SELALU ADA TEMPAT BERSANDAR

SELALU ADA TEMPAT BERSANDAR

Bagian I

BAB I MUSIBAH

“Via pulaaang!” teriak Via riang sambil membuka pintu. Ia heran, biasanya mamanya menyambut gadis itu tak lama setelah mendengar teriakannya.

Via melangkah ke dalam. Kaki mungilnya diayun menuju kamar orang tuanya. Ia langsung mengetuk pintu begitu sampai di depan kamar.

“Ma, Via pulang. Mama ada di dalam? Atau Mama sedang tidur?” tanya Via.

Setelah menunggu beberapa saat, Via tetap tidak mendengar jawaban. Akhirnya, ia mencoba membuka pintu kamar. Ternyata terkunci.

“Mbok, Mbok Marsih! Bi Inah!” Via berteriak memanggil ART.

“Ya, Mbak,” jawab Bi Inah sambil bergegas mendekat.

“Mama pergi? Kok kamarnya dikunci?” tanya Via.

“Anu…Itu...Nyonya…’ Bi Inah tergagap.

“Mama kenapa, Bi? Ayolah!” Via mulai tak sabar.

“E…Nyonya sakit. Tadi pingsan trus dibawa ke rumah sakit,” jawab Bi Inah.

Via kaget. Ia tak mengira mamanya sampai dibawa ke rumah sakit. Tadi pagi, saat ia berangkat sekolah, mamanya tampak baik-baik saja.

“Siapa yang membawa mama ke rumah sakit?”

“Mbok Marsih dan Pak Nono. Tadi Mbok Marsih sudah telpon Tuan Wirawan.”

“Bi Inah tahu nggak mama dibawa ke rumah sakit mana?” tanya Via lagi.

“Enggak, Mbak. Coba Mbak Via tanya papanya Mbak Via saja,’ jawab Bi Inah.

Via mengangguk. Ia segera mengambil ponselnya. Setelah mendapat informasi dari papanya, Via meminta Pak Yudi mengantarkannya ke rumah sakit. Ia tidak sempat mengganti seragam putih abu-abunya.

Dengan berlari kecil, Via menyusuri rumah sakit. Tidak sulit menemukan ruangan tempat mamanya dirawat. Di dalam kamar rawat tampak Nyonya Wirawan, mama Via, terbaring lemah. Di samping tempat tidur, sang suami duduk di kursi dengan wajah cemas.

“Pa,” bisik Via. Ia khawatir suaranya mengganggu istirahat mamanya.

Papa Via menoleh. Ia melambaikan tangan, memberi isyarat kepada Via agar masuk.

Perlahan Via masuk ke ruang perawatan. Matanya berkaca-kaca melihat mamanya terbaring lemah tak berdaya.

"Mama sakit apa, Pa?"

Pak Wirawan tidak langsung menjawab. Ia terlihat menahan perasaan yang tengah berkecamuk.

"Mama terkena serangan jantung tadi. Di samping itu, kondisi ginjal dan paru-parunya juga tidak bagus. Papa baru tahu dari dokter Wijaya. Selama ini mamamu menyembunyikan kondisi kesehatannya. Papa benar-benar menyesal baru mengetahuinya," kata papa Via dengan suara parau.

Via ternganga. Ia tidak pernah mengira kalau mamanya menderita penyakit dalam cukup parah. Selama ini mamanya terlihat sehat.

"Pa, mama bisa sembuh, kan?"

Papa Via menatap lekat anak gadisnya. Air yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata akhirnya mengalir di pipinya.

.

Pak Wirawan menarik Via hingga jatuh dalam pelukannya. Sepertinya, pria itu ingin berbagi duka dengan putrinya. Untuk beberapa saat mereka terdiam dengan pikiran buruk tentang perempuan yang tengah berbaring tak berdaya.

Suara ketukan pintu kamar mengagetkan mereka. Via bangkit sambil mengusap pipi yang basah.

"Permisi, Mbak. Apa suami Nyonya Wirawan ada?" tanya seorang gadis yang mengenakan seragam perawat.

