The Spirit Crazy Handsome
Terimakasih sudah memilih Novel: The Spirit Crazy Handsome, sebagai bahan bacaanmu sekarang.
Selamat Membaca!
______
___
_
Kesepian dan kesendirian adalah hal yang biasa bagi Putri Lily. Gadis yang sejak bayi dibesarkan di sebuah panti asuhan kini tumbuh menjadi sosok yang cantik dan menggemaskan.
Sekarang umurnya sudah menginjak 20 tahun dan saatnya dia untuk pergi meninggalkan panti asuhan yang sudah dianggapnya sebagai rumahnya sendiri.
Putri mendapatkan panggilan pekerjaan di sebuah Perusahaan ternama di Jakarta. Karena riwayat pendidikan hanya menginjak bangku SMA, ia diterima menjadi office girl, pekerjaan yang cukup membuatnya senang.
Putri sudah menyewa sebuah kamar kosan yang tidak jauh dari perusahaan tempat ia berkerja saat masih berada di panti asuhan. Alasan yang tepat untuk menghemat uang agar ia bisa menabung untuk kelangsungan hidupnya di masa depan.
Setelah mengurus urusannya pada pemilik kos dan meminta kunci kamarnya, Putri langsung masuk ke kamar yang akan menjadi awal dari perjalanan hidupnya sendiri.
Matanya mengedar memandangi setiap sudut kamar “Tidak buruk juga,” ucapnya yang langsung membereskan bawaan, merapihkan kembali kamar yang sebenarnya sudah dibersihkan oleh pemilik kos.
Tapi Putri adalah gadis yang cinta kebersihan jika ia tidak membersihkannya sendiri entah kenapa tangannya begitu sangat gatal. Setelah selesai dengan beres-beres, ia membaringkan tubuh dan terlelap setelahnya.
***
Hari ini adalah hari minggu. Putri yang mulai bosan memutuskan untuk keluar menghirup udara segar.
“Ahh… udara di Jakarta tidak buruk juga,” ia bergumam.
Diambilnya selang yang berada tidak jauh dari tempatnya, memutar keran, kemudian menyiram bunga yang berada di pot-pot yang tersender disetiap tembok.
“Bunganya cantik, hihii” entah apa yang dipikirkannya, dia malah terkekeh sendiri.
Ya, memang Putri sedikit aneh, ia seperti ini saat perbosanan sudah mencapai puncaknya.
Putri yang sedang asik menyiram bunga dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka dengan kasar
"Brakk!"
“Mamii! pintu kosanku macet lag!!” teriak gadis yang dengan susah payah membuka pintu itu dan keluar dengan muka cemberut karena tidak mendapat tanggapan dari pemilik kos.
“Huhh selalu saja begini… dasar pemilik kos pelit!” umpatan keluar dari bibir gadis itu. Ia kemudian merapihkan rambutnya di cermin kaca jendela. Putri yang melihat kejadian tadi mendekati gadis itu untuk bertegur sapa.
"Hai, Mba,”
Gadis itu pun menoleh, “Haii…” balasnya dengan senyuman senang seraya menghentikan aktifitasnya.
“Namaku Putri, sekarang aku tinggal di kamar sebelah.” Putri memperkenalkan diri kemudian menyodorkan tangannya.
Gadis itu menyambut tangan Putri dan menariknya sambil cipika cipiki menempelkan pipi mereka ke kanan dan ke kiri. Putri sempat terkejut tapi ia hanya membalasnya dengan canggung.
“Aku, Sisy. Kosanku di sini,” tunjuknya pada kamar dimana tempat ia berdiri. “Kamu tau Put, ibu kos di sini pelit banget. Aku sudah di sini selama 2 tahun dan selalu mengeluh tentang pintu yang rusak, tapi enggak pernah diperbaiki. Huft,” Sisy memberi penjelasan dengan sangat lucu yang hanya dibalas kekehan kecil dari Putri.
