
Bab 94 - Keberadaan Fairuz
95
Bab 95 - Sosok Berbeda
96
Bab 96 - Keputusan
97
Bab 97 - Hari Bahagia
98
Bab 98 - Pamit
99
Bab 99 - Honeymoon
100
Bab 100 - Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!