Cemburuan

"Vina..Ayo bangun..," sebuah tangan membelai kepala Vina yang sedang tertidur.

"Ummm...Aku masih ngantuk...Aku baru tidur jam 4 subuh tadi.." mulut Vina menjawab, tapi matanya masih tertutup rapat.

"Emangnya kamu ngapain, sampai tidur jam 4 subuh?"

"Ngapain lagi kalo bukan nonton anime.." mata Vina seperti di kasih lem, tidak bisa terbuka.

"Bangun yuk, udah siang nih.."

"Ummm...," dengan mata yang masih tertutup rapat, Vina meraba tangan yang sedari tadi membelai kepalanya. Kok ada suara laki-laki sih.. Pats! Vina membuka matanya lebar-lebar.

Vina terbelalak melihat Dimas duduk di samping ranjangnya.

"AAAAA!! NGAPAIN KAMU ADA DI KAMARKU!!!!" Vina langsung beringsut duduk menjauh dari Dimas.

Sementara Dimas, malah menaikkan kakinya bersila di samping ranjang.

"SANA! SANA!! Keluar kamu dari kamarku!!" Vina mendorong Dimas hingga terjengkang jatuh ke belakang.

Tapi sebelum terjatuh, Dimas sempat meraih tangan Vina dan menariknya, yang membuat mereka jatuh bersama dalam posisi yang kurang mengenakkan.

Vina jatuh dalam posisi muka mendarat di selangkang*n Dimas. Alhasil, mau tak mau Vina jadi mencium junior milik Dimas yang sedang bersembunyi dibalik celana.

"Dimas, apa Vina-nya sudah bang--" kalimat Bu Vera terpotong melihat pemandangan yang ada di kamar. "Ah, maaf, sepertinya Bunda mengganggu waktu kalian." Bu Vera urung masuk kamar.

"Aarrghh!! Bu-bundaa..Tungguu. Bunda salah paham, ini nggak seperti yang Bunda lihat!!"

"Sayang... Kami bisa mempercepat tanggal pernikahannya kalau itu yang kamu mau," terdengar teriakan Bu Vera dari bawah.

"AAARRGH!!! INI SEMUA GARA-GARA KAMU!!" tudingnya kepada Dimas. "Bunda jadi salah paham gara-gara kamu!"

"Kamu yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Di sini akulah yang jadi korbannya."

"APA?! Mengambil kesempatan dalam kesempitan?? Ini nggak akan terjadi kalau kamu nggak ada di kamarku. Dan apa itu tadi?!! Apa yang tanganmu lakukan di atas kepalaku?!!" Vina terus berteriak dan menuding-nuding Dimas.

AARGH!! Kenapa ini harus terjadi padaku?!! Harusnya sekarang aku masih berkelana bersama para husbuku di alam mimpi. Aarrghh sial. Aku masih bisa merasakan bekas benda terlarang itu menempel di wajahku.

Vina terus menggosok wajahnya berulang kali dengan kasar. Berusaha menghilangkan bekas yang masih terasa di wajahnya.

________

"Kenapa tadi kamu ada di kamarku?" tanya Vina kepada cowok yang duduk di depannya sembari menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Bunda yang menyuruhnya untuk membangunkanmu," Bu Vera menyahut dari arah dapur.

"Ngapain kamu ke sini?" Vina terus mengintrogasi cowok yang ada di depannya.

"Aku ke sini karena mau ngajak kamu untuk cari cincin dan gaun pernikahan."

"Hah?" Vina mengerutkan alisnya bingung.

"Iya sayang, tanggal pernikahannya dipercepat, diadakan seminggu lagi. Jadi, kamu harus cari cincin dan gaunnya sekarang," timpal Bu Vera sambil menaruh apel yang sudah dikupas di atas meja.

Ya. Tanggal pernikahan mereka sudah ditentukan.

"Uhuk uhuk uhuk," Vina tersedak nasi yang baru sampai di tengah tenggorokannya.

Buru-buru Dimas menuangkan air untuknya, tapi dengan cepat dirampas oleh Vina. "Aku bisa ambil sendiri."

"Kita baru saja bertemu beberapa hari yang lalu dan akan menikah secepatnya?! Setidaknya beri kita waktu untuk saling mengenal satu sama lain dulu Bund." Sebenarnya bukan karena alasan itu sih, tapi aku yang butuh waktu. "Bagaimana bisa kita menikah dengan waktu secepat ini?!"

"Lebih cepat, lebih baik." Vina menoleh ke arah Ayahnya yang berjalan ke meja makan. "Kau akan punya banyak waktu untuk mengenal Dimas setelah menikah."

Vina mengerutkan alisnya tanda tak setuju. Baru datang udah nyembur aja!

"Kok Ayah ada di rumah? Ayah nggak kerja?"

