*Kamar Alyssa
Aku sudah merebahkan tubuh penatku di atas ranjang berukuran besar itu dengan menyembunyikan wajahku di balik guling yang ku peluk. Baru saja aku akan memejamkan mata Mama tercinta sudah berada di kamar untuk menggagalkan rencanaku.
"Ada apa Mah ? Alyssa mau tidur ini, capek." Rengekku, Mama pun kemudian duduk di ranjang.
"Mama cuma mau pastiin kalau kamu memang akan datang ke acara Tante Ajeng besok lusa. Mama nggak mau malu loh sama dia, dia itu baik banget dulu sama Mamamu ini" tutur wanita cantik itu. Ya semua itu dikatakan Mama karena memang anaknya ini selalu menolak jika diajak pergi ke suatu acara. Maaf ya Mah.
"Hmm iya Mah, lagian Al tadi juga udah janji sama Tante Ajeng. Malu dong kalau Alyssa batalin sendiri, Tante Ajeng juga orangnya baik banget kayaknya" jawabku yang tak menolak sama sekali. Aku sungguh menyukai sosok wanita bernama Tante Ajeng itu, aku melihat sisi keibuan darinya sama seperti aura Mamaku. Walaupun Mama sedikit lebih "cerewet" hehe. Sekali lagi maaf, Mah.
"Baguslah kalau kamu setuju. Tadinya Mama pikir kamu harus diceramahin dulu"
Aku hanya tersenyum lesu karena benar-benar lelah sekarang lalu kembali merebahkan tubuhku yang serasa remuk ini.
"Ehh kamu harus mandi dulu baru tidur, kamu udah shalat belum ? Mandi sama shalat dulu kalau belum, itu wajib loh Al, gimana kamu mau bina rumah tangga nanti kalau shalatnya bolong-bolongan gitu" akhirnya Mama tanpa disuruh memang telah melancarkan aksinya, ceramah.
Menceramahi anaknya ini memang aktivitas keseharian yang tak pernah tertinggal. Aku langsung bangun, kali ini aku tak kesal karena, aku sungguh lupa akibat lelah yang mendera ini yang membuatku "mager" dan apa yang dikatakan Mama memang benar kalau shalat tidak boleh sampai bolong.
Aku segera bangkit dan meninggalkan Mama yang masih duduk di sana. Mama ku lihat hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuanku. Lelah dan "mager"ku segera ku singkirkan.
"Al, nanti kamu ke bawah ya kalau sudah selesai" teriak Mama terdengar dari luar kamar mandi. Aku segera menjawab dengan nada yang juga cukup tinggi agar Mama juga bisa mendengar dari luar sana.
*Dapur
Kulangkahkan kakiku menuju dapur mencari keberadaan sosok Mama. Ku lihat di sana juga ada Papa yang sedang menyeruput kopi. Aku segera memeluk pria itu. Aku selalu seperti ini, manja. Tak salahkan jika aku masih bertingkah seperti ini meskipun aku sudah lulus kuliah. Aku kan anak tunggal jadi wajar jika aku bermanja-manja dengannya. Mamaku hanya terkekeh melihatku yang selalu dibilangnya kekanak-kanakan ini.
"Papa kapan pergi ke Singapura lagi ?" tanya pada Papa. Papa bingung dengan pertanyaanku.
"Kenapa kamu tanya itu ? Kamu pengen Papa cepat pergi ke Singapura ? Kamu bosan liat Papa yang di sini sudah seminggu ?" wajah Papa terlihat lucu. Aku tertawa.
"Bukan begitu Pah, aku cuma mau bilang jangan pergi dulu aku kan masih kangen sama Papa. Lagian wisuda aku bentar lagi loh dan Papa dilarang keras buat absen" kataku.
"Papa masih ada yang diurus di sini jadi kayaknya bulan depan baru bisa ke sana dan Papamu ini nggak akan absen" jawab Papa sambil mencubit pipiku. Aku meringis akibat cubitan kecil itu dan segera berlari ke arah Mama yang berdiri tak jauh dari sana.
"Oh ya Mama tadi manggil aku ke bawah ada apa ?" tanyaku yang masih mengamati Mama yang sedang menggoreng bakwan kesukaanku dan Papa.
"Besok kamu ikut sama Mama ya ke Mall"
"Waduh ada apaan nih tiba-tiba Mama ngajak ke Mall bareng. Biasanya ada yang nggak beres deh. Jangan-jangan Mama minta temenin ke acara keluarga di luar kota nih ?" batinku mencoba menerka-nerka.
