CINTAKU TERHALANG ANIME
"VINAA. TURUN KAMU!!"
"Haduhhhh. Apa lagi sih!" Vina menggaruk kepalanya kesal mendengar teriakan Ayahnya.
Dia terpaksa mempause anime yang sedang ditontonnya dan turun ke bawah menemui Ayahnya yang terus saja meneriakkan namanya.
"Ada apa sih, kenapa Ayah teriak-teriak mulu?" Vina heran melihat wajah Ayahnya yang terlihat sedang marah.
Apa aku membuat kesalahan? Masa sih, kayaknya nggak mungkin deh. Aku kan dari tadi cuma nonton anime.
"Kamu tahu nggak kenapa Ayah manggil kamu."
"Ya kalo Ayah nggak ngasih tahu gimana Vina bisa tahu. Ya nggak Bun?" Vina berucap asal sambil cengengesan menatap Bundanya.
"VINAA!!" teriakan Pak Hendra membuat Vina berhenti cengengesan.
"Ayah pikir karena kamu tidak mau melanjutkan kuliah, dengan memasukkanmu ke dalam kantor Ayah adalah pilihan yang tepat. Tapi ternyata Ayah salah. Kamu masih saja kekanak-kanakan dan tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan. Tadi siang ada orang kantor yang melapor ke Ayah kalau kamu sering nonton anime di jam kerja, padahal kamu belum menyelesaikan pekerjaanmu."
Vina tercengang mendengar ada yang berani melapor ke Ayahnya.
"Kamu mungkin berpikir tidak apa-apa karena kamu adalah anak pemilik perusahaan. Tapi Vina, kamu itu harusnya malu. Harusnya kamu sudah cukup malu. Kamu masuk ke perusahaan dengan koneksi Ayah bukan karena usahamu sendiri. Padahal banyak orang yang berpendidikan tinggi melamar kerja ke perusahaan tapi tidak diterima. Apalagi orang seperti kamu, yang cuma lulusan SMA. Mulai besok, kamu nggak usah datang ke kantor lagi!"
Bukannya sedih, wajah Vina terlihat senang.
Bagus deh! Besok aku nggak perlu bangun pagi. Aku akan begadang nonton anime hari ini. Hehehe.
Setelah panjang kali lebar Ayahnya ngomel, Vina kembali masuk ke kamarnya.
"Na na na na," Vina bersenandung kecil dan menari.
"Vanitas-kun..." Vina mengelus poster anime di dinding kamarnya.
"Apa kau dengar yang dikatakan Ayah tadi? Oh iya, ya pasti nggak dengar lah, kan tadi kamu ada di kamar terus. OK, aku akan kasih tau kamu. Kata Ayah..aku..nggak perlu ke kantor lagi, yeyyyy."
"Dan hari ini, aku akan begadang nonton a-ni-meee...," Vina jingkrak-jingkrak menghampiri laptopnya dan melanjutkan nonton anime.
Keesokan harinya, Vina tetap bangun pagi karena ternyata ada event cosplay anime. Yang tentunya tidak akan dilewatkan oleh para otaku.
Vina pergi subuh-subuh agar Ayahnya tidak tahu akan kepergiannya.
Dan dia baru pulang sekitar jam satu siang setelah puas menikmati event.
"Dari mana saja kau! Kenapa kau tidak datang ke kantor?" Pak Hendra menghadang Vina di depan pintu.
"Haa?! Ayah ngomong apa sih. Kan tadi malam Ayah sendiri yang bilang aku tidak perlu lagi datang ke kantor. Kenapa sekarang Ayah malah marah?"
"APA! Jadi kamu nyerah gitu aja?! Harusnya kamu itu berusaha. Kamu harusnya itu minta maaf, dan bilang tidak akan mengulanginya lagi. Dan akan lebih bertanggung jawab atas pekerjaanmu. Bukannya malah keluyuran nggak jelas!!"
Haduhhhh, ini salah, itu salah, aku harus apa sih!
"Haaahh...masuk kamar dan siap-siap."
Eh? Udah selesai marahnya. Tumben cepet banget, biasanya lama.
"Siap-siap kemana Yah?"
"Nanti sore kita ada pertemuan keluarga dengan teman kerja Ayah."
"Ha? Kan itu teman kerja Ayah, ngapain aku harus ikut? Biasanya juga nggak ikut."
"Hergggh!" Pak Hendra benar-benar dibuat jengkel oleh anaknya.
"Kalau dibilang ikut ya ikut! Lagi pula, pertemuan itu diadakan karena Ayah ingin menjodohkanmu dengan anak teman kerja Ayah."
"Oh...Eh? Apa! Ayah bilang Ayah mau menjodohkanku??!"
"Iya, ini semua karena sikapmu sendiri. Kuliah nggak mau, kerja pun cuma main-main. Jadi Ayah pikir, menjodohkanmu dengan Dimas adalah pilihan yang tepat. Dia sangat dewasa dan bertanggung jawab. Siapa tahu dengan menikah dengannya kamu bisa belajar lebih dewasa."