"Hari ini, hari libur. Kau nggak lihat kalender? Makanya, tempel kalender yang besar di dinding kamarmu," jawab pak Hendra sambil mengunyah apel.

"Oh iya, Ayah lupa. Dinding di kamarmu kan sudah penuh, tak tersisa sedikitpun ruang kosong. Semuanya kau tempeli dengan gambar kartun-kartun itu, hanya tersisa langit-langit dan jendela saja yang tidak kau tempeli."

"Ayah! Berapa kali harus kubilang, itu bukan kartun tapi Anime," sanggah Vina tidak terima.

"Terserah, mau kartun atau anime, bagi Ayah sama saja"

"Nggak Yah, nggak sama-" Vina menoleh ke Dimas yang sedang tersenyum menahan tawa yang membuat Vina urung berdebat lagi.

"Ah sudahlah!" Vina berdiri dari meja makan, karena memang dia sudah selesai makan.

"Ayo cepat kita cari cincin atau apapun itu," ajaknya kepada Dimas.

"Cari gaun yang bagus ya sayang," pesan Bu Vera saat putrinya menyalami dirinya untuk berpamitan.

Vina hanya mendengus mendengar pesan itu. Kemudian berganti menyalami Ayahnya.

Kalau ada, akan kubeli gaun pernikahan warna hitam, dan juga mahkota yang ada tanduk besarnya. Biar sekalian aku terlihat seperti Maleficent.

Di sepanjang perjalanan, Vina terus saja sibuk dengan hp dan headsetnya.

"Aku akan nonton anime. Jadi, jangan menggangguku," itu pesannya kepada Dimas beberapa menit yang lalu.

Sampai di sebuah toko khusus persiapan pernikahan pun Vina tetap menonton anime.

Ketika ia berjalan sambil terus melihat hp, seseorang berlari dan hampir menabraknya. Namun dengan cepat Vina menghindar. Dimas sempat kaget akan hal itu.

"Apa kau sering berlatih berjalan tanpa melihat? Kenapa kau bisa menghindari orang yang hampir menabrakmu, padahal kan kau tidak melihat ke depan?"

"Insting seorang otaku," jawab Vina tanpa mengalihkan pandangan dari hpnya.

Cih! Apa jawaban itu masuk akal? "Kenapa kamu bisa mendengar suaraku? Kamu kan sedang pakek headset?"

"Memangnya kau pikir aku tuli? Aku akan tunggu di sini. Kau saja yang pilih cincinnya," ucap Vina sambil duduk di kursi yang memang sudah disediakan. Matanya hanya fokus menonton anime.

Dimas meninggalkan Vina dan pergi memilih cincin sendiri. Tidak seberapa lama kemudian, Dimas kembali menghampiri Vina.

"Kalau kamu senyum-senyum sendiri seperti itu, nanti orang lain menganggapmu gila,"

Vina hanya meliriknya sekilas lalu menjawab, "Bukan urusanmu. Urus saja urusanmu sendiri."

"Ayo, kamu harus lihat cincinnya."

"Sudah kubilang, kamu saja yang pilih cincinnya," tolak Vina.

"Aku nggak tahu ukuran jarimu. Kalau nanti kebesaran, memangnya kamu mau mengganjalnya dengan benang pas hari pernikahan?"

"Hegh, iya-iya. Merepotkan saja!" Vina mempause anime yang sedang ditontonnya dan mencopot headset dari telinga. Kemudian berjalan mengikuti Dimas.

"Silahkan dicoba.." pegawai toko menyodorkan kotak cincin kepada Vina.

"Wahhh, pas sekali, manisnya..Sangat cocok di jari Nona. Calon suami nona sangat pandai memilih untuk nona. Nona sangat beruntung mendapat calon suami seperti dia." Vina hanya mendengus kesal mendengar pujian itu.

"Kalau kau merasa sangat beruntung, kenapa tidak kau saja yang menikah dengannya!" Vina yang berniat bergumam dalam hati malah keceplosan mengucapkannya, yang sontak mengundang tawa pegawai toko itu.

"Ahahaha... Sepertinya Nona cemburu ya, jadi tambah manis deh. Tapi Nona jangan khawatir. Saya sudah menikah, jadi nona tak perlu cemburu seperti itu," jawaban pegawai toko itu membuat Dimas terkekeh kecil.

"Ah! Siapa bilang saya cemburu, saya tidak cemburu kok." Vina tidak menyangka pegawai toko itu salah mengartikan ucapannya.

"Ah, tidak usah disangkal seperti itu. Saya dulu juga sebelum menikah, orangnya suka cemburuan."

Jawaban pegawai toko itu lagi-lagi membuat Dimas terkekeh, dan membuat Vina semakin dongkol.

Aarrghh!! Terserahlah! Aku sudah tak tahan lagi...Kuharap aku cepat keluar dari sini!!!

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

NEE-SANN

NEE-SANN

Otak ku traveling

2022-09-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!