Via mengangguk dan menggeser posisinya, memberi ruang agar perawat itu bisa masuk.

"Maaf, Bapak suami Nyonya Wirawan?" tanya perawat dengan sopan.

"Betul. Ada apa?" Pak Wirawan balik bertanya.

"Bisa ikut saya? Dokter Wisnu ingin bicara dengan Bapak."

Pak Wirawan mengangguk. Ia menoleh ke putrinya dan berpesan, "Jaga mamamu, Vi. Papa tinggal sebentar."

"Ya, Pa."

Pak Wirawan bergegas keluar mengikuti perawat. Sementara Via duduk termangu sambil menatap mamanya.

"Maafkan Via, Ma. Via tidak memperhatikan Mama sampai tidak tahu kalau Mama sebenarnya sakit. Via egois, hanya minta diperhatikan. Mama bangun, ya. Kami butuh Mama. Via janji akan lebih memperhatikan Mama," kata Via sambil terisak.

Mama Via masih diam. Perempuan berusia 40-an tahun itu tidak bereaksi sama sekali.

Via menggenggam tangan kanan mamanya. Diciumnya tangan itu dengan hati-hati. Sementara, air mata Via terus membanjiri pipinya.

"Via!"

Via kaget ketika mendengar namanya disebut. Ia menoleh. Ternyata papanya

sudah kembali.

"Kamu kenapa?" tanya Pak Wirawan lembut.

"Via takut mama nggak bisa bangun lagi. Via nggak mau kehilangan mama, Pa," Via terisak lagi.

Pak Wirawan memeluk putrinya. Dibelainya rambut hitam Via yang dibiarkan tergerai sampai ke punggung.

"Via yang sabar. Dokter sedang berupaya untuk menyembuhkan mama. Kita doakan agar mama cepat sembuh dan berkumpul lagi dengan kita."

Via mengangguk. Ia melepaskan pelukan papanya.

"Apa yang dikatakan dokter tadi?" tanya Via penasaran.

Pak Wirawan tidak langsung menjawab pertanyaan Via. Ia duduk di bed pasien.

"Mama butuh donor jantung dan ginjal. Dan itu tidak mudah."

Via menatap lekat papanya yang tertunduk lesu. Ia paham betapa sulitnya mendapatkan donor organ vital. Apalagi jantung.

"Apa tidak ada cara lain, Pa? Atau mungkin kita bawa mama beribat ke Singapura, Jepang, atau mana yang lebih canggih?"

Pak Wirawan menggeleng.

"Kenapa, Pa? Apa karena biaya yang sangat mahal?"

"Bukan, bukan itu masalahnya, Via. Berapa pun akan Papa usahakan untuk mamamu. Tapi, ini bukan soal kecanggihan pengobatan. Masalahnya, jantung dan ginjal mama sudah parah."

Via menelungkupkan wajahnya. Hatinya terasa hancur.

"Kenapa sampai kondisi mama seperti ini baru diketahui?" keluh Via.

"Sebenarnya mama sudah harus cuci darah setahun yang lalu. Tapi mama menolak. Dia malah memilih pengobatan alternatif. Itu yang diceritakan dokter Wisnu tadi."

"Mama menganggap kita orang lain, Pa?" keluh Via.

Pak Wirawan mengusap lembut rambut Via. Ia berusaha menenangkan hati putri tunggalnya.

"Via, itu baru perkiraan Papa. Mamamu adalah orang yang sangat perhatian dan penyayang. Papa yakin kalau Mama tidak ingin kita khawatir."

"Tapi, kita juga sangat sayang mama," tukas Via.

"Iya, sayang. Tapi, mamamu jauh lebih menyayangi kita. Sekarang kita tidak usah menyalahkan siapa-siapa. Kita berdoa untuk kesembuhan mama saja, ya," bujuk Pak Wirawan.

Via mengangguk. Perlahan ia berdiri lalu mendekat ke kepala mamanya. Ditatapnya wanita yang melahirkannya 17 tahun silam dengan sendu.