"Ayah, aku mohon Ayah, jangan jodohin Vina. Vina nggak mau menikah. Vina janji, Vina akan serius kerja kali ini. Aku mohon Ayah.."
"Nggak, sebenarnya kemampuanmu saja sudah tidak lulus kualifikasi masuk kantor."
"Kalau gitu Vina kuliah aja. Iya, Vina akan kul-"
"Kalau kerja saja kamu buat main-main, apalagi dengan kuliah?"
"Tapi Yah, Vina masih 20 tahun.."
"Pokoknya keputusan Ayah udah bulat. Nanti sore kamu harus jaga sikap. Kalau Dimas setuju dan merasa cocok denganmu, Ayah akan lanjutkan perjodohannya."
"Apa maksudnya dengan 'merasa cocok denganku'? Apakah itu artinya pendapatnya tentangku sangat penting?" Vina tercengang melihat Ayahnya mengangguk. "Lalu bagaimana dengan pendapatku? Aku tidak setuju dengan perjodohan ini."
"Pendapatmu itu tidaklah penting. Yang terpenting itu adalah pendapatnya, itu saja."
"Tapi Yah.."
"Sudah, ngggak usah pakek tapi-tapi."
"Bundaaa..."
"Nggak ada bunda-bunda. Bunda juga udah setuju dengan keputusan Ayah."
Apa! Bunda juga setuju? Gimana nih, aku nggak mau nikah.
_______
Meskipun sebenarnya enggan, Vina tetap bersiap-siap. Dia memakai dress panjang dengan lengan panjang berwarna hitam pekat. Tak luput juga dengan kacamata hitam.
"Apa-apaan dengan bajumu itu! Kenapa kau memakai hitam-hitam."
"Haduhhhh, kenapa sih dengan bajuku."
"Kita ini mau datang untuk perjodohan, bukan untuk pemakaman. Cepat ganti bajumu!"
"Haduhhh, iya-iya." Vina kembali naik ke kamarnya.
Sambil ganti baju, mulutnya tak henti-henti mengomel.
"Awas aja kalau orang yang dijodohkan denganku ternyata om om tua, akan kuracuni dia dan kurebut hartanya. Hahaha-ha...," tawa Vina menghilang ketika melihat Bundanya berdiri di pintu kamarnya.
"Canda racun, tentu saja aku tidak serius mengatakannya, hehehe."
"Dasar kamu ini, mana mungkin kami akan menjodohkanmu sama om om tua." Bu Vera mengelus kepala anak perempuannya.
"Ayo cepet turun, nanti Ayahmu ngomel lagi."
_______
"Ini sudah bukan jaman Siti Nurbaya lagi Ma, Dimas ngggak mau dijodoh-jodohin."
"Kamu kan belum tahu orangnya, masak udah nolak aja." Bu Vely berusaha membujuk putranya.
"Justru karena itu Ma, bagaimana mungkin aku menikah sama orang yang nggak kukenal."
"Omong kosong, kamu akan sangat suka dengan gadis ini jika kamu melihat fotonya." Bu Vely memperlihatkan foto seorang gadis dari hpnya.
"Lihat, foto ini sangat mirip dengan foto yang Mama temukan di kamar kamu."
Vina! Ini benar Vina kan?
Wajah Dimas memerah ketika mendengar ternyata Mamanya mengetahui dia menyimpan foto seorang gadis.
"Kok Mama bisa tahu tentang foto di kamarku?"
"Sekarang itu tidak penting. Mama nggak tahu kenapa kamu nggak pernah mengenalkan gadis yang ada di foto yang kamu simpan itu sama Mama. Tapi Mama yakin kamu sangat menyukai gadis itu, makanya kamu menyimpan fotonya."
Dimas merebut hp Mamanya dan menatap foto di layar hp dengan seksama.
Apakah benar ini Vina? Iya! Wajahnya benar-benar mirip.
"Gimana? Kamu nggak penasaran apakah foto yang ada di hp Mama dengan foto yang kamu simpan adalah orang yang sama? Emmm, siapa ya namanya tadi? Vi-vi.." Bu Vely pura-pura berusaha mengingat sebuah nama memancing reaksi putranya.
"Vina!" Dimas meneriakkan sebuah nama yang membuat senyum merekah di bibir Mamanya.
"Ah, ya benar Vina. Jadi gimana, kamu mau kan datang pertemuan nanti?"
Dimas mengangguk mantap.
Tentu saja Dimas mau. Bagaimana dia bisa menolak saat mau dijodohkan dengan orang yang ternyata dia sukai sejak kelas satu SMA dulu.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
NEE-SANN
sangat bijak ya kak
2022-09-23
1
Bini Tsukishima Kei<3
haha aku baca ulang
2022-04-17
0
Bini Tsukishima Kei<3
haha aku baca ulang
2022-04-17
1