Putri menatap lekat pada gadis yang ada dihadapannya terlihat sangat cantik. Melihat dandanan dan tas yang gadis itu kenakan sepertinya ia akan pergi ke suatu tempat.
“Mba mau pergi ya?” Putri memberanikan diri untuk bertanya, jika boleh ia ingin sekali ikut berjalan-jalan sambil mengenal kota ini.
“Ahh, iya, kamu benar! kenapa aku bisa lupa? untung saja kamu mengingatkan … apa kamu mau ikut?”
“A.apa boleh Mba?” ucap Putri dengan mata yang berbinar.
“Boleh saja. Wajahmu itu mudah banget ditebaknya," Sisy terkekeh pelan, Putri mencoba menutup wajahnya, ia malu. "O iya, tapi jangan panggil aku mba dong! Memang aku setua itu? sepertinya kita hanya berbeda beberapa tahun.”
“Ahh... maaf mba. Ehh, maksudku Sisy,”
“Ya sudah. Cepat sana ganti baju dengan yang bagus, aku akan tunggu di sini.” Titahnya.
“Iya!” Tanpa pikir panjang lagi Putri dengan senyum yang mengembang berlari kecil ke kamar kosnya.
***
Dua orang gadis yang sama-sama cantik masuk ke dalam sebuah kafe. Putri mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kafe tersebut takjub dengan pemandangan yang ada disekelilingnya sekarang.
"Wahh! Tempat ini sangat bagus." Kagumnya tanpa menghilangkan senyum di wajah.
Dari kejauhan Putri melihat ada beberapa orang melambaikan tangan ke arahnya. Putri menoleh pada Sisy yang juga sedang menyambut lambaian tangan mereka kemudian menarik lengan Putri untuk menghampiri dua orang yang memang sedang menunggu ke datangannya.
“Hai… Sisy, lama nggak jumpa,” ucap seorang pria yang lumayan tampan dengan tinggi yang ideal.
Sisy menyuruh Putri untuk duduk bergabung bersama teman-temannya.
“Gimana? sudah beres?” tanya Sisy bergantian menatap orang yang ada di depannya.
“Tentu saja…,” jawab wanita dengan rambut panjang yang tergerai.
“Jadi mau cast atau transfer?” tanya Sisy lagi, masih pada dua orang yang ada di depannya. Putri yang berada di sana hanya diam mengamati tak mengerti.
“Transfer aja. Gue males bawa uang cast.” jawab wanita itu sambil memakan kentang goreng miliknya dan sesekali menyuapi pria yang ada di sampingnya. Mungkin mereka sepasang kekasih, pikir Putri karena mereka terlihat sangat intim.
Tanpa sadar Putri terus memperhatikan pasangan itu. Wanita yang ditatap Putri menoleh ke arahnya, mata mereka bertemu, Putri membeku seketika.
“Sy, ini siapa?” tanya wanita itu masih dengan mengunyah kentang goreng. Sisy kemudian melirik Putri.
“Ohh ... iya, gue lupa. Kenalin tetangga kosan gue namanya Putri.” Sisy memperkenalkan.
“Halo mba, mas, aku putri salam kenal.” ucapnya sesopan mungkin.
“Gue Vey dan ini Aldi pacar gue.” Tunjuk pada pria yang ada di sampingnya. Pria itu tersenyum simpul.
“Oh, mba Vey dan mas Aldi.” ucap ulang Putri yang disambut kekehan dari Sisy.
“Plis deh, panggil aja gue Vey jangan ada embel-embel mba!” sewot Vey yang tidak suka dipanggil 'mba'.
“Maaf, Vey.” Putri gugup karena mendapat tatapan yang menurutnya meyeramkan.
Sisy yang merasa ada aura kecanggungan mulai membuka suaranya.
“Put kamu mau pesan apa?” tanya Sisy yang menyodorkan daftar menu.
“Yang ini aja, Sy.” tunjuk pada salah satu menu yang terlihat menggiurkan.