"Vi, sebaiknya kamu pulang. Biar Papa saja yang menunggu mama, ya."

Via menggeleng. Ia masih menatap mamanya.

"Besok kamu kan harus sekolah," bujuk Pak Wirawan.

"Via ingin di dekat mama di saat mama tak berdaya begini, Pa. Via nggak mau ninggalin mama. Selama ini Via hanya merepotkan mama. Via belum bisa membalas kasih sayang mama," jawab Via dengan suara parau.

Pak Wirawan menghela nafas panjang. Ia tahu, putrinya keras kepala. Akhirnya, Pak Wirawan mengalah.

"Pak Yudi masih di lokasi rumah sakit?" tanya Pak Wirawan melalui telepon.

"Masih, Pak. Saya di kantin belakang rumah sakit," jawab sopir keluarga Wirawan.

"Bisa saya minta tolong?"

"Tentu saja, Pak."

"Tolong Bapak pulang dulu untuk ambil baju ganti dan keperluan lainnya. Terus, Bapak secepatnya kembali ke sini mengantarkan keperluan kami."

"Untuk siapa saja, Pak? Mbak Via tidak pulang bareng saya?"

"Tidak. Via menginap bersama saya dan Pak Nono. Nanti Mbok Marsih pulang sekalian dengan Pak Yudi, ya."

"Baik, Pak."

"Ya, sudah. Saya suruh Mbok Marsih ke tempat parkir."

Setelah menutup telepon, Pak Wirawan keluar menemui Mbok Marsih dan Pak Nono yang duduk di depan kamar.

"Mbok Marsih pulang saja diantar Pak Yudi. Pak Nono menemani saya dan Via di sini," kata Pak Wirawan.

"Baik, Pak,"jawab Mbok Marsih. Perempuan berusia sekitar 50 tahun itu beranjak dari tempat duduknya. "Saya pamit nyonya dan Mbak Via dulu."

Mbok Marsih masuk ke ruang perawatan Bu Wirawan. Via masih berdiri di samping bed pasien.

"Mbak Via, Mbok pulang dulu. Mbak Via yang sabar, ya. Jangan lupa tetap jaga kesehatan."

"Ya, Mbok. Terima kasih," jawab Via tanpa mengalihkan tatapannya.

"Nyonya, saya pamit dulu. Semoga Nyonya cepat sembuh, segera pulang agar dapat kumpul lagi," kata Mbok Marsih sambil menggenggam tangan kanan majikannya. Tak terasa air matanya menetes.

Via menoleh ke ART keluarganya. Ia terharu melihat ketulusan Mbok Marsih.

"Hati-hati, Mbok. Terima kasih sudah membawa mama ke sini."

"Sama-sama, Mbak. Itu sudah kewajiban kami. Permisi, Mbak."

Mbok Marsih keluar ruangan. Langkahnya dipercepat menuju tempat parkir.

