Kesungguhan Dion

Dengan senyuman yang merekah Dion kembali ke rumahnya, rumah yang cukup besar diantara rumah lain disekitarnya, dengan bersiul riang, Dion membuka pagar besi setinggi pinggang orang dewasa.

"Pak anakmu kelihatannya seneng banget," ujar seorang wanita paruh baya kepada suaminya.

"Iya Bu," ucap suaminya yang memakai kaos dalam dan celana kolor, duduk santai di teras sambil menyesap kopinya.

"Assalamualaikum, Pak, Bu," Dion mencium takzim tangan kedua orangtuanya secara bergantian.

"Kamu kenapa, kok kelihatan seneng banget," ucap Ibu Dion, Dion malah cengar-cengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu itu di tanya kok malah cengengesan ga jelas" ujar si Bapak.

"Dion pingin nikah, Pak, Bu,"

"Apa, Nikah," ucap sang Ibu kaget, sementara sang Bapak hampir menyemburkan kopinya.

"Kamu itu, baru pulang kok bilang mau nikah, nikah sama siapa?,"

"Sama Kemala, Bu," jawab Dion singkat

"Apa,! Kemala, janda sialan itu, kamu mau nikah sama dia, ga Ibu ga setuju, kamu boleh nikah sama siapa saja kecuali dia," mata wanita itu melotot, heran.

"Bu, Kemala bukan janda sial seperti yang Ibu bilang, lagi pula Ibu juga sudah kenal Kemala sejak kecil, kenapa Ibu ga setuju," ujar Dion kesal.

"Kemala wanita yang baik Bu," imbuh Dion.

"Nah ini, belum apa apa kamu sudah berani bantah Ibu, pokoknya Ibu ga setuju,"

"Bapak jangan diam saja, kasih tau anakmu ini,"

"Ayo bicarakan di dalam, ga enak di dengar tetangga," dengan perlahan bapak bangkit dari duduknya, dan berjalan masuk mendahului anak dan istrinya.

"Kalian berdua duduk," ujar si Bapak. sejenak mereka diam, wajah Dion tampak merah, berusaha menahan emosi, begitu juga ibunya.

"Pokoknya Ini ga setuju titik."

"Bu," Dion berusaha memelas.

"Kamu itu, harusnya sadar Dion, Bapak kamu Lurah, kok kamu mau nikah sama janda ga bener, mau taruh dimana muka Ibu,"

"Bu, yang Lurah itu Bapak, lagi pula Kemala wanita baik baik, apa salahnya dengan janda, dia janda karena di tinggal mati Bu, ga ada yang salah dengan itu," ujar Dion dengan serius.

"Bapak jangan diam saja, nasehati anakmu ini, Mash muda kok maunya sama janda itu lho," ketus ibu Lurah.

"Kamu yakin dengan keputusan mu?," ujar Pak lurah.

"Yakin Pak, sangat yakin, Dion mau secepatnya menikahi Kemala," jawab Dion dengan serius.

"Bapak ini apa apaan, kok malah dukung Dion, pokoknya ibu ga setuju Pak,"

"Bu, Dion sudah dewasa, sudah bisa mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri," ujar Pak lurah santai.

"Tapi ibu ga setuju pa, Dion bisa dapat gadis mana saja di desa ini,"

"Kau Ibu ga setuju, Dion akan bawa Kemala kawin lari dan tak akan pernah menginjakkan kaki Dion kerumah ini lagi," Ucap Dion dengan serius.

"Dion, berani kamu," ujar bu lurah dengan wajahnya yang tak kalah merah.

"Sudah, Ibu, Dion," tegas Pak lurah.

"Dion, kapan kamu mau melamar Kemala?" ucap pak Lurah datar.

"Besok Pak, saya tadi sudah bicara dengan Pakde Kemala, acara sederhana saja, antara keluarga inti saja," ujar Dion dengan wajah berbinar, Dion begitu senang mendapat dukungan dari Bapaknya.

"Baik, besok kita kesana."

"Bapak apa apaan sih, malah dukung Dion," Ibu lurah menekuk wajahnya, benar benar Bapak dan anak sama saja ga bisa di kasih tau.

