Bagian III

Seminggu sudah hari-hari Via tanpa kehadiran mamanya. Kepergian mamanya berpengaruh besar terhadap kebiasaan gadis itu. Via yang biasanya ceria menjadi murung. Via yang biasanya cerewet menjadi pendiam.

Tidak hanya Via. Pak Wirawan pun terpukul dengan meninggalnya sang istri. Ia masih merasa bersalah karena tidak memperhatikan kesehatan perempuan yang hampir dua dasawarsa mendampingi hidupnya. Namun, Pak Wirawan berusaha terlihat tegar di hadapan putrinya. Ia tak ingin putrinya tenggelam dalam kesedihan.

Untuk menghibur dirinya, pak Wirawan lebih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan kantor. Namun, hal itu tidak menjadikan perusahaannya berkembang pesat. Konsentrasi pria itu tidak sepenuhnya tercurah kepada pekerjaan. Ia sering kehilangan konsentrasi saat bekerja. Ketika sendirian, pikirannya sering menerawang, terbawa kenangan saat istrinya masih ada.

"Pa, papa sudah makan?" tanya via membuyarkan lamunan Pak Wirawan.

"Sudah. Kamu belum makan, ya? Jangan sampai telat makan, ya!" pesan Pak Wirawan sambil masuk ke kamar.

Via tertunduk lesu. Setelah mamanya tiada, ia jarang makan bersama papanya. Untunglah Mbok Marsih kadang menemaninya makan. Via pun sebenarnya tidak yakin papanya makan teratur.

Saat di sekolah Via sedikit terhibur. Kekonyolan teman-temannya sedikit mengobati kesedihannya. Ia merasa beruntung memiliki teman-teman sekelas yang baik.

"Via, kamu sudah menyelesaikan tugasmu?" tanya Ratna.

Via mengangguk. Disodorkannya buku Matematikanya ke Ratna.

"Temanku yang satu ini memang Joss!"

Via hanya tersenyum tipis. Keceriaan masih belum hadir di wajahnya yang menjadi tirus.

"Vi, kamu baik-baik saja selama ini?" bisik Ratna.

Via menoleh. Keningnya berkerut sembari menatap sahabatnya.

"Ah, kita bicara nanti saja jam istirahat. Sekarang selesaikan dulu tugas ini," kata Ratna lagi.

Begitu bel istirahat berbunyi, Ratna menarik tangan Via keluar kelas. Kantin menjadi tujuan Ratna.

"Aku perhatikan kamu banyak berubah. Aku tahu, kepergian mamamu meninggalkan kesedihan mendalam. Tapi, ini sudah lebih dari satu bulan. Kenapa kau masih seperti ini?" ujar Ratna setelah mereka duduk di sudut kantin.

Via menarik nafas panjang. Digigitnya bibir bawah sebelum ia berkata dengan sendu," Terima kasih, Ratna. Kamu memang sahabat terbaikku. Kamu selalu memperhatikan aku."

"Aku menganggapmu saudara, Vi. Aku tidak ingin kamu terpuruk."

"Iya, Rat. Tapi kepergian mama benar-benar pukulan buatku. Ah, tidak. Tidak hanya aku yang terpukul. Papa juga. Tapi papa pura-pura tegar. Aku tahu diam-diam papa sering menangis sambil memeluk foto mama di ruang kerjanya."

"Papamu juga menjadi pendiam dan selalu murung, Vi?"

"Tidak di depanku. Tapi papa jarang di rumah. Beliau hampir tiap hari pulang larut malam. Akhir pekan pun sering pergi."

"Kalian sangat menyayangi mamamu. Begitu berartinya almarhumah bagi kalian. Tapi, tidak semestinya begini. Kamu harus bangkit, Vi. Ingat, sebentar lagi kita ujian. Bukankah kamu ingin masuk kedokteran? Bagaimana bisa kalau kamu masih seperti ini? Kamu harus bisa menyemangati diri sendiri juga papamu. Kamu harus bisa bangkit dari keterpurukan. Jangan berlarut-larut!" kata Ratna tegas.

Via menatap sahabatnya. Dia tidak mengira sahabat karibnya yang biasanya kocak bisa memberikan nasihat.

"Baiklah, aku akan berusaha."

"Memang tidak mudah. Tapi, aku yakin kamu bisa."

Mereka kembali ke kelas karena jam istirahat telah habis. Ada kelegaan terpancar dari wajah mereka.