"Mau ngapain Mah ?" tanyaku.
"Mau beli baju buat kamu" jawab Mama dan membuat aku menaikkan satu alisku.
"Buat ?" tanyaku lagi-lagi.
"Kamu ikut saja besok. Mama nggak mau ada penolakan" ucap Mama tanpa menghentikan aktivitas goreng-menggorengnya.
"Yaudah deh aku ngikut aja" aku pasrah.
*Besoknya
"Ini apaan sih Mah ? Kenapa coba aku harus beli ini ? Memangnya aku mau kemana ?" tanyaku yang mulai mengomel karena Mama yang dari tadi terus-menerus memilihkan gaun yang cocok dipakainya itu buat pergi ke pesta.
Perasaan aku tak akan menghadiri pesta apapun, hanya acara ulang tahun cucu dari Tante Ajeng saja besok yang akan ku hadiri. Apa itu ya maksud dari semua ini. Tapi aku kan bisa pakai gaunku yang masih tergantung rapi di lemari dan masih bagus karena jarang sekali ku pakai, bahkan juga ada yang baru aku pakai satu kali.
Kenapa hari ini Mama yang repot buat beliin bajuku ya ? Seberapa istimewa sih memangnya acara besok di rumah Tante Ajeng memang ? Apa karena dia adalah sahabat orang tuaku ? Entahlah.
"Oke ini dress yang kelima, setelah ini aku nggak mau lagi nyobain dress yang lain. Al capek Mah" keluhku. Sudah beberapa gaun yang ku kenakan dan ini adalah gaun kelima yang akan aku kenakan dan melontarkan penolakan untuk mencoba dress yang lainnya. Aku pun masuk ke dalam ruang ganti untuk yang kelima kalinya pula.
"Huh kenapa jadi segini repotnya sih mau menghadiri acara itu. Ku pikir Mama nggak bakalan bawel lagi kalau aku terima undangan itu eeh tahunya malah kayak gini" gumamku yang mencoba gaun kelima. Ku lihat pantulan diriku yang mengenakan gaun ini di cermin.
"Lumayan" ucapku kemudian. Ini kayaknya cocok denganku dan lebih baik dibanding gaun-gaun yang telah ku coba sebelumnya. Aku pun mulai membuka pintu ruang ganti tersebut dengan harap Mama tak akan memaksaku mencoba pakaian lainnya lagi jikalau gaun ini tak sesuai dengan harapannya.
"Gimana Mah ? Aku capek loh kalau harus ganti lagi" ucapku sembari membenahkan rambutku yang sedikit berantakan.
"Perfect" ucap Mama akhirnya. Itulah yang ku tunggu-tunggu. Aku menghela napas lega.
"Setelah ini pulang ya Mah. Al capek banget" ajakku kepada Mama yang sedang bicara dengan pegawai department store di sana.
"Setelah ini kita cari sepatu buat kamu" aku hanya melongo dengan perkataan Mama barusan.
"Mama ini kenapa sih ?"
Lagi dan lagi aku harus mengikuti langkah Kanjeng Ratu ini ke mana pun dia pergi. Dari toko baju sampai toko sepatu dan terakhir aku disuruh perawatan di salon.
Di tengah prosesi perawatan di salon ada panggilan telepon dari Nadira. Tentu saja aku menceritakan yang tengah Mama lakukan kepadaku sekarang. Alhasil, si tukang ngeledek itu berderai tawa di seberang sana.
"Kamu itu diperlakuin kayak orang mau nikah aja sih Al. Sumpah ya cuma Tante Gita yang bisa maksa kamu gini. Sorry ya Al aku ketawa kayak gini, abisnya Tante hari ini lucu banget" kata Dira di sana.
"Iya nih aneh banget Mama kayak gini. Kamu tahu nggak kenapa Mama gini ? Biasanya kan dia juga cerita sama kamu ?" tanyaku mencoba mengintrogasi sepupuku itu. Mama memang sangat dekat dengan Nadira karena memang dulu Nadira lama tinggal dengan kami waktu orang tuanya pergi ke Jepang dan Nadira harus sekolah di Indonesia denganku.