"Ibu kita bicarakan di dalam, Dion besok ba'da magrib kita kerumahnya Afan," ujar pak lurah sambil bangkit dari duduknya, dia berjalan ke arah kamar di ikuti sang istri dengan wajahnya yang masam.

Dion masuk ke dalam kamar, melompat lompat di atas kasur empuknya, bunga bermekaran di hatinya, dia jatuh kan dirinya terlentang di atas kasur, tangannya meraih guling di sampingnya, di peluk erat lalu di cium beberapa kali.

******

Senja telah berlalu, semua umat muslim telah menyelesaikan ibadah sholat magrib, Dion dan Bapak ibunya telah bersiap di depan rumah Kemala.

"Assalamualaikum," ucap Pak Lurah.

"Waalaikumsalam, mari masuk Pak, Bu," Afan dan Siti.

Bapak dan Ibu Dion, masuk dan memberikan seserahan kepada Pakde dan Budhe Kemala.

"Kemala sini Nak," Afan memanggil keponakan dengan lembut.

Kemala berjalan perlahan ke ruang tamu, memakai baju kebaya dengan rambutnya yang di gelung ke atas, polesan bedak serta lipstik warna merah, membuat Kemala terlihat semakin manis, Kemala dudu di samping Afan pipinya merah merona saat Dion menatapnya dengan ingin.

"Nak Dion, sudah lihatnya," Afan tergelak melihat Dion yang salah tingkah.

"Langsung saja Pak Afan, niat kami kesini mau melamar Kemala untuk anak kami Dion," ujar pak lurah, sementara Bu lurah hanya Diam.

"Kami tergantung Kemala saja, bagaimana Kemala kami terima lamaran ini," tanya Afan kepada keponakannya, dengan malu malu Kemala menganggukkan kepalanya, tak ada yang tahu jantung Kemala yang berdenyut tak karuan.

"Alhamdulillah," ujar Dion lantang sambil mengadahkan kedua tangannya.

"Hus, Dion bikin malu," ujar Pak lurah sambil menepuk pundak putranya, Dion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, saking senangnya Dion tak sadar melakukan itu.

"Pernikahan akan kami adakan..

"Di laksanakan minggu depan Pakde," seloroh Dion memotong ucapan Bapaknya. Bu lurah melirik kesal pada anaknya, sementara pak lurah mengelengkan kepalanya.

"Wah, Nak Dion sudah ga sabaran ya," goda Afan.

"Iya Pakde, habis nikah saya akan langsung bawa Kemala ke kota, jadi lebih cepat lebih baik, karena waktu cuti saya juga tidak lama," ujar Dion menjelaskan.

"Baiklah, Minggu depan Akad nikah di adakan di rumah kami saja, acaranya sederhana saja ya , mengingat waktu persiapan yang singkat, Kemala tidak apa apa kan Nduk," ujar Pak lurah. Kemala mengelengkan kepalanya, sungguh irit bicara hanya bibirnya yang terus menarik ke atas, dan pipinya yang sudah seperti tomat.

"Alhamdulillah, kalau begitu karena semua jelas maka kamu undur diri dulu," ujar pak lurah.

"Baik pak," mereka berempat saling berjabat tangan, dua wanita paruh baya itu juga meskipun dengan enggan.

Afan dan istrinya berjalan mengantar kepulangan ,Bapak dan Ibu Dion, belum sampai mobil Dion kembali kepada Kemala, Dion meraih tangan Kemala.

"Tunggu aku ya Kemala," lirih Dion, lalu dia mengecup lembut tangan Kemala, Kemala terkejut pipinya kembali merona, seperti di sengat listrik, pertama' kali dia diperlakukan seperti itu, dengan pak Broto dulu pun tidak.

Terpopuler

Comments

A-yen94 (Ig: a_yen94)

A-yen94 (Ig: a_yen94)

Kasihan Kemala 😞

2025-01-27

0

Bunda Wina

Bunda Wina

semoga qm nnti bisa bahagia sama Dion ya Kemala

2024-03-14

0

Bunda Wina

Bunda Wina

ciyee Kemala malu tuh Krn Dion mengecup tangan kemala tuh

2024-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!