Saat turun dari taksi, Sisy tidak melepas pengangan tangannya pada lengan Putri. Ia terus menariknya ke tempat yang akan dituju. Putri yang kebingungan hanya bisa mengikuti langkah Sisy yang tergesa. Sesekali pandangannya mengedar melihat betapa besar rumah sakit yang sedang ia kunjungi. Kekaguman terpancar dari kedua bola matanya.
Rumah sakit ini begitu besar, pasti biayanya mahal. Tapi kenapa Sisy membawaku ke sini? Pertanyaan itu kini bersarang dibenak Putri.
Kini mereka sampai pada sebuah ruangan bernomor A-301 VIP. Ruang rawat inap yang sangat mewah dengan fasilitas lengkap. Sisy melangkahkan kakinya terlebih dahulu, genggaman pada lengan Putri kini dilepasnya.
Sisy melangkah perlahan, mendekat pada seseorang berbalut perban yang tak berdaya berbaring di ranjang.
“Sepertinya parah.” Putri yang melihat itu bergumam sambil melihat lebih detail.
Pria yang berbaring di sana terlihat sangat menyedihkan dengan perban yang melilit seluruh tubuh dan wajahnya. Terlihat beberapa alat bantu untuk hidup terpasang dibagian tertentu, jika dilepas mungkin pria itu sudah tewas.
Sisy menggenggam tangan pria tersebut, mengusap pucuk kepala dan mencium keningnya penuh kasih sayang. Masih dengan menatap pria yang terbaring tak berdaya. Wajah Sisy seperti menahan tangis, kesedihan sedang menyelimuti perasaannya. Ia tersenyum simpul kemudian mendekatkan wajahnya pada pria itu.
Putri yang melihatnya seperti itu mulai merasa tegang, suasana di sekitarnya mendadak terasa panas. Pikiran aneh terlintas dalam kepalanya.
Apa Sisy mau menciumnya?
Putri sangat gelisah, ia masih syok dengan kejadian di kafe tadi, saat Vey mencium Aldi. Apa ia akan melihat hal itu dua kali?
Ohh ya ampun! aku bisa gila di sini. Baru saja sehari, aku sudah disuguhkan dengan yang begituan. Pikirannya mulai tak terkendali.
Dengan cepat Putri menutup matanya. Menghindari hal yang akan terjadi dalam pikirannya. Tapi hal itu sama sekali tidak terjadi. Putri bernapas lega, dan tak terasa suhu ruangan ini kembali normal.
Sekarang wajah Sisy berada di samping kepala pria itu dan memajukan sedikit bibirnya membisikan sesuatu.
Putri hanya menatapnya dengan heran. Mendadak bulu kuduknya merinding. Bukan karena melihat Sisy membisikan sesuatu, tapi karena suhu diruangan ini seakan berubah-ubah.
Dan entah sejak kapan, Putri merasakan bahwa ada seseorang yang sedang berada di sebelahnya. Ia selalu menolehkan kepala tepat ke sebelah kanan hanya untuk sekedar memastikan bahwa tidak ada apa-apa di sana.
Sekarang Putri merasa seperti ada yang memegang tangan kanannya, mengelus lembut tiap senti kulitnya.
"Perasaan apa ini? Apa ada hantu di sini?" gumamnya sambil menatap sekitar, rasa takut mulai dirasakannya.
Putri mencoba menutup kedua matanya. Seperkian detik kemudian ia merasakan ada tiupan angin pada bagian pipi dan leher. Keadaan ini benar-benar membuatnya gila.
"Putt, kita pulang. Aku sudah selesai.”
Mendengar suara Sisy sontak membuat Putri membuka kedua matanya yang tadi tertutup karena merasakan sensasi aneh tersebut..
“Ahh, iya ayoo.” Putri langsung pergi keluar sambil mengusap-usap dadanya, menyetabilkan detak jantung yang sekarang terpacu sangat cepat.
Mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sesekali Putri mendelik pada Sisy yang berjalan dengan lemah tanpa bersuara, membuat kesunyian terasa lebih dingin.
