Hari yang di tunggu telah tiba, Kemala duduk di depan meja rias di kamar pengantinnya.
"Aduh, Kemala pipi kamu mulus banget sih," ujar seorang pria dengan gemulainya dia memoles wajah Kemala dengan make up.
"Eke pengen deh, kaya Kemala nikah sama pacar masa kecil, aduh.. eke, merinding koplo tau ga sih nek, perjalanan cinta kamu ama Dion tuh kaya di film film romantis, uwu bingits," ucapnya lagi, dengan tangan yang masih terus memoleskan eye shadow.
"Ah, mba Mimi bisa saja," ujar Kemala tersipu malu.
"Udah selesai, cakep, ga menyesalkan di make-up sama eke," ucap Mimi sambil tersenyum.
"Eke, tinggal dulu ya, ntar eke jemput pas mau akad, oke Beb."
"Makasih Mba Mimi," ucap Kemala memperhatikan wajahnya di cermin, seakan rak percaya kalau semua ini nyata terjadi.
Berbeda dengan pernikahannya yang pertama, yang penuh dengan air mata, dan rasa sakit hati dalam dadanya. Kali ini Jantung Kemala berdebar kencang, senyum tak lepas dari bibir merahnya.
Sampai pipinya terasa sakit karena sudut bibirnya yang enggan turun. Kebaya putih serta kain batik yang di pakainya, membuat Kemala terlihat anggun. Meskipun riasan hanya dengan riasan minimalis dan tata rambut yang sederhana, tak membuat kecantikannya berkurang.
"Seneng banget mau nikah lagi," Dewi menyandar tubuhnya di pintu.
"Ga kapok kamu," ujar Dewi dengan senyum mengejek.
Kemala hanya diam, dia tak ingin membuat keributan di saat bahagianya, toh mulut Kakak sepupuku memang seperti itu.
"Tapi baguslah, cepat nikah dan pergi dari rumah ku, enek aku liat kamu tiap hari," ucap Dewi ketus, lalu berlalu keluar, Kemala hanya bisa menghela nafasnya.
Tak lama kemudian, Mimi kembali masuk ke dalam kamar pengantin.
"Kemala, ayo sudah waktunya." Mimi membantu Kemala berjalan sampai ke ruang tamu, dimana para tamu undangan sudah menunggu, hanya keluarga dekat saja yang hadir.
Kemala duduk di samping Dion yang memakai setelan jas warna hitam, Dion terkesima dengan penampilan Kemala yang berlipat-lipat lebih cantik dari biasanya. Pipi Kemala bersemu merah, karena pandangan Dion, detak jantungnya sudah tak karuan lagi.
"Mas sudah bisa kita mulai," ucap pak penghulu.
"I-iya pak sudah," jawab Dion gugup.
"Saya nikahan dan kawinkan engkau Dion Prasetyo bin Muklis dengan Kemala binti Afif Ahmad dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," ujar pak penghulu.
Dada Dion tiba tiba terasa sesak dan panas, kepalanya berdenyut, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.
"Mas Dion ga kenapa?" ujar Pak penghulu cemas dengan wajah Dion yang terlihat pucat.
"Ga pa pa Pak, hanya gugup," ujar Dion berusaha menguatkan dirinya.
"Santai aja ya, Mas Dion kita ulangi lagi ya," ujar pak penghulu. Dion mengangguk cepat.
Kepala Dion semakin berdenyut hebat, rasa panas dan sakit menjalar di seluruh tubuhnya, seakan ribuan jarum menusuk jantung dan paru-parunya, dada Dion terasa sangat sesak, namun dengan sekuat tenaga dia menahannya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kemala binti Afif Ahmad dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." dengan sekali tarikan nafas Dion mengucapkan ijab Kabul, meskipun tubuhnya terasa terbakar.
"Sah?"
"sah."
"sah."
Gema suara seluruh tamu, di lanjutkan dengan doa. Dion pun memasang cincin ke jari lentik istrinya, mendorong lingkaran logam mulia sampai ke pangkal jari.
Tes.
Cairan kental berwarna merah mulai keluar dari hidung Dion, jatuh tepat di punggung tangan Kemala.
Huk.. huk..
Dari mulut Dion pun kini keluar darah, Dion menutup mulutnya dengan tangan agar cairan itu tertahan, tapi darah merah itu keluar sangat banyak hingga tak tertampung tangannya.
Kemala panik, begitu juga semua orang yang ada. Bapak dan Ibu Dion, mereka segera menghampiri anaknya yang sudah bersimbah darah. Kemala hanya bisa menahan tubuh Dion yang ambruk di pangkuannya. Air mata Kemala jatuh luruh. Namun, suaranya seakan tercekat, dia tak bisa berkata apa-apa.
"Dion.....Dion, kamu kenapa, Nak! Pak bawa Dion ke dalam !!" teriak Bu lurah panik. Semua orang berteriak histeris melihat Dion.
"Ayo, Pak saya bantu angkat." Afan turut mengangkat tubuh Dion bersama Pak lurah. Namun, Dion menepis tangan yang hendak mengangkatnya. Dion tau waktunya tak banyak lagi.
Dengan tangan yang sudah berwarna merah, Dion menghapus air mata yang mengalir di pipi istrinya. Dion mendekatkan diri pada Kemala.