***

Terpopuler

Comments

Devia Ratna

Devia Ratna

mampir

2022-12-22

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

like

2021-10-04

0

The Taste Of Love👩‍🍳👨‍🍳

The Taste Of Love👩‍🍳👨‍🍳

mampir thor

2021-07-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian I
2 Bagian I I
3 Bagian III
4 Bagian IV
5 Bagian V
6 Bagian VI
7 Bagian VII
8 Bagian VIII
9 Bagian IX
10 Bagian X
11 Bagian XI
12 Bagian XII
13 Bagian XIII
14 Bagian XIV
15 Bagian XV
16 Bagian XVI
17 Bagian XVII
18 Bagian XVIII
19 Bagian XIX
20 Bagian XX
21 Bagian XXI
22 Bagian XXII
23 Bagian XXIII
24 Bagian XXIV
25 Bagian XXV
26 Bagian XXVI
27 Bagian XXVII
28 Bagian XXVIII
29 Bagian XXIX
30 Bagian XXX
31 Bagian XXXI
32 Bagian XXXII
33 Bagian XXXIII
34 Bagian XXXIV
35 Bagian XXXV
36 Bagian XXXVI
37 Bagian XXXVII
38 Bagian XXXVIII
39 Bagian XXXIX
40 Bagian XL
41 Bagian XLI
42 Bagian XLII
43 Bagian XLIII
44 Bagian XLIV
45 Bagian XLV
46 Bagian XLVI
47 Bagian XLVII
48 Bagian XLVIII
49 Bagian XLIX
50 Bagian L
51 Keputusan Farhan
52 Keputusan Via
53 Persiapan
54 Menyusun Rencana
55 Baju Pengantin
56 Sah
57 Malam Pertama
58 Misi Penyelamatan
59 Siapa Dia?
60 Gujes...gujes
61 Pindah
62 Membuat Perencanaan
63 Tempat Baru
64 Kejutan Hari Pertama Azrina
65 Ajakan Bertemu
66 Mengungkap Misteri Pelaku
67 Cemburu?
68 Meluruskan
69 Meminta Maaf
70 Menebus Kesalahan
71 Penemuan
72 Bantuan
73 Mulai Bergerak
74 Terus Bergerak
75 Gusar
76 Bercengkrama
77 Pulang
78 Menginap
79 Hari yang Indah
80 Ingin Bersama
81 Rencana Jahat
82 Penculikan
83 SEKILAF INFO
84 Penggrebekan
85 Adu Strategi
86 Menjenguk Mira
87 Dendam Masa Lalu
88 Menghapus Trauma
89 Pacar Farhan
90 Dilema
91 Ungkapan Perasaan (1)
92 Ungkapan Perasaan (2)
93 Layu Sebelum Berkembang
94 Kabar Gembira
95 Persiapan Resepsi
96 Undangan
97 Kejutan 1
98 Kejutan 2
99 Mengungkap Masa Lalu
100 Mengungkap Fakta
101 Hari H (1)
102 Hari H (2)
103 Malam yang Berkesan
104 Pembicaraan Pagi Hari
105 Bulan Madu
106 Pertengkaran
107 Bulan Madu Berakhir
108 Yang Perhatian dan Yang Sinis
109 Malu
110 Memulai Kehidupan Baru
111 Perubahan yang Baik
112 Penyerahan
113 Pengumuman
114 Pengumuman (lanjutan)
115 Buka Puasa
116 Ke Jakarta (lagi)
117 Keluarga Wijaya
118 Ngidam? (1)
119 Ngidam? (2)
120 Rumah Sakit
121 Menginap di RS
122 Masa Perawatan
123 Kunjungan Istimewa
124 Protektif
125 Hadiah Ulang Tahun
126 Periksa Kehamilan
127 Kejutan 3
128 Ada Apa dengan Mira?
129 Sisi Lain Edi
130 Tentang Edi
131 Menguji Mira
132 Penyelidikan Perasaan
133 Masih tentang Edi
134 Beneran Ngidam
135 Repotnya Farhan
136 Via Menghilang
137 Perlu Mapati?
138 Ke Panti
139 Sepenggal Pilu
140 Di Balik Mapati
141 Menyatukan Dua Hati
142 Kepastian
143 Belanja Keperluan Bayi
144 Tingkeban
145 Berbagi Tugas
146 LDR
147 Ada Bahagia
148 Bagaimana Kabarmu?
149 Berita Duka
150 Prosesi Pemakaman
