Tunangan

"Katanya, Dimas menyetujui perjodohan kalian."

JDUARRRR

Vina serasa disambar petir mendengar kabar itu dari Bundanya. Saking terkejutnya, Vina sampai tak mendengar lagi apa yang diucapkan Bundanya setelah itu.

Ini kabar buruk, sangat buruk. Sepertinya ada yang nggak beres dengan otak Dimas. Kenapa dia malah memutuskan melanjutkan perjodohannya? Ini nggak boleh terjadi. Aku harus bicara dengan Dimas.

Vina membuka hpnya dan mencari-cari sebuah nama.

Gawat! Aku kan nggak punya nomornya Dimas. Sial! Aku juga nggak tahu dia kerja dimana lagi. Aku harus secepatnya bicara sama Dimas.

Vina pun Akhirnya berhasil mendapatkan alamat kantor Dimas kerja dari Bundanya. Meskipun itu berakhir dengan ledekan Bundanya yang mengira dia mulai menyukai Dimas.

Tanpa basa basi, Vina langsung capcus ke tempat Dimas kerja.

_______

"Oh, jadi ini tempat Dimas kerja. Besar juga ya. Padahal dia masih muda, tapi sudah dikasih tanggung jawab untuk mengelola perusahaan ini. Haaaahh, irinya...

Eehh, tidak-tidak. Ini bukan saatnya merasa iri. Aku datang ke sini untuk bicara dengan Dimas."

Ketika Vina mulai memasuki kantor, langkahnya dicegat oleh pertanyaan resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu Mbak?"

"Saya mau bertemu dengan Pak Dimas."

"Apakah Mbak sudah membuat janji untuk bertemu dengan Pak Dimas?"

Buset, tinggal ketemu doang harus bikin janji segala. Udah kayak orang penting aja. Eh, dia kan emang orang penting di sini. Haduhh repot banget sih.

"Kalau belum kenapa Mbak?"

"Mohon maaf, Mbaknya bisa kembali lagi ke sini nanti dan bertemu dengan Pak Dimas jika sudah membuat janji."

Apa??? Aku udah susah payah datang kesini, belum juga ketemu orangnya. Tapi sekarang malah disuruh pergi?? Heeegh!!

Meskipun sedang kesal, Vina berusaha tetap mempertahankan senyum yang ada di wajahnya.

Aku sebenarnya nggak mau menggunakan cara ini. Tapi sepertinya nggak ada cara lain yang lebih ampuh dari ini.

"Ah, begini saja. Mbak bilang ke Pak Dimas, kalau Vi-Na tunangannya, ingin bertemu dengannya." Resepsionis tampak terkejut mendengar Vina yang tiba-tiba memperkenalkan dirinya sebagai tunangan dari atasannya.

Si Resepsionis langsung menekan tombol telepon dan menghubungi Dimas.

"Mari Mbak, saya antar ke ruangannya Pak Dimas," ucapnya, setelah selesai mengkonfirmasi kedatangan Vina.

Tuh kan bener, memang cuma cara ini yang ampuh.

Vina terus mengikuti langkah resepsionis, sampai pada akhirnya berhenti di depan sebuah ruangan.

"Silahkan masuk," terdengar suara dari dalam mempersilahkan masuk setelah resepsionis mengetuk pintu.

Udah kek berasa mau ketemu Raja aja nih. Vina bergumam dalam hati.

"Susah banget ya kalo mau ketemu sama Raja, harus pakek janji segala," cibir Vina, saat resepsionis yang yang mengantarnya sudah pergi.

"Kamu sendiri gimana? Udah kangen banget ya sama aku, sampai ngaku-ngaku jadi tunanganku segala supaya bisa ketemu sama aku." ucap Dimas tak mau kalah.

"BERISIIKK!! Ini semua gara-gara kamu tahu. Lagi pula, resepsionismu itu takkan membiarkanku masuk kalau aku tidak bicara seperti itu."

"Jadi, ada keperluan apa kamu ke sini?"

"Aku mau membicarakan tentang-"

"Dim, mau makan siang bareng nggak?" Roni yang tiba-tiba masuk, memotong ucapan Vina.

"Eh?? Siapa nih?" Roni tampak kaget melihat Vina.

"Sorry Ron, gue nggak bisa makan bareng lu. Gue udah diajak makan siang bareng sama tunangan gue nih," ucap Dimas sembari merangkulkan tangannya di bahu Vina yang membuat Vina mendelik kaget.

"Huh, dasar. Mentang-mentang udah punya calon," bibir Roni mencebik kesal melihat Dimas dan Vina berlalu meninggalkannya sambil terus berangkulan.

"Apa maksudmu?? Aku kesini bukan mau ngajak makan. Aku mau bicara sesuatu yang penting sama kamu." Vina berusaha melepaskan rangkulan Dimas.