"Aku mencintaimu, hiduplah untuk ku," ucap Dion lirih di telinga Kemala, Dion sudah merasa tak kuat lagi, dia menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Kemala.
Air mata kemala semakin deras, dia memeluk erat tubuh suaminya yang telah memejamkan matanya. Pak Afan dan Pak Lurah berusaha melepaskan Kemala dari tubuh Dion.
"Kemala, lepaskan Nak, kita harus membawa Dion ke rumah sakit," ujar Afan, Kemala melepaskan pelukannya setelah mendapatkan pengertian dari Pakdenya.
Pak lurah dan Pakde Afan mengantarkan Dion ke rumah sakit terdekat. Sementara itu Ibu Dion masih di rumah, Pak Lurah melarangnya untuk ikut.
Plak.. Plak..
"Kalau sampai sesuatu terjadi pada Dion, awas saja kamu, dasar sialan!" sentak Bu lurah meluapkan amarahnya pada Kemala, mendapat tamparan keras di pipinya, tak membuat Kemala bergeming. Ia masih duduk di tempat akad dengan kebaya yang kini berubah menjadi merah.
Tatapan Kemala kosong, jiwanya terkoyak. Hari bahagianya menjadi hari yang tak terlupakan. Rasanya tak ada lagi alasan Kemala untuk hidup, rasanya Kemala ingin sekali berlari menyusul langkah Dion. Namun, tubuhnya tak bergeming. Tamu undangan mulai membubarkan diri, meninggalkan Kemala dan keluarganya.
Triing... Triing..
Ponsel Bu lurah berdering, dengan cepat wanita paruh baya itu menggeser layar ponselnya.
"Halo pak, bagaimana keadaan Dion," tanya Bu lurah langsung, Kemala yang mendengar nama Dion memberanikan diri bangkit, dan berjalan mendekat ke arah mertuanya. Tanpa mereka sadari seorang dengan senyum smirk memperhatikan apa yang terjadi dari balik tirai.
"Apa Pak, gaa mungkin Pak, Dion ga mungkin meninggal Pak, Bapak!" teriak Bu lurah histeris.
Deg
Kemala jatuh terduduk, kakinya lemas tak bertulang. Kenapa seperti ini, kenapa nasibnya membawa keburukan untuk orang yang di cintainya.
Bu lurah yang melihat Kemala di ada di dekatnya, segera berjalan ke arahnya, dengan mata penuh kebencian dia melihat kemala.
Plak..plak..
Lagi dan lagi tangan itu mendarat di pipi Kemala Tidak puas dengan itu, di menendang tubuh kecil itu, menarik rambutnya yang tersanggul hingga terurai.
"Wanita sialan.. pembunuh! Kau pembunuh!" Bu lurah berteriak histeris sambil terus menghajar Kemala. Tak ada perlawanan dari gadis itu, dia hanya terus mengeluarkan air matanya.
"Kamu, pergi kamu dari sini, pembawa sial, pergi sebelum aku membunuhmu." Bu lurah menarik rambut Kemala, menyeretnya keluar rumah.
Kemala hanya bisa diam, merasakan sakit dan hancur jiwanya. Budhe Siti dan Dewi yang sedari tadi di dapur, melihat kemala yang di seret keluar oleh mertuanya hany tersenyum. Mereka pun memutuskan untuk membantu Bu lurah.
Siti dan anaknya ikut menyeret Kemala dengan kasar.
"Kenapa kalian ikut ikutan," ujar Bu lurah masih dengan penuh amarah.
"Kami juga mau Kemala pergi dari kampung ini Bu, kita ga mau kena sial Kemala terus," ujar Siti meyakinkan.
"Bu lurah yang mendapatkan dukungan tersenyum mengerikan. Dia menyeringai dan kembali menyeret dengan kasar, di bantu Siti dan Dewi.
"Pergi kamu dan jangan injakan kakimu di sini lagi," ucap Bu lurah lalu berlalu pergi ke dalam rumah.
"Pergi dari kehidupan kami, janda sialan! Jangan buat Pakde mu malu lagi, kau sudah cukup memberikan dia rasa malu dalam hidupnya. Kamu hanya benalu pembawa sial," ujar Budhe Siti, sambil menghempaskan tubuh kecil itu, hingga terjatuh di tanah.
Cuih..
Dewi meludahi tubuh Kemala, Kemala tetap diam, berusaha untuk bangkit dan masuk kembali ke dalam rumah. Namun, Dewi dan Siti mencegahnya. Kemala kembali di dorong hingga jatuh tersungkur.
"Jangan berharap masuk, pembawa sial seperti mu ga pantes disini," ketus Siti. Akhirnya Kemala sudah berusaha berdiri, dan mulai melangkah menjauh dari rumah pak Lurah.Petir menggelegar lalu hujan turun dengan derasnya.
Kemala yang memakai kebaya bernoda darah, dengan sanggul rambut yang berantakan. Kemala berjalan tanpa nyawa, Kemala sudah kehilangan separuh dari dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Bunda Wina
knp sih pernikahan yg di kira bahagia eeh mlh ko jadi bumerang dan musibah buat kemala
2024-03-14
0
Bunda Wina
kasihan bgt ya Kemala di usir dan di salahin sama ibu nya Dion ap yg terjadi sama dion
2024-03-14
0
Bunda Wina
nah kan Kemala di salahin ap yg terjadi sama Dion kan
2024-03-14
0