Sepuluh menit sebelum jam istirahat kedua, seorang guru piket masuk ke kelas Via. Saat itu, Via dan teman-temannya tengah mengerjakan soal Bahasa Inggris.

"Novia Anggraeni, bisa ikut Bapak? Ada tamu yang ingin menemuimu," kata Pak Rangga.

"Saya, Pak?" tanya Via ragu. Padahal di kelas itu hanya satu yang bernama Novia Anggraeni.

Pak Rangga mengangguk. Akhirnya, Via meletakkan pulpennya dan berdiri. Lalu mereka berpamitan kepada guru Bahasa Inggris.

Sesampai ruang tamu sekolah, Via melihat seorang laki-laki duduk di sofa. Via merasa mengenal orang tersebut.

"Pak Yudi?" pekik Via tertahan. Perasaannya mendadak tidak enak melihat salah satu sopir keluarganya masuk ke lingkungan sekolah apalagi belum waktunya jam sekolah berakhir.

"Mbak Via, maaf saya lancang," kata Pak Yudi sambil menunduk.

"Ada apa, Pak? Apa yang terjadi?" tanya Via tak sabar.

"E...anu... Papa Mbak Via...ke... kecelakaan," jawab Pak Yudi gugup.

"Kecelakaan? Sekarang di rumah sakit mana? Kondisi papa bagaimana?" Via langsung panik.

"Mbak Via ikut saya saja ke rumah sakit sekarang, ya."

Via menoleh ke Pak Rangga. Guru piket itu mengangguk.

"Silakan, Via. Tasmu nanti biar dibawa Ratna."

Via pun menurut. Ia mengikuti langkah Pak Yudi. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit mereka hanya membisu.

"Ikut saya, Mbak. Pak Wirawan masih di IGD menunggu kedatangan keluarga."

Mereka berjalan cepat ke IGD. Perasaan Via semakin kacau. Sesampai di sana, Via melihat Pak Andi, pengacara papanya.

"Pak Andi kok di sini? Mana papa?" tanya Via heran.

Pak Andi hanya tersenyum yang terlihat dipaksakan. Lalu ia membimbing Via mendekat ke salah satu tempat tidur pasien.

"Mana papa?" Via kebingungan.

Pak Andi terus membimbing Via sampai ke samping tempat tidur. Via menatap Pak Andi. Kemudian Pak Andi menyibak kain putih di atas kasur.

"Pa...papa!" jerit Via. Ia tidak lagi dapat mempertahankan kesadarannya.

Dengan sigap Pak Andi menopang tubuh Via yang hampir jatuh. Dengan dibantu perawat, Via dipapah dan dibaringkan di ranjang pasien.

Sekitar 15 menit kemudian Via mulai tersadar. Ia mencoba mengingat yang terjadi.

"Papa...mana papa? Paaa!" Via berteriak histeris.

Pak Andi mendekat begitu mendengar jeritan Via. Ia berusaha menenangkan anak itu.

"Via tenang, ya. Kamu harus sabar. Papamu sudah tenang.Biarlah papa bahagia bersama mamamu."

"Kenapa papa tega meninggalkan Via? Kenapa Via ditinggalkan sendiri? Kenapa Via tak diajak? Via sama siapa, Pa?" ratap Via menyayat hati.

Pak Andi mengusap kepala Via. Ia berusaha menenangkan gadis itu.

"Via!" seorang gadis berseragam putih abu-abu mendekat.

"Ratna! Sekarang aku sebatang kara. Aku sendirian. Aku takut" Via mengadu kepada sahabatnya.

Ratna segera memeluk Via. Dibiarkannya Via menangis tersedu. Setelah agak tenang, Ratna melepaskan pelukannya.

"Via, masih ada aku juga teman-teman lain. Guru-guru kita, pegawai yang ada di rumahmu, semua keluargamu. Kami menyayangimu. Kau tak perlu khawatir," ujar Ratna menghibur.

Ia langsung disuruh Pak Rangga menyusul Via ke rumah sakit diantar Bu Aisyah. Pak Rangga sebenarnya sudah tahu yang terjadi dari Pak Yudi.

"Via, apa yang Ratna katakan benar. Kami menyayangi kamu. Kamu tidak sendiri," kata Bu Aisyah yang baru masuk dengan lembut.

Via menarik nafas panjang. Ia berusaha menenangkan diri.