151 Suasana Berkabung
152 Pembicaraan Keluarga
153 Merajut Kenangan
154 Pembicaraan Menyesakkan
155 Prematur
156 Perjuangan Seorang Ibu
157 Farhan Datang
158 Canggung
159 Konsultasi
160 Bertahan di Rumah Sakit
161 Di Mana Tedi?
162 Melewati Hari di Rumah Sakit
163 Teman Lama
164 Yang Dirindukan
165 Melepas Kerinduan
166 Mulai Bercerita
167 Kecelakaan
168 Pertolongan
169 Bertemu
170 Rencana Pulang
171 Pulang
172 Damai di Sisimu
173 Kehebohan di Pagi Hari
174 Keterkejutan Candra Wijaya
175 Mengunjungi Baby Zayn
176 Azka Mau Pulang
177 Pemeriksaan Farhan
178 Rindu tapi Tak Mau Mengaku
179 Farhan Dioperasi
180 Aksi yang Gagal
181 Mengambil Tindakan
182 Farhan Sadar
183 Rencana untuk Baby Z
184 Boleh Pulang
185 Welcome Home
186 Persiapan Akikah
187 Ada Hantu
188 Akikah
189 Farhan Menyapa Pegawai
190 Kapan Melamar?
191 Reschedule
192 Sosok Hendra
193 Melamar Mira
194 Masalah Lagi
195 Edi Beraksi
196 Edi Beraksi (2)
197 Titik Terang
198 Mulai Membalas
199 Menerima Karma
200 Persiapan Pernikahan
201 Pernikahan Edi-Mira
202 Dobel Pengantin?
203 Siapa Dia?
204 Berkenalan
205 Bertemu yang Dicari
206 Keseruan Bersama Meli
207 Undangan ke Medan
208 Berita Mengejutkan
209 Menguak Kejahatan Masa Lalu
210 Membezuk Aurelia
211 Tamu Istimewa
212 Ada Rindu
213 Patah Hati
214 Curhat (1)
215 Curhat (2)
216 Curhat (3)
217 Mimpi
218 Kedatangan Meli
219 Mulai Menjalankan Misi
220 Misi Berlanjut
221 Lebih Mengenal
222 Keseruan Belanja
223 Meli Dilamar
224 Merancang Esok
225 Liburan Keluarga
226 Ada Asa
227 Makan Siang Bersama
228 Projek Azka
229 Kegelisahan Azka
230 Siapa yang Menelepon?
231 Keputusan Orang Tua Meli
232 Berangkat Melamar
233 Lagi-lagi Gara-gara Meli
234 Rencana Pernikahan
235 Persyaratan Pernikahan
236 Menjelang Pernikahan
237 Usai Sah
238 LDR Ala Azka
239 Kondisi Dini
240 Menikah?
241 Ada Ragu
242 Ada Apa dengan Kiki?
243 Rencana Via
244 Perubahan Kiki
245 Eyang Sakit
246 Rencana Azka
247 Meli Datang
248 Bobo Bareng
249 Kembali Memburuk
250 Nafkah untuk Meli
251 Kasus di Rumah Sakit
252 Mulai Terkuak
253 Jalan Keluar
254 Para Pelaku
255 Balasan untuk Pelaku
256 Provokasi
257 Gayung Bersambut
258 Rencana Pembebasan Sandera
259 Eksekusi Rencana
260 Bisa Bernafas Lega
261 Melepas Beban
262 Mengganggu Pengantin Baru
263 Mengganggu Pengantin Baru (2)
264 Memanfaatkan Waktu
265 Mengatasi Masalah
266 Menyambung Silaturahim
267 Usaha Menghapus Dendam
268 Mengikis Kebencian
269 Ke Mana Azka?
270 Azka Ditemukan
271 Rencana ke Jogja
272 Kunjungan ke Jogja
273 Indahnya Berdua
274 Tak Ada yang Mengganggu
275 Kondisi Eyang
276 Kebimbangan Meli
277 Lega
278 Pelajaran dari Azka
279 Berpisah
280 Pembicaraan Serius
281 Kekhawatiran
282 Penyelewengan
283 Memberi Peringatan
284 Kegelisahan dokter Haris
285 Memulai Penyelidikan
286 Ketahuan?
287 Keputusan
Episodes