Sisy memanggil pelayan kemudian memesan makanan. Setelah menunggu beberapa menit pesanan pun datang.
“Makasih ya, Mas,” ucap Sisy pada pelayan tadi. Tidak ada obrolan lagi karena mereka sedang sibuk dengan makanan masing-masing.
Putri sekali lagi menatap ke depan di mana sekarang Vey sedang menyuapi Aldi seperti anak kecil karena sibuk memainkan handphonenya.
“Ayo dong beb, buka mulutnya, aa….” Vey mendekatkan sendok ke mulut Aldi tapi pria itu menggelengkan kepalanya.
“Gk mau, kamu aja beb yang makan.”
Aldi menyingkirkan tangan Vey. Putri yang masih memperhatikan dua sejoli ini hanya tersenyum. Vey yang mendapat penolakan tidak menyerah. Ia kembali mendekatkan sendoknya.
“Aldi… bebebku coba lihat sini,” Dengan nada yang sedikit manja, Vey membujuk kekasihnya. Aldi sangat lemah bila Vey mulai bersikap seperti itu. Dia pun menoleh dan …
Chupp-
Ciuman kilat mendarat dibibir Aldi. Aldi yang mendapatkan ciuman itu hanya bungkam dan mulai menuruti apa yang disuruh Vey. Ia membuka mulutnya dan memakan apapun yang diberikan oleh Vey.
Adegan yang baru saja terjadi berhasil membuat seluruh tubuh Putri menegang. Matanya membulat dengan sempurna, tidak percaya bahwa ia bisa menyaksikan adegan dewasa ini. Bagi Putri ini adalah pertama kalinya melihat seseorang berciuman tepat di depan matanya, walau bagi sebagian orang ini adalah hal yang biasa.
Sisy yang tidak menyadari adegan tadi melihat Putri dengan air muka yang sulit digambarkan.
“Put, kamu kenapa?”
Vey dan Aldi menatap sekilas pada Putri dan Sisy kemudian melanjutkan kegiatan mereka.
“Put, putri!” panik Sisy sambilmengguncang tubuh Putri.
“Ahh, iya, kenapa?” jawab Putri dengan wajah bingung.
“Kamu tuh, yang kenapa, bikin panik aja… Ya udah, kita pulang aja sekarang! udah sore.” Sisy mengambil tasnya kemudian berpamitan pada dua sejoli dihadapanya. Putri merasa tidak enak hati dan hanya mengikuti dari belakang.
“Vey, Aldi, gue pulang dulu ya bye!”
“Iya hati-hati Sisy, jangan lupa transferannya!”
“Sip.” Sisy menjawab sambil mengangkat jempolnya.
Mereka berdua pun meninggalkan tempat tersebut. Ketika sedang menunggu taksi, Sisy mendapat panggilan telepon dari seseorang.
“Bentar ya Put.” ucap Sisy yang ingin mengangkat telepon tersebut. Putri mengangguk mengerti.
Sisy melangkah sedikit menjauh daari keberadaan Putri. Terlihat raut wajah gadis itu menegang ketika berbicara di telepon.
Setelah beberapa menit berlalu, Sisy menghampiri Putri yang menunggunya di sebuah bangku.
“Kamu sibuk nggak?” tanya Sisy ragu-ragu.
“Sepertinya enggak, aku baru pindah dan mulai persiapan kerja minggu depan,” jawabnya tersenyum hangat.
“Kalau begitu ikut aku dulu yuk… setelah itu kita pulang.” Ajak Sisy dengan mata yang berlinang. Putri yang merasakan ada yang tidak beres bangkit dari duduknya.
“Ke mana Sy?” tanyanya penasaran.
“Temani aku. Kita ke rumah sakit sekarang.” Sisy menarik paksa tangan Putri lalu memberhentikan sebuah taksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Tia Oktavianti
Like mendarat untuk mu selalu thor
2020-08-07
1