“Sisy, yang tadi itu siapa? Sepertinya lukanya sangat parah.” Putri membuka percakapan, sebenarnya rasa penasaran begitu sangat besar.
Seketika Sisy menghentikan langkahnya kemudian menatap Putri tanpa ekspresi.
Tu-tunggu ... apa dia marah? Batin Putri.
Sedetik kemudian Sisy tersenyum dan melanjutkan langkahnya. “Dia kekasihku, aku sangat mencintainya.” Jawabnya dengan wajah menatap lurus ke depan.
“Kenapa kekasihmu ada di rumah sakit ini?”
“Dia ... mengalami kecelakaan.” Sisy menundukan kepalanya dan mulai terisak di tempat.
Putri mulai memahami situasi yang terjadi. Sisy pasti sedih sekali karena orang yang sangat ia sayangi kini terbaring di rumah sakit tak berdaya dengan kondisi yang sangat memperihatinkan.
Secara reflek, Putri mengelus pundak Sisy yang gemetar, memberi keyakinan bahwa dia adalah gadis yang kuat.
“Saat mengetahui musibah itu, aku enggak terima sama sekali! Dan terus menangis selama seminggu. Sampai matakku membengkak dan kesehatanku menurun..” Sisy mencoba menjelaskan.
“Pasti sulit ya….” Putri terhanyut ke dalam peraasaan Sisy, suaranya gemetar.
“Tapi ... sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, walau kata dokter sudah nggak ada kemungkinan untuk dia sembuh. Aku masih tetap yakin dia akan baik-baik saja.” Matanya berkaca-kaca menatap Putri.
Putri kembali menguatkan dengan memeluk tubuh Sisy dan memberinya elusan. Terlihat di mata Putri bahwa Sisy sangat mencintai kekasihnya itu.
Andai saja Putri juga bisa merasakan mencintai dan dicintai. Seberapa sulit pun nanti, ia juga pasti akan berpikir seperti Sisy. Putri juga yakin bahwa kekasih Sisy akan baik-baik saja dan mereka akan memulai kebahagiannya kelak.
Menepis semua impian. Cinta, sangat jauh dalam hidup Putri. Ia sudah lama meratapi hidupnya. Kehidupan di panti asuhan terbilang lumayan dibanding hidup di jalanan.
Kini, ia menjadi gadis sebatang kara yang hanya berjuang untuk hidup dengan layak. Membangun sebuah keluarga menjadi nomor sekian baginya.
Senyum getir tersungging di bibir Putri, setelah mengingat kembali tujuan sebenarnya ke kota ini.
***
“Sisy, makasih sudah ajak aku jalan-jalannya, sangat menyenangkan.” Ucap gadis bermata hazel dengan senyum yang mengembang.
“Iya, kapan-kapan kita keluar bareng lagi oke.” SIsy memasang senyum simpulnya.
“Iya!” jawab Putri bersemangat.
Setelah saling membalas senyum mereka berdua masuk ke dalam kosannya masing-masing.
Putri yang sudah berada dalam kamarnya menaruh tas yang ia jinjing ke sembarang tempat. Hari ini ia sangat kelelahan.
Putri merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mulai terlelap.
Jam menunjukan pukul 21.00 WIB.
Putri yang ketiduran mulai mengerjapkan matanya. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh menempel pada bibir mungilnya. Terasa lembut dan kenyal.
Ia tersentak kaget ketika melihat wajah seseorang yang begitu dekat dengan wajahnya kini sedang mencium bibirnya.
“Aaaa!!” Pekiknya kemudian terhenyak dari tidurnya, menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
“Si-siapa kamu?!” tanyanya dengan tubuh yang sedikit gemetar.
Pria itu hanya diam dengan seringaian kecil seperti ingin menerkam mangsa yang ada di hadapannya sekarang.
Kedua bola mata Putri membulat sempurna dengan mulut yang menganga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Aniest.nisya
semangatt thorr🤗🤗
2020-08-17
0