Updated 287 Episodes

1
Bagian I
2
Bagian I I
3
Bagian III
4
Bagian IV
5
Bagian V
6
Bagian VI
7
Bagian VII
8
Bagian VIII
9
Bagian IX
10
Bagian X
11
Bagian XI
12
Bagian XII
13
Bagian XIII
14
Bagian XIV
15
Bagian XV
16
Bagian XVI
17
Bagian XVII
18
Bagian XVIII
19
Bagian XIX
20
Bagian XX
21
Bagian XXI
22
Bagian XXII
23
Bagian XXIII
24
Bagian XXIV
25
Bagian XXV
26
Bagian XXVI
27
Bagian XXVII
28
Bagian XXVIII
29
Bagian XXIX
30
Bagian XXX
31
Bagian XXXI
32
Bagian XXXII
33
Bagian XXXIII
34
Bagian XXXIV
35
Bagian XXXV
36
Bagian XXXVI
37
Bagian XXXVII
38
Bagian XXXVIII
39
Bagian XXXIX
40
Bagian XL
41
Bagian XLI
42
Bagian XLII
43
Bagian XLIII
44
Bagian XLIV
45
Bagian XLV
46
Bagian XLVI
47
Bagian XLVII
48
Bagian XLVIII
49
Bagian XLIX
50
Bagian L
51
Keputusan Farhan
52
Keputusan Via
53
Persiapan
54
Menyusun Rencana
55
Baju Pengantin
56
Sah
57
Malam Pertama
58
Misi Penyelamatan
59
Siapa Dia?
60
Gujes...gujes
61
Pindah
62
Membuat Perencanaan
63
Tempat Baru
64
Kejutan Hari Pertama Azrina
65
Ajakan Bertemu
66
Mengungkap Misteri Pelaku
67
Cemburu?
68
Meluruskan
69
Meminta Maaf
70
Menebus Kesalahan
71
Penemuan
72
Bantuan
73
Mulai Bergerak
74
Terus Bergerak
75
Gusar
76
Bercengkrama
77
Pulang
78
Menginap
79
Hari yang Indah
80
Ingin Bersama
81
Rencana Jahat
82
Penculikan
83
SEKILAF INFO
84
Penggrebekan
85
Adu Strategi
86
Menjenguk Mira
87
Dendam Masa Lalu
88
Menghapus Trauma
89
Pacar Farhan
90
Dilema
91
Ungkapan Perasaan (1)
92
Ungkapan Perasaan (2)
93
Layu Sebelum Berkembang
94
Kabar Gembira
95
Persiapan Resepsi
96
Undangan
97
Kejutan 1
98
Kejutan 2
99
Mengungkap Masa Lalu
100
Mengungkap Fakta
101
Hari H (1)
102
Hari H (2)
103
Malam yang Berkesan
104
Pembicaraan Pagi Hari
105
Bulan Madu
106
Pertengkaran
107
Bulan Madu Berakhir
108
Yang Perhatian dan Yang Sinis
109
Malu
110
Memulai Kehidupan Baru
111
Perubahan yang Baik
112
Penyerahan
113
Pengumuman
114
Pengumuman (lanjutan)
115
Buka Puasa
116
Ke Jakarta (lagi)
117
Keluarga Wijaya
118
Ngidam? (1)
119
Ngidam? (2)
120
Rumah Sakit
121
Menginap di RS
122
Masa Perawatan
123
Kunjungan Istimewa
124
Protektif
125
Hadiah Ulang Tahun
126
Periksa Kehamilan
127
Kejutan 3
128
Ada Apa dengan Mira?
129
Sisi Lain Edi
130
Tentang Edi
131
Menguji Mira
132
Penyelidikan Perasaan
133
Masih tentang Edi
134
Beneran Ngidam
135
Repotnya Farhan
136
Via Menghilang
137
Perlu Mapati?
138
Ke Panti
139
Sepenggal Pilu
140
Di Balik Mapati
141
Menyatukan Dua Hati
142
Kepastian
143
Belanja Keperluan Bayi
144
Tingkeban
145
Berbagi Tugas
146
LDR
147
Ada Bahagia
148
Bagaimana Kabarmu?
149
Berita Duka
150
Prosesi Pemakaman
151
Suasana Berkabung
152
Pembicaraan Keluarga
153
Merajut Kenangan
154
Pembicaraan Menyesakkan
155
Prematur
156
Perjuangan Seorang Ibu