"Ngobrolnya sambil makan aja. Ini udah jam makan siang, aku lapar."

"Singkirkan tanganmu dari bahuku!" Vina mencoba berjalan agak jauh dari Dimas, namun Dimas malah memperkokoh rangkulannya dan menarik Vina berjalan lebih dekat dengannya.

Alhasil, mau tak mau banyak karyawan kantor yang melihat ke arah mereka. Semuanya penasaran dengan bos mereka yang biasanya sulit didekati oleh cewek, tapi hari ini dia malah merangkul seorang cewek.

"Cepat singkirkan tanganmu. Di sini banyak karyawanmu yang sedang melihat kita." Vina mendelik kesal ke Dimas.

"Lalu? Apa salahnya dengan merangkul tunangan sendiri?" Dimas tersenyum jahil yang membuat Vina semakin melebarkan matanya.

"Apa? Bukannya kau sendiri yang mengatakan kalau kita tunangan?" imbuh Dimas yang membuat Vina mendengus kesal.

"Heeghh. Kuharap kita cepat segera duduk dan makan. Karena aku mau bicarain sesuatu yang penting." Vina mempercepat langkah kakinya.

Dimas baru melepas rangkulannya setelah mereka memasuki sebuah kafe di depan kantor.

"Kamu nggak makan?" Dimas bertanya setelah pramusaji mencatat pesannya, namun Vina justru diam saja dan tak memesan apapun.

"Aku nggak lapar," jawab Vina sambil melipat tangannya di dada.

KRUYUUUKKK

Baru saja Vina mengatakan kalau dirinya tidak lapar, perutnya justru bersuara mempermalukan dia.

"Sepertinya perutmu tidak sependapat denganmu," Dimas tersenyum menahan tawa.

Dasar perut sialan! Kenapa malah berbunyi di waktu yang tidak tepat!

Vina memegang perutnya yang barusan bersuara.

Akhirnya Vina pun memesan makanan dan minuman.

"Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" Dimas membuka percakapan yang membuat Vina menatapnya serius.

"Kenapa kau tidak menolak perjodohannya?"

"Itu kan hakku, terserah aku dong mau nolak atau nggak?" jawaban Dimas benar-benar membuat Vina kesal.

"KAUUU!!" Vina urung berteriak ketika pramusaji datang membawa makanan pesanan mereka.

"Apa kau sudah lupa apa yang kukatakan?"

"Tentu saja aku ingat. Baru kemarin kau mengatakannya."

"Lalu, apa kau tidak mengerti apa yang kukatakan? Kenapa kau masih ingin melanjutkan perjodohan ini??"

Karena aku menyukaimu!

Dimas memandang lekat wajah Vina, sementara yang ditatap malah membuang muka.

"Aku tidak keberatan kamu tidak menyukaiku."

Vina menoleh menatap Dimas. Aku yang keberatan, dasar bodoh!

"Berapa umurmu?"

"21 tahun," jawab Dimas singkat.

Dia seangkatan denganku, tapi ternyata dia lebih tua setahun dariku. "Kau gila ya. Kamu mau nikah di usia semuda itu??"

"Memangnya kenapa dengan nikah muda? Toh aku sudah bisa cari uang sendiri," timpal Dimas sembari melahap suapan terakhir.

Ya Tuhan... Orang ini bener-bener nggak bisa diajak bicara. Vina menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.

"Eh, Vin Vin, kamu jangan tarik rambut kamu kayak gitu. Kamu nggak mau kan nanti jadi botak pas hari pernikahan," ujar Dimas yang membuat Vina ingin sekali membalikkan meja di depan mereka. Tapi ia tahan, karena pastinya perbuatan itu akan menuntut ganti rugi.

"Tapi ingat ya Dim, meskipun kita nanti sudah menikah, aku akan tetap nonton anime sepuasku. Aku nggak akan masak, aku nggak akan cuci piring, pokoknya aku nggak mau ngapain-ngapain. Aku hanya akan nonton a-ni-me, titik. Dan yang paling penting, aku nggak akan memenuhi kewajibanku sebagai istri. Gimana? Masih mau nikah sama aku?"

"Nggak masalah. Urusan masak dan cuci piring, ada pembantu yang bisa mengerjakannya." Kalo urusan yang lain...biar aku yang mengurusnya.

Heeeghh! Orang ini... benar-benar! "Terserahlah! Yang akan terjadi biarlah terjadi! Aku nyerah!"

Jawaban Vina membuat Dimas tersenyum penuh kemenangan.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

NEE-SANN

NEE-SANN

Pliss, jadi inget Dimas. Om om yang caper + keras kepala

2022-09-28

1

Siska

Siska

Vina jgn keras kepla donk...emang mau nikah sma Anime ap??

2021-11-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!