Sepulang para tamu Kemala Kembali ke dapur, membersihkan semua peralatan makan yang mereka pakai. Meskipun Mama Shinta sudah melarangnya, tapi Kemala tetap bersikeras. Kemala merasa nyaman berasa di dapur berkutat dengan semua perkejaan di sana.
"Kemala lulusan mana Jeng?"
"Pasti orang tuanya punya bisnis besarnya?"
Pertanyaan yang tidak bisa di jawab Kemala, kata kata itu terus terngiang di telinga Kemala.
Aku tau aku tidak pantas untuk menjadi menantu di rumah ini, sadarlah Kemala, sebelum semua terlambat lebih baik kau pergi dari rumah ini.
"Kemala."
Pyar.
Sebuah piring jatuh tepat di samping kaki Kemala. Suara Galuh yang memanggilnya membuat Kemala terkejut hingga membuat piring yang di sedang di cucinya terlepas.
Kemala segera menunduk memunguti pecahan pering yang berserakan.
"Auw, ssshh."
"Kemala!" pekik Galuh.
Galuh segera mengangkat tubuh kecil Kemala. Melihat Kemala yang berdarah membuat Galuh panik. Sementara Kemala hanya bisa tertegun saat Galuh mengendongnya.
Galuh mendudukkan Kemala di sofa dan segera mengambil kotak P3K.
"Ssshh.....ah, Kemala mendesah saat Galuh mulai mengoleskan alkohol untuk membersihkan lukanya.
Mendengar suara Kemala yang begitu mengoda, walaupun bukan berasal dari kegiatan yang sebenarnya, membuat telinga Galuh memerah.
"Sakit ya?" tanya Galuh.
Kemala hanya mengangguk kecil sambil mengigit bibir bawahnya.
Melihat itu otak perjaka Galuh semakin traveling. Astaga otak Galuh begitu kotor hanya dengan melihat wajah Kemala.
Galuh segera memalingkan wajahnya yang mulai memerah.
"Mas Galuh kenapa?" tanya Kemala, yang sempat menangkap wajah Galuh yang merah padam.
"Tidak apa apa," ketus Galuh.
Kemala menempelkan telapak tangannya di kening Galuh. Mata Galuh membulat sempurna saat merasakan kehangatan dari tangan kecil Kemala. Jantungnya semakin berdebar kencang.
"Ga panas," ucap Kemala dengan polosnya.
"Sudah ku bilang, aku tida apa apa!" elak Galuh sambil menepis tangan Kemala.
Kemala menarik tangannya. Janda muda itu menunduk wajahnya, sembari memegangi tangannya yang di tepis oleh Galuh.
Bahkan aku tak pantas untuk sekedar menyentuhnya, gumam Kemala dalam hati.
"Aku akan mengantarmu ke kamar," ujar Galuh, sambil mengangkat tubuh Kemala lagi.
"Mas, yang sakit tangan Kemala."
"Apa maksudmu?" tanya Galuh sambil terus melangkah.
"Kemala masih bisa jalan sendiri, Mas," lirih kemala.
Langkah Galuh terhenti, akhirnya otaknya konek dengan apa yang di maksud Kemala.
Dengan menahan malu Galuh menurunkan tubuh Kemala.
"Ehm. aku tau." Kilah Galuh, kemudian melangkah ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Kemala.
Kemala terjingkat saat pintu kamar Galuh di tutup dengan keras.
Galuh melemparkan tubuhnya di atas kasur, bayangan Kemala selalu saja berlari kecil di dalam otaknya. Membuat bocil yang masih tersegel itu bangun.
"Agghh.. sial," runtuk Galuh. suara Kemala terus saja mengema di telinganya.
Dengan kesal Galuh masuk ke kamar mandi, menguyur tubuhnya dengan air dingin. berharap otaknya berhenti traveling.
******
"Apa kalian sudah menemukannya?" ucap Arman dengan suara bariton.
"Su- sudah Tuan," Jawab seorang pria berbadan tegap dengan baju serba hitam.
"Di mana dia sekarang?"
"Dia ada di sebuah rumah besar di kota," lapor Ardi.
"Hem, bagus. Terus ikuti dia," perintah Arman dengan seringainya.