"Denger ya kalau kamu ngerencanain sesuatu sama Mama terus aku yang kena awas aja kamu. Aku pecat kamu jadi sepupu" ancamku pada Dira. Tapi sudah bisa ku pastikan kalau Nadira akan tertawa geli mendengar penuturanku.
Aku ingat tahun lalu mereka berdua pernah mencoba mencarikan pacar untukku dan hasilnya apa ? Nggak ada yang bener. Aneh semua. Aku bahkan geli membahasnya.
Ku lihat banyak sekali tamu undangannya. Aku yang baru saja turun dari mobil pun langsung berjalan di samping Mama Papaku yang bergandeng tangan. Aish, bikin iri para jomblo saja.
Langkah kami terhenti di depan seseorang yang ku kenal beberapa waktu lalu, siapa lagi kalau bukan Tante Ajeng. Di sampingnya berdiri seorang perempuan cantik yang menggandeng tangan seorang anak kecil yang tak kalah cantik darinya. Dia adalah anak sulung dan cucu Tante Ajeng yang berulang tahun sekarang.
Untuk anak seusia Keyla yang baru menginjak lima tahun ini adalah pesta yang cukup mewah. Banyak undangan dari kalangan atas yang turut hadir. Tentu saja karena Om Farhan Adhitama memang pengusaha yang terkenal dan memiliki banyak kolega.
"Tante senang kamu datang, Nak" ucap Tante Ajeng. Sama seperti beberapa hari yang lalu, dia masih sangat menawan. Sosok ibu yang ku kagumi walaupun aku baru mengenalnya. Aku membalas pelukannya. Terasa hangat. Persis seperti pelukan Mamaku.
"Jadi ini yang namanya Alyssa, cantik Mah" tutur seseorang yang sejak tadi berdiri memandangi kami yang berpelukan. Dia Yashinta, anak sulung Tante Ajeng. Dia sangat cantik, sungguh. Aku saja iri dengannya, senyumnya juga manis, belum lagi bicaranya sangat anggun.
"Iya Shin, ini Alyssa yang Mama ceritakan kemarin-kemarin"
Aku pun juga cipika-cipiki dengan wanita cantik itu. Dia juga tampak senang sekali bertemu denganku.
"Kamu cantik sekali Alyssa" pujinya dan membuatku malu, bagaimana tidak dia itu jauh lebih cantik dariku.
"Makasih Kak, Kakak juga cantik banget" jawabku. Aku pun beralih menatap ke arah seorang gadis kecil di samping Kak Yashinta. Si Princess kecil itu tersenyum manis tak kalah manis dari senyum Kak Yashinta. Lebih terkejutnya ketika Keyla memelukku yang mencoba menyamakan tinggiku dengannya.
"Makasih ya tante sudah datang ke ulang tahun Key" suara kecil itu begitu lucu di terdengar di telingaku. Aku terkekeh mendengar perkataannya yang memanggilku dengan sebutan "Tante". Biarlah, aku biarkan dia memanggilku seperti itu karena dia begitu lucu. Ingin sekali aku membawanya pulang ke rumah untuk menemaniku, boleh ya Kak Yashinta ? Hehe.
"Akhirnya kamu datang juga sayang, Mama nungguin kamu" terdengar suara Tante Ajeng sedang bicara kepada seseorang yang baru saja datang dan tepat di sampingku.
"Om !" sapa Keyla dengan antusias. Pria itu pun langsung memeluk keponakannya itu.
"Oh iya Lif, perkenalkan ini Alyssa dan Alyssa ini Khalif. Anak bungsu Tante, adiknya Yashinta" kata Tante Ajeng.
Aku melihat wajahnya, tampan dan terlihat dewasa. Itulah kesan pertamaku melihatnya.
"Khalif"
"Alyssa"
Itulah perkenalan kami sambil berjabat tangan. Setelah acara berjabat tangan selesai, ku lirik semua yang di sana seperti melemparkan tatapan aneh untuk kami berdua. Hah "Kami" ?
Khalif terlihat cuek dengan pandangan mereka padahal ku yakin dia juga melihat gelagat orang yang di sana berdehem ketika kami berkenalan. Sekali lagi ku jelaskan, menurutku dia adalah tipe pria yang cuek, dewasa namun juga penyayang. Terlihat dari caranya menyapa keponakannya, tanpa sungkan di hadapan semua orang dia memeluk gadis kecil itu.
Acara tiup lilin Keyla pun berlangsung ramai. Banyak sekali teman-teman sebayanya yang datang. Dia terlihat sangat bahagia. Mama dan Papanya juga selalu di sampingnya. Mereka begitu harmonis.