Bu Aisyah tersenyum melihat Via sudah bisa tenang. Jemari Bu Aisyah mengusap lembut pipi Via.

Terpopuler

Comments

Salsabila Atifah

Salsabila Atifah

dari awal dah nangis gw 😭😭😭

2021-05-28

0

Irmawati Wati

Irmawati Wati

mampir di sini...cerita,y bnyk bawang merah,y....😭😭

2021-04-30

1

Dhina ♑

Dhina ♑

Sabar Via, jangan terlalu larut dalam kesedihan
kamu beruntung punya teman yang baik

2021-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian I
2 Bagian I I
3 Bagian III
4 Bagian IV
5 Bagian V
6 Bagian VI
7 Bagian VII
8 Bagian VIII
9 Bagian IX
10 Bagian X
11 Bagian XI
12 Bagian XII
13 Bagian XIII
14 Bagian XIV
15 Bagian XV
16 Bagian XVI
17 Bagian XVII
18 Bagian XVIII
19 Bagian XIX
20 Bagian XX
21 Bagian XXI
22 Bagian XXII
23 Bagian XXIII
24 Bagian XXIV
25 Bagian XXV
26 Bagian XXVI
27 Bagian XXVII
28 Bagian XXVIII
29 Bagian XXIX
30 Bagian XXX
31 Bagian XXXI
32 Bagian XXXII
33 Bagian XXXIII
34 Bagian XXXIV
35 Bagian XXXV
36 Bagian XXXVI
37 Bagian XXXVII
38 Bagian XXXVIII
39 Bagian XXXIX
40 Bagian XL
41 Bagian XLI
42 Bagian XLII
43 Bagian XLIII
44 Bagian XLIV
45 Bagian XLV
46 Bagian XLVI
47 Bagian XLVII
48 Bagian XLVIII
49 Bagian XLIX
50 Bagian L
51 Keputusan Farhan
52 Keputusan Via
53 Persiapan
54 Menyusun Rencana
55 Baju Pengantin
56 Sah
57 Malam Pertama
58 Misi Penyelamatan
59 Siapa Dia?
60 Gujes...gujes
61 Pindah
62 Membuat Perencanaan
63 Tempat Baru
64 Kejutan Hari Pertama Azrina
65 Ajakan Bertemu
66 Mengungkap Misteri Pelaku
67 Cemburu?
68 Meluruskan
69 Meminta Maaf
70 Menebus Kesalahan
71 Penemuan
72 Bantuan
73 Mulai Bergerak
74 Terus Bergerak
75 Gusar
76 Bercengkrama
77 Pulang
78 Menginap
79 Hari yang Indah
80 Ingin Bersama
81 Rencana Jahat
82 Penculikan
83 SEKILAF INFO
84 Penggrebekan
85 Adu Strategi
86 Menjenguk Mira
87 Dendam Masa Lalu
88 Menghapus Trauma
89 Pacar Farhan
90 Dilema
91 Ungkapan Perasaan (1)
92 Ungkapan Perasaan (2)
93 Layu Sebelum Berkembang
94 Kabar Gembira
95 Persiapan Resepsi
96 Undangan
97 Kejutan 1
98 Kejutan 2
99 Mengungkap Masa Lalu
100 Mengungkap Fakta
101 Hari H (1)
102 Hari H (2)
103 Malam yang Berkesan
104 Pembicaraan Pagi Hari
105 Bulan Madu
106 Pertengkaran
107 Bulan Madu Berakhir
108 Yang Perhatian dan Yang Sinis
109 Malu
110 Memulai Kehidupan Baru
111 Perubahan yang Baik
112 Penyerahan
113 Pengumuman
114 Pengumuman (lanjutan)
115 Buka Puasa
116 Ke Jakarta (lagi)
117 Keluarga Wijaya
118 Ngidam? (1)
119 Ngidam? (2)
120 Rumah Sakit
121 Menginap di RS
122 Masa Perawatan
123 Kunjungan Istimewa
124 Protektif
125 Hadiah Ulang Tahun
126 Periksa Kehamilan
127 Kejutan 3
128 Ada Apa dengan Mira?
129 Sisi Lain Edi
130 Tentang Edi
131 Menguji Mira
132 Penyelidikan Perasaan
133 Masih tentang Edi
134 Beneran Ngidam
135 Repotnya Farhan
136 Via Menghilang
137 Perlu Mapati?
138 Ke Panti
139 Sepenggal Pilu
140 Di Balik Mapati
141 Menyatukan Dua Hati
142 Kepastian
143 Belanja Keperluan Bayi
144 Tingkeban