Arman menampilkan senyumnya yang menakutkan, membuat siapa saja yang melihatnya bergidik ngeri. Sangat menyenangkan menemukan mainan kecilnya lagi. Bagi Arman Kemala hanya miliknya tak ada seorangpun yang boleh menyentuh milik Arman.
Ardi hanya bisa menelan ludahnya, melihat wajah Bos nya yang tersenyum menakutkan.
"Apa yang kau lakukan, cepat pergi!" bentak Arman.
"Maaf Tuan," Ardi bergegas keluar dari ruangan menakutkan itu, sebelum Arman mengeluarkan taringnya.
Ardi segera mengemudi mobilnya, melesat membelah ramainya jalanan kota. Setelah berkendara cukup lama Ardi memarkirkan mobilnya tidak jauh dari kediaman Bagaskara.
Meskipun ini akan menjadi perkerjaan yang membosankan, tapi ini lebih baik daripada mati di tangan Bos nya yang tidak kenal ampun.
Di dalam mobil hitam itu, Ardi mengintai rumah besar yang ada di seberang jalan. Matanya tak pernah lepas dari gerbang besar rumah itu, sesekali Ardi mengeluarkan kamera untuk mengambil gambar.
*****
Malam ini begitu tenang, angin semilir mengalun mengoyangkan dahan dahan pohon, sesekali di selingi duet burung hantu dan suara jangkrik.
Kemala duduk di dalam kamarnya, matanya tak bisa terpejam walaupun malam sudah sangat larut.
Kemala duduk di lantai menekuk kedua lututnya, menerawang menghadap jendela kaca besar dengan tirai yang sengaja ia buka.
Bingung dengan hidupnya, dengan keadaannya sekarang. Andai kesalahan pahaman antara dia dan Galuh tak pernah terjadi, andai kemala tidak menjanjikan masa Iddahnya, mungkin semuanya akan lebih mudah. Kemala akan dengan senang hati menjadi pembantu di rumah besar ini.
Jelas lebih menguntungkan untuk menjadi seorang asisten rumah tangga yang jelas statusnya, dari pada Kemala sekarang. Siapa dia, posisinya di rumah ini masih membingungkan. bisa di bilang dia hanya seorang asing yang numpang hidup secara gratis di sini.
"Apa aku harus pergi sekarang, tapi aku pergi kemana?" tanya kemala pada dirinya sendiri..
Seulas senyuman terbit dengan manis di bibir Kemala, saat sesosok lelaki melintas di ingatannya.
Mata Kemala terasa pedih dan panas, sangat kontras dengan senyuman yang terlihat begitu bahagia. Air mata Kemala jatuh dengan begitu anggunnya.
Sorot kerinduan untuk yang terkasih, nama yang terpatri begitu dalam di hatinya. Kemala memeluk dirinya sendiri, berusaha menguatkan jiwanya yang rapuh.
Kemala jangan salahkan dirimu, hiduplah untuk ku.
kalimat itu masih terdengar begitu jelas di Indra pendengarannya.
Sementara di kamar sebelahnya, seorang pria dewasa berguling guling di atas ranjang miliknya, hilir mudik tak menentu.
Galuh, pria itu juga tidak bisa memejamkan matanya, bahkan dengan bodohnya dia menempelkan telinganya di tembok, berharap bisa mendengar suara dari kamar sebelahnya.
"Kenapa gua mikirin janda itu terus sih,"keluh Galuh sambil menjambak rambutnya sendiri.
Dalam kepala Galuh hanya ada Kemala,Kemala dan Kemala. ingin rasanya Galuh menyuruh Kemala keluar dari sana, tapi semakin dia berusaha menyuruhnya keluar, semakin banyak Kemala yang masuk.
"Gua bisa gila kalau kayak gini terus!" teriak Galuh dengan kesal. Dia menendang selimut dan semua bantalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sahidah Sari
haha udah kena virus cinta nya Kemala km itu Galuh 🤭🤭
2024-03-17
0
Sahidah Sari
😂😂ada2 aja kelakuan Galuh ,,klu mau ngomong sama Kemala samperin aja knp Galuh jgn malah nguping gitu mana kedengaran 🤣🤭
2024-03-17
0
Sahidah Sari
jgn nekat Kemala,,saat ini km ga aman klu pergi dr rumah Galuh Krn Arman trs aja mengintai km
2024-03-17
0