Kemala terus berjalan dengan kakinya yang polos, entah kemana arah tujuannya dia hanya mengikuti arah angin, dengan tatapannya yang kosong, derasnya hujan yang menerpa tubuhnya seakan tak di rasakan, petir yang begitu menggelegar memekikkan telinga yang mendengar, tapi tidak bagi Kemala, dia seakan tuli.
Tubuh itu hanya berjalan, tak merasakan lagi luka di telapak kakinya, tak lagi merasakan dingin yang menusuk-nusuk tulang, kakinya hanya terus melangkah. tak merasakan robekan di sudut bibirnya.
"Sial, Damar sial, kenapa harus aku yang jemput Dia, dasar kamper," umpat seorang laki laki sambil menyetir mobilnya di tengah derasnya hujan.
Galuh dalam perjalanan menjemput sekertaris sekaligus sahabat karibnya, yang sedang berlibur ke rumah Omanya. Jauh dari kota, sebuah desa yang masih asri. Namun, naas bagi Galuh malam ini hujan begitu lebat membuat sinyal ponselnya tidak begitu kuat, dan sahabat juga mulai ngelunjak. Pertama minta di susul di terminal sekarang malah minta disusul langsung ke rumah Omanya.
Mobil Galuh melaju dengan kecepatan tinggi di atas aspal licin yang terguyur hujan.
Chiiiiittt....
Untung saja rem mobil yang di tumpangi Galuh dapat menghentikan laju mobil pada waktunya, kalau tidak dia bisa menabrak seorang wanita yang ada di depannya. Dengan kesal Galuh keluar dari mobilnya.
"Hey kamu gila ya, apa kamu ingin mati." ujar Galuh dengan kesal. tak perduli dengan tubuh yang basah karena hujan, Galuh ingin marah pada gadis yang ada di hadapannya.
Wanita menoleh pada Galuh sejenak, hanya tatapan kosong, seperti tak mendengar suara Galuh, dia hanya berjalan dengan perlahan, melewati Galuh begitu saja.
"Kamu tuli ya, Dasar Wanita gila," umpat Galuh lagi, sambil mengusap wajahnya yang di terpa hujan.
"Wanita aneh, dasar mau mati jangan gitu dong, kalau ke tabrak aku kan, aku yang punya masalah sama polisi," gerutu Galuh sambil membuka pintu mobilnya. hati kecil Galuh merasa tidak tenang dengan tatapan kosong di mata wanita yang tadi hampir di tabrak nya.
"Sial," Galuh dengan kasar menutup kembali mobilnya, Dia mencari sosok wanita tadi, tak berapa jauh darinya, wanita itu masih terus berjalan.
"Hey .. Hey.. Kamu tuli ya," teriak Galuh.
"Ya, wanita itu mungkin saja tuli." gumam Galuh lirih, jarak Galuh dan wanita itu cukup jauh.
Galuh mempercepat langkahnya,
saat melihat wanita itu berjalan lurus ke depan tanpa berniat untuk berhenti, sungai dengan arus yang cukup deras ada di hadapannya, aliran air sungai tampak bergejolak karena guyuran hujan deras, air yang berwarna kecoklatan itu meluber sampai di tepian sungai.
"Hey.. hey..." Galuh berteriak sambil berlari melihat wanita di depannya yang hampir mencapai bibir sungai.
Seet
Buukk
Galuh menarik lengan tangan wanita itu, membuat mereka terjatuh di atas rumput yang basah, hujan masih mengguyur tubuh mereka, meskipun sudah tak begitu lebat.
"Kau gila, apa yang mau kau lakukan," ucap Galuh sambil mengatur nafasnya.
"Ha....." Kemala berteriak, air matanya kembali luruh.
Galuh terkejut dengan teriakan Kemala, Galuh menatap lekat wanita yang ada di hadapannya, kebaya putih yang ia pakai dengan noda merah sebagian depannya, rambutnya yang berantakan, namun masih menyisakan sebuah tusuk konde yang miring di rambutnya, makeup yang luntur terkena derasnya air hujan, membuat bibir Kemala berubah ungu, entah sejak kapan wanita itu berada di bawah guyuran air langit.
Kemala semakin berteriak histeris, Galuh perlahan mendekatinya, rasa iba pada keadaan wanita yang terlihat begitu hancur, Galuh mendekat.