145 Berbagi Tugas
146 LDR
147 Ada Bahagia
148 Bagaimana Kabarmu?
149 Berita Duka
150 Prosesi Pemakaman
151 Suasana Berkabung
152 Pembicaraan Keluarga
153 Merajut Kenangan
154 Pembicaraan Menyesakkan
155 Prematur
156 Perjuangan Seorang Ibu
157 Farhan Datang
158 Canggung
159 Konsultasi
160 Bertahan di Rumah Sakit
161 Di Mana Tedi?
162 Melewati Hari di Rumah Sakit
163 Teman Lama
164 Yang Dirindukan
165 Melepas Kerinduan
166 Mulai Bercerita
167 Kecelakaan
168 Pertolongan
169 Bertemu
170 Rencana Pulang
171 Pulang
172 Damai di Sisimu
173 Kehebohan di Pagi Hari
174 Keterkejutan Candra Wijaya
175 Mengunjungi Baby Zayn
176 Azka Mau Pulang
177 Pemeriksaan Farhan
178 Rindu tapi Tak Mau Mengaku
179 Farhan Dioperasi
180 Aksi yang Gagal
181 Mengambil Tindakan
182 Farhan Sadar
183 Rencana untuk Baby Z
184 Boleh Pulang
185 Welcome Home
186 Persiapan Akikah
187 Ada Hantu
188 Akikah
189 Farhan Menyapa Pegawai
190 Kapan Melamar?
191 Reschedule
192 Sosok Hendra
193 Melamar Mira
194 Masalah Lagi
195 Edi Beraksi
196 Edi Beraksi (2)
197 Titik Terang
198 Mulai Membalas
199 Menerima Karma
200 Persiapan Pernikahan
201 Pernikahan Edi-Mira
202 Dobel Pengantin?
203 Siapa Dia?
204 Berkenalan
205 Bertemu yang Dicari
206 Keseruan Bersama Meli
207 Undangan ke Medan
208 Berita Mengejutkan
209 Menguak Kejahatan Masa Lalu
210 Membezuk Aurelia
211 Tamu Istimewa
212 Ada Rindu
213 Patah Hati
214 Curhat (1)
215 Curhat (2)
216 Curhat (3)
217 Mimpi
218 Kedatangan Meli
219 Mulai Menjalankan Misi
220 Misi Berlanjut
221 Lebih Mengenal
222 Keseruan Belanja
223 Meli Dilamar
224 Merancang Esok
225 Liburan Keluarga
226 Ada Asa
227 Makan Siang Bersama
228 Projek Azka
229 Kegelisahan Azka
230 Siapa yang Menelepon?
231 Keputusan Orang Tua Meli
232 Berangkat Melamar
233 Lagi-lagi Gara-gara Meli
234 Rencana Pernikahan
235 Persyaratan Pernikahan
236 Menjelang Pernikahan
237 Usai Sah
238 LDR Ala Azka
239 Kondisi Dini
240 Menikah?
241 Ada Ragu
242 Ada Apa dengan Kiki?
243 Rencana Via
244 Perubahan Kiki
245 Eyang Sakit
246 Rencana Azka
247 Meli Datang
248 Bobo Bareng
249 Kembali Memburuk
250 Nafkah untuk Meli
251 Kasus di Rumah Sakit
252 Mulai Terkuak
253 Jalan Keluar
254 Para Pelaku
255 Balasan untuk Pelaku
256 Provokasi
257 Gayung Bersambut
258 Rencana Pembebasan Sandera
259 Eksekusi Rencana
260 Bisa Bernafas Lega
261 Melepas Beban
262 Mengganggu Pengantin Baru
263 Mengganggu Pengantin Baru (2)
264 Memanfaatkan Waktu
265 Mengatasi Masalah
266 Menyambung Silaturahim
267 Usaha Menghapus Dendam
268 Mengikis Kebencian
269 Ke Mana Azka?
270 Azka Ditemukan
271 Rencana ke Jogja
272 Kunjungan ke Jogja
273 Indahnya Berdua
274 Tak Ada yang Mengganggu
275 Kondisi Eyang
276 Kebimbangan Meli
277 Lega
278 Pelajaran dari Azka
279 Berpisah
280 Pembicaraan Serius
281 Kekhawatiran
282 Penyelewengan
283 Memberi Peringatan
284 Kegelisahan dokter Haris
285 Memulai Penyelidikan
286 Ketahuan?
287 Keputusan
Episodes

