Pertemuan

Vina duduk di sebuah restoran dengan bosan. Cacing cacing di perutnya dari tadi sudah meraung-raung tak sabar.

"Ayah, aku sudah lapar. Tak bisakah aku makan duluan?"

"Tak sopan jika makan duluan. Tunggu sebentar lagi, mereka pasti akan segera datang."

"Dari tadi Ayah mengatakan hal yang sama. Aku bisa mati kelaparan sebelum menikah."

"Ah, itu mereka."

Vina melihat sepasang suami istri paruh baya dan seorang cowok berjalan ke meja mereka.

"Hahhh... Akhirnya mereka datang juga.." Vina mencomot kue yang ada didepannya tapi tangannya malah dipukul oleh Ayahnya.

"Apa? Kenapa? Aku mau makan kue ini. Mereka sudah datang, jadi aku boleh makan dong."

"Sayang, kamu harus menyambut mereka dulu." Bu Vera memberikan pengertian kepada putrinya.

"Ya ampuuun, sampai kapan aku harus menahan lapar iniii?" Vina bergumam kecil.

"Halo, ini ya yang namanya Vina. Cantiknya.."

"Terimakasih Tante.." Vina mencium tangan Bu Vely lalu berganti menyalami Pak Heru.

"Ini Dimas ya, sudah tinggi sekali ya sekarang." Bu Vera menyapa Dimas yang dari tadi tampak selalu memandangi Vina.

Obrolan pun terus berlanjut sampai beberapa menit lamanya. Vina yang dari tadi menahan lapar sangat kesal dibuatnya.

Saking kesalnya, dia sampai tak menyadari kalau Dimas terus memandanginya dengan bibir yang tersenyum.

Sebenarnya kapan kita akan makan sih? Apakah makanan di meja ini cuma pajangan? Aku sudah menahan lapar dari tadi, tapi mereka terus saja mengobrol dan mengobrol. Huuh!

"Oh iya, supaya kalian menjadi lebih dekat, kalian jalan-jalan berdua aja dulu." Pak Heru memberi usulan yang sangat membuat Vina terkejut.

"Oh, benar sekali itu!" Vina menoleh terkejut ke Bundanya yang menerima usulan itu.

Aku yang dari tadi menahan lapar dan belum makan sedikit pun. Dan sekarang mereka menyuruhku pergi?

"Ayah, aku nggak mau pergi. Aku mau makan, aku sudah sangat lapar..." Vina berbisik ke telinga Ayahnya.

"Kau pergi lah dulu, makannya nanti saja." Pak Hendra membalas bisikan putrinya.

"Tapi Ayah, aku sudah menahan lapar dari tadi.."

"Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa bisik-bisik begitu?"

Vina dan Pak Hendra berhenti berbisik-bisik ketika mendengar pertanyaan Bu Vely.

"Ah, bukan apa-apa. Ini, Vina mengatakan kalau dia merasa malu untuk jalan berdua dengan Dimas."

APAA!!! Kenapa Ayah malah mengatakan kebohongan itu??!!

"Haduh, manisnya...Jaman sekarang, banyak anak-anak yang bermesraan di tempat umum tanpa rasa malu. Tapi berbeda dengan anaknya Pak Hendra dan Bu Vera ini, dia malah merasa malu, padahal cuma jalan-jalan aja." Bu Vely tersenyum menatap Vina.

Semua tertawa melihat wajah Vina yang memerah.

Aku lapar tahu! Bukannya malu!

_____

Dimas masih ingat dulu, ketika awal-awal masuk SMA ia pernah satu kelas dengan Vina.

Dimas yang merasa penasaran dengan Vina pun mencari informasi tentang Vina kepada temannya.

"Eh Ron, gua mau nanya nih. Cewek yang duduk di bangku paling depan pojok itu siapa namanya?"

"Yang pakek headset itu?" Roni menunjuk seorang cewek yang dibalas dengan anggukan oleh Dimas.

"Vina. Emang kenapa? Jangan bilang...lu naksir dia," tebakan Roni sepertinya benar.

"Kok lu tau sih, lu dukun ya?"

"Dia emang cantik sih, tapi gua saranin mending lu nyerah dari awal aja deh."

"Hah? Emang kenapa?"

"Dia itu Wibu."

"Wibu?"

"Iya, denger-denger sih gitu. Pernah waktu kita MOS dulu, dia ditembak sama kakak kelas ganteng jago basket lagi. Tapi Vina nolak dia. Tau nggak alasannya apa? Dia bilang, dia nggak suka 3D, dia lebih suka sama 2D."

"Hah? Apa maksudnya 3D sama 2D?"

"3D itu diibaratkan manusia, sementara 2D itu anime."

"Masa sih?"

"Ya kalo nggak percaya coba aja lu deketin dia."

Dan benar saja, ketika Dimas nembak Vina, dia ditolak dengan alasan yang sama persis seperti yang apa diucapkan oleh Roni.

"Woyyy.." suara Vina mengagetkan Dimas dan menyadarkannya dari lamunan.

"Eh, iya? Maaf, tadi kamu bilang apa ya? Aku nggak denger."

"Dari tadi dipanggil-panggil nggak nyaut. Kita mau kemana nih?"

"Eh, kemana ya?" Dimas baru sadar dan bingung mau ngajak Vina jalan kemana.

Hah? Jangan bilang dia nyetir mobil dari tadi tapi nggak tau tujuannya kemana. Padahal dari tadi aku udah nahan lapar, ngiranya mau di ajak makan. Eh dianya malah bengong nggak tau ngelamunin apaan.

"Kalau kamu maunya kemana?" Dimas bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

"Aku mau makan, laper." ucap Vina jujur.

"Makan dimana?"

"Terserah."

Kebiasaan deh, kalo kaum hawa ditanyain mesti jawabannya terserah.

Gumam Dimas dala hati.

"Mau ke restoran Mawar nggak?"

"Nggak mau!"

Tuh kan! Tadi katanya terserah, giliran dipilihin nggak mau.

"Kalo rumah makan ikan bakar yang terkenal itu mau nggak?"

"Nggak mau! Itu mah kejauhan. Aku tuh dari tadi udah nahan lapar tahu!" Vina mulai mengomel karena jengkel.

Eh buset. Ternyata bener ya, orang kalo lagi lapar tuh jadi nyeremin.

Dimas tertawa mendengar Vina mengomel.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"

"Nggak, cuma kenapa tadi kamu nggak makan dulu aja kalo emang udah lapar?"

"Gimana aku mau makan, kalau nggak ada yang makan?! Tadinya sebelum kalian datang, aku tuh udah mau makan. Tapi Ayah melarangku, katanya nggak sopan jika aku makan duluan." Vina terus nyerocos mengeluarkan unek-uneknya.

"Nah, begitu kalian datang aku pun senang karena kupikir waktunya makan sudah tiba. Eh, nggak taunya kalian malah ngobrol. Udah gitu ngobrolnya lama lagi. Terus, belum juga aku makan, malah disuruh pergi sama kamu. Dan tadi, saat aku ngira kamu akan ngajak aku makan, eh kamunya malah bengong bingung mau kemana."

Dimas malah tertawa mendengar Vina yang terlampau jujur dan membuat Vina tambah jengkel.

"Tau ah, kesel aku. Jangan ngajak aku bicara! Aku laper, aku mau irit