"Ada apa?," pertanyaan yang lolos begitu saja dari mulutnya, Galuh menyentuh bahu Kemala dengan lembut.
Gadis itu menatap Galuh dengan matanya yang sendu, kedua netra mereka bertemu, Galuh dapat merasakan kesedihan yang begitu dalam yang gadis itu rasakan.
"Mas... Mas jangan pergi, jangan pergi," Kemala memeluk erat tubuh Galuh, dalam mata kemala Dion lah yang ada di hadapannya. tubuh Galuh membeku, dia tak tega melepaskan tangan Kemala yang terasa dingin, meskipun hujan telah berhenti turun.Kemala terus menangis, dan mempererat pelukannya.
Apa sebenarnya yang terjadi padamu, gumam Galuh dalam hatinya.
Galuh merasakan pelukan Kemala yang longgar dan tangisnya yang terhenti, Galuh memegang bahu Kemala, mata Galuh membulat saat melihat kemala yang tak sadarkan diri.
"Bangun, hey bangun," ujar Galuh sambil menepuk pipi Kemala.
"Astaga apa yang terjadi sebenarnya," Galuh menakup wajah Kemala dengan kedua tangannya, pipi yang lebam dan sudut bibirnya yang menyisakan gumpalan darah, jelas menggambarkan dia telah menerima kekerasan fisik.
"Astaga tubuhmu panas sekali," Galuh mengangkat tubuh kecil Kemala, membawanya ke mobilnya.
Baru saja Galuh membaringkan tubuh Kemala di kursi penumpang mobilnya, terdengar suara yang memekik di telinga Galuh.
"Tuan... Tuan ganteng," teriak seorang pria gemulai, dengan suara khasnya, Galuh keluar dari mobil, melihat sosok absrud yang memanggilnya.
"Tuan ganteng, tadi liat cewek pake baju pengantin ga lewat sini?" ujar wanita jadi jadian itu.
"Maksud kamu dia," ujar Galuh sambil menunjuk tubuh yang tergeletak di bangku mobilnya.
"Iiish...Tuan ganti, itu teman saya di apain sampe ga sadar gitu,"
"Eh, sembarangan, dia pingsan, badannya panas, aku mau bawa dia ke klinik, malah di tuduh gitu," ujar Galuh tak terima.
"Iihh.. Mimi bercanda kali Tuan, Gitu aja marah," Mini mengedipkan matanya, membuat Galuh bergidik geli.
"Anterin ke rumah aku aja Tuan, kasihan dia, suaminya baru saja meninggal, batu juga akad udah jendes," ucap Mimi dengan nada sendu, mendengar ucapan wanita tak jelas di sampingnya membuat Galuh iba.
"Ayo cepat masuk," ujar Galuh pada Mimi.
Mobil pun melaju , tak berapa lama mereka sampai di sebuah rumah dengan pagar bambu.
"Udah sampe Tuan ganteng, tolong angkat temen eke ya,eke kan ga kuat," ucap Mimi manja.
Tak memperdulikan pria gemulai itu, Galuh mengangkat tubuh kecil Kemala, lalu mengikuti langkah Mimi, masuk ke dalam rumahnya.
"Turunin disini aja Tuan,"
Galuh membaringkan tubuh Kemala di atas kasur yang terlihat usang, di tatapannya lekat sejenak wajah wanita yang terbaring di hadapannya, masih terlihat jelas guratan kesedihan di sana.
"Tuan ganteng mau nginep?" ujar mimi dengan mengedipkan matanya.
"iissh..." Galuh bergidik, dan segera meninggalkan rumah itu.
Bruummm
Mobil Galuh melaju kembali ke jalan aspal desa. melihat mobil Galuh yang sudah tak terlihat, seseorang memasang senyum miring di wajahnya.
"Halo Boss, Kemala sudah ada di tangan saya," ujar seorang pria dengan tegas di telfon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Bunda Wina
depresi bnr tuh Kemala dikira Galuh adalah Dion suami nya tuh
2024-03-14
0
Bunda Wina
nah bener kan Galuh gk tega lihat Kemala mau bunuh diri tuh kasihan bgt ya kemala
2024-03-14
0
Bunda Wina
Galuh pasti NNT gk tega deh am Kemala Krn pikirannya Kemala kosong tuh
2024-03-14
0