Updated 287 Episodes

1
Bagian I
2
Bagian I I
3
Bagian III
4
Bagian IV
5
Bagian V
6
Bagian VI
7
Bagian VII
8
Bagian VIII
9
Bagian IX
10
Bagian X
11
Bagian XI
12
Bagian XII
13
Bagian XIII
14
Bagian XIV
15
Bagian XV
16
Bagian XVI
17
Bagian XVII
18
Bagian XVIII
19
Bagian XIX
20
Bagian XX
21
Bagian XXI
22
Bagian XXII
23
Bagian XXIII
24
Bagian XXIV
25
Bagian XXV
26
Bagian XXVI
27
Bagian XXVII
28
Bagian XXVIII
29
Bagian XXIX
30
Bagian XXX
31
Bagian XXXI
32
Bagian XXXII
33
Bagian XXXIII
34
Bagian XXXIV
35
Bagian XXXV
36
Bagian XXXVI
37
Bagian XXXVII
38
Bagian XXXVIII
39
Bagian XXXIX
40
Bagian XL
41
Bagian XLI
42
Bagian XLII
43
Bagian XLIII
44
Bagian XLIV
45
Bagian XLV
46
Bagian XLVI
47
Bagian XLVII
48
Bagian XLVIII
49
Bagian XLIX
50
Bagian L
51
Keputusan Farhan
52
Keputusan Via
53
Persiapan
54
Menyusun Rencana
55
Baju Pengantin
56
Sah
57
Malam Pertama
58
Misi Penyelamatan
59
Siapa Dia?
60
Gujes...gujes
61
Pindah
62
Membuat Perencanaan
63
Tempat Baru
64
Kejutan Hari Pertama Azrina
65
Ajakan Bertemu
66
Mengungkap Misteri Pelaku
67
Cemburu?
68
Meluruskan
69
Meminta Maaf
70
Menebus Kesalahan
71
Penemuan
72
Bantuan
73
Mulai Bergerak
74
Terus Bergerak
75
Gusar
76
Bercengkrama
77
Pulang
78
Menginap
79
Hari yang Indah
80
Ingin Bersama
81
Rencana Jahat
82
Penculikan
83
SEKILAF INFO
84
Penggrebekan
85
Adu Strategi
86
Menjenguk Mira
87
Dendam Masa Lalu
88
Menghapus Trauma
89
Pacar Farhan
90
Dilema
91
Ungkapan Perasaan (1)
92
Ungkapan Perasaan (2)
93
Layu Sebelum Berkembang
94
Kabar Gembira
95
Persiapan Resepsi
96
Undangan
97
Kejutan 1
98
Kejutan 2
99
Mengungkap Masa Lalu
100
Mengungkap Fakta
101
Hari H (1)
102
Hari H (2)
103
Malam yang Berkesan
104
Pembicaraan Pagi Hari
105
Bulan Madu
106
Pertengkaran
107
Bulan Madu Berakhir
108
Yang Perhatian dan Yang Sinis
109
Malu
110
Memulai Kehidupan Baru
111
Perubahan yang Baik
112
Penyerahan
113
Pengumuman
114
Pengumuman (lanjutan)
115
Buka Puasa
116
Ke Jakarta (lagi)
117
Keluarga Wijaya
118
Ngidam? (1)
119
Ngidam? (2)
120
Rumah Sakit
121
Menginap di RS
122
Masa Perawatan
123
Kunjungan Istimewa
124
Protektif
125
Hadiah Ulang Tahun
126
Periksa Kehamilan
127
Kejutan 3
128
Ada Apa dengan Mira?
129
Sisi Lain Edi
130
Tentang Edi
131
Menguji Mira
132
Penyelidikan Perasaan
133
Masih tentang Edi
134
Beneran Ngidam
135
Repotnya Farhan
136
Via Menghilang
137
Perlu Mapati?
138
Ke Panti
139
Sepenggal Pilu
140
Di Balik Mapati
141
Menyatukan Dua Hati
142
Kepastian
143
Belanja Keperluan Bayi
144
Tingkeban
145
Berbagi Tugas
146
LDR
147
Ada Bahagia
148
Bagaimana Kabarmu?
149
Berita Duka
150
Prosesi Pemakaman
151
Suasana Berkabung
152
Pembicaraan Keluarga
153
Merajut Kenangan
154
Pembicaraan Menyesakkan
155
Prematur
156
Perjuangan Seorang Ibu