157
Farhan Datang
158
Canggung
159
Konsultasi
160
Bertahan di Rumah Sakit
161
Di Mana Tedi?
162
Melewati Hari di Rumah Sakit
163
Teman Lama
164
Yang Dirindukan
165
Melepas Kerinduan
166
Mulai Bercerita
167
Kecelakaan
168
Pertolongan
169
Bertemu
170
Rencana Pulang
171
Pulang
172
Damai di Sisimu
173
Kehebohan di Pagi Hari
174
Keterkejutan Candra Wijaya
175
Mengunjungi Baby Zayn
176
Azka Mau Pulang
177
Pemeriksaan Farhan
178
Rindu tapi Tak Mau Mengaku
179
Farhan Dioperasi
180
Aksi yang Gagal
181
Mengambil Tindakan
182
Farhan Sadar
183
Rencana untuk Baby Z
184
Boleh Pulang
185
Welcome Home
186
Persiapan Akikah
187
Ada Hantu
188
Akikah
189
Farhan Menyapa Pegawai
190
Kapan Melamar?
191
Reschedule
192
Sosok Hendra
193
Melamar Mira
194
Masalah Lagi
195
Edi Beraksi
196
Edi Beraksi (2)
197
Titik Terang
198
Mulai Membalas
199
Menerima Karma
200
Persiapan Pernikahan
201
Pernikahan Edi-Mira
202
Dobel Pengantin?
203
Siapa Dia?
204
Berkenalan
205
Bertemu yang Dicari
206
Keseruan Bersama Meli
207
Undangan ke Medan
208
Berita Mengejutkan
209
Menguak Kejahatan Masa Lalu
210
Membezuk Aurelia
211
Tamu Istimewa
212
Ada Rindu
213
Patah Hati
214
Curhat (1)
215
Curhat (2)
216
Curhat (3)
217
Mimpi
218
Kedatangan Meli
219
Mulai Menjalankan Misi
220
Misi Berlanjut
221
Lebih Mengenal
222
Keseruan Belanja
223
Meli Dilamar
224
Merancang Esok
225
Liburan Keluarga
226
Ada Asa
227
Makan Siang Bersama
228
Projek Azka
229
Kegelisahan Azka
230
Siapa yang Menelepon?
231
Keputusan Orang Tua Meli
232
Berangkat Melamar
233
Lagi-lagi Gara-gara Meli
234
Rencana Pernikahan
235
Persyaratan Pernikahan
236
Menjelang Pernikahan
237
Usai Sah
238
LDR Ala Azka
239
Kondisi Dini
240
Menikah?
241
Ada Ragu
242
Ada Apa dengan Kiki?
243
Rencana Via
244
Perubahan Kiki
245
Eyang Sakit
246
Rencana Azka
247
Meli Datang
248
Bobo Bareng
249
Kembali Memburuk
250
Nafkah untuk Meli
251
Kasus di Rumah Sakit
252
Mulai Terkuak
253
Jalan Keluar
254
Para Pelaku
255
Balasan untuk Pelaku
256
Provokasi
257
Gayung Bersambut
258
Rencana Pembebasan Sandera
259
Eksekusi Rencana
260
Bisa Bernafas Lega
261
Melepas Beban
262
Mengganggu Pengantin Baru
263
Mengganggu Pengantin Baru (2)
264
Memanfaatkan Waktu
265
Mengatasi Masalah
266
Menyambung Silaturahim
267
Usaha Menghapus Dendam
268
Mengikis Kebencian
269
Ke Mana Azka?
270
Azka Ditemukan
271
Rencana ke Jogja
272
Kunjungan ke Jogja
273
Indahnya Berdua
274
Tak Ada yang Mengganggu
275
Kondisi Eyang
276
Kebimbangan Meli
277
Lega
278
Pelajaran dari Azka
279
Berpisah
280
Pembicaraan Serius
281
Kekhawatiran
282
Penyelewengan
283
Memberi Peringatan
284
Kegelisahan dokter Haris
285
Memulai Penyelidikan
286
Ketahuan?
287
Keputusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!