Ku pikir setelah acara ini selesai kami akan pulang. Eh nggak tahunya kami malah diajak makan malam bareng oleh keluarga Adhitama di sini. Tanpa curiga sedikit pun, aku menyetujuinya. Kalau mau pulang juga gimana, orang aku ke sini naik mobil Papa.
"Akhirnya kita bisa makan bersama. Saya senang sekali" ucap Om Farhan yang memulai obrolan kepada kami semua yang sudah duduk rapi di depan meja makannya yang cukup besar.
Sebenarnya aku sedikit canggung makan di depan orang yang baru ku kenal. Wajarlah karena aku jarang sekali hadir di acara kumpul-kumpul di keluarga Prasetya.
"Sebelumnya saya ingin membuat pengumuman, terutama kepada Khalif anak saya dan Alyssa" ucap Om Farhan. Loh kok aku dibawa-bawa ? Ada apa ini ?
"Kami semua di sini sudah sepakat jika kalian, Khalif dan Alyssa, akan dijodohkan !"
Darrrr !!! Demi apa ? Aku dijodohkan dengan dia ? Khalif, orang yang baru ku temui hari ini ?
Mulutku tercekat mendengar penuturan Om Farhan barusan. Aku kaget setengah mati mendengarnya. Bagaimana bisa aku dijodohkan dengannya ? Tanya saja dia, dia pasti juga menolak perjodohan bodoh ini. Ku lihat Khalif juga berontak dengan semua ini. Tangannya mengepal namun amarahnya tertahan. Dia seharusnya bicara dengan Ayahnya, bukannya hanya diam seperti ini.
"Mah..." lirihku. Aku sama sekali bingung. Aku belum siap menikah sekarang. Mama memegang tanganku sambil menenangkan bahwa ini adalah keputusan terbaik.
"Tapi Alyssa belum siap buat menikah Mah, Pah, Om, Tante" akhirnya kalimat itu terucap juga dari bibirku. "Ini bukan zaman Siti Nurbaya yang dijodoh-jodohkan, ini juga bukan cerita fiksi di dunia Wattpad. Alyssa menolak perjodohan ini" timpalku. Khalif ? Dia sama sekali tak bergeming. Kenapa dengan pria ini, astaga dia menyebalkan sekali ternyata. Dia setuju atau tidak sih ? Kalau pun setuju dia juga harus mengatakannya bukan, bukannya diam mematung.
"Al, maafkan Om karena tidak meminta pendapat kamu terlebih dahulu. Tapi kami melakukan ini karena kami ingin sekali kalian bersatu, kami merasa kalian cocok" jelas Om Farhan.
Aku sama sekali tak habis pikir kenapa bisa menyimpulkan aku dan Khalif memiliki kecocokan padahal kami baru berkenalan sekitar dua jam yang lalu. Lagian, orang yang menikah atas dasar cinta saja bisa saja berpisah. Bagaimana dengan orang yang sama sekali tak ada cinta di antara keduanya ?
Aku berulang kali memohon belas kasihan dari Papa, tapi beliau hanya tersenyum ke arahku. Begitu pula Mama. Astaga aku ingin sekali teriak dan mengacaukan makan malam ini. Pendapatku tak didengar, padahal aku yang akan menjalaninya.
Ngomong-ngomong tentang makan malam, nafsu makanku sudah hilang sejak mendengar kenyataan itu. Namun, aku harus tetap memakannya, walaupun aku sangat kesal dan marah karena pendapatku tak didengar sama sekali aku harus memasukkan makanan itu ke dalam mulutku. Makanan itu terasa pahit bagiku. Aku harus menghormati tuan rumah di sini.
"Lagipula kalian juga tak harus menikah sekarang" ucap Papaku tiba-tiba membuatku dan Khalif terkejut untuk yang kedua kalinya. Apa lagi ini maksudnya ?
Semoga suka. Salam manis, Bie.
Next ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ainun Mubin Misbah N
Hai teman-teman... Aku sedang menulis sebuah novel "Everything of Rainbow"... Jangan lupa mampir dan baca karyaku ya...
2019-11-02
1
Dewi Sartika S
Khilaf aku koneknya nama dia khilaf
2019-08-30
1
Tia lalaland
wkwkwk w bacanya jadi khilaf
2019-08-25
5