157
Farhan Datang
158
Canggung
159
Konsultasi
160
Bertahan di Rumah Sakit
161
Di Mana Tedi?
162
Melewati Hari di Rumah Sakit
163
Teman Lama
164
Yang Dirindukan
165
Melepas Kerinduan
166
Mulai Bercerita
167
Kecelakaan
168
Pertolongan
169
Bertemu
170
Rencana Pulang
171
Pulang
172
Damai di Sisimu
173
Kehebohan di Pagi Hari
174
Keterkejutan Candra Wijaya
175
Mengunjungi Baby Zayn
176
Azka Mau Pulang
177
Pemeriksaan Farhan
178
Rindu tapi Tak Mau Mengaku
179
Farhan Dioperasi
180
Aksi yang Gagal
181
Mengambil Tindakan
182
Farhan Sadar
183
Rencana untuk Baby Z
184
Boleh Pulang
185
Welcome Home
186
Persiapan Akikah
187
Ada Hantu
188
Akikah
189
Farhan Menyapa Pegawai
190
Kapan Melamar?
191
Reschedule
192
Sosok Hendra
193
Melamar Mira
194
Masalah Lagi
195
Edi Beraksi
196
Edi Beraksi (2)
197
Titik Terang
198
Mulai Membalas
199
Menerima Karma
200
Persiapan Pernikahan
201
Pernikahan Edi-Mira
202
Dobel Pengantin?
203
Siapa Dia?
204
Berkenalan
205
Bertemu yang Dicari
206
Keseruan Bersama Meli
207
Undangan ke Medan
208
Berita Mengejutkan
209
Menguak Kejahatan Masa Lalu
210
Membezuk Aurelia
211
Tamu Istimewa
212
Ada Rindu
213
Patah Hati
214
Curhat (1)
215
Curhat (2)
216
Curhat (3)
217
Mimpi
218
Kedatangan Meli
219
Mulai Menjalankan Misi
220
Misi Berlanjut
221
Lebih Mengenal
222
Keseruan Belanja
223
Meli Dilamar
224
Merancang Esok
225
Liburan Keluarga
226
Ada Asa
227
Makan Siang Bersama
228
Projek Azka
229
Kegelisahan Azka
230
Siapa yang Menelepon?
231
Keputusan Orang Tua Meli
232
Berangkat Melamar
233
Lagi-lagi Gara-gara Meli
234
Rencana Pernikahan
235
Persyaratan Pernikahan
236
Menjelang Pernikahan
237
Usai Sah
238
LDR Ala Azka
239
Kondisi Dini
240
Menikah?
241
Ada Ragu
242
Ada Apa dengan Kiki?
243
Rencana Via
244
Perubahan Kiki
245
Eyang Sakit
246
Rencana Azka
247
Meli Datang
248
Bobo Bareng
249
Kembali Memburuk
250
Nafkah untuk Meli
251
Kasus di Rumah Sakit
252
Mulai Terkuak
253
Jalan Keluar
254
Para Pelaku
255
Balasan untuk Pelaku
256
Provokasi
257
Gayung Bersambut
258
Rencana Pembebasan Sandera
259
Eksekusi Rencana
260
Bisa Bernafas Lega
261
Melepas Beban
262
Mengganggu Pengantin Baru
263
Mengganggu Pengantin Baru (2)
264
Memanfaatkan Waktu
265
Mengatasi Masalah
266
Menyambung Silaturahim
267
Usaha Menghapus Dendam
268
Mengikis Kebencian
269
Ke Mana Azka?
270
Azka Ditemukan
271
Rencana ke Jogja
272
Kunjungan ke Jogja
273
Indahnya Berdua
274
Tak Ada yang Mengganggu
275
Kondisi Eyang
276
Kebimbangan Meli
277
Lega
278
Pelajaran dari Azka
279
Berpisah
280
Pembicaraan Serius
281
Kekhawatiran
282
Penyelewengan
283
Memberi Peringatan
284
Kegelisahan dokter Haris
285
Memulai Penyelidikan
286
Ketahuan?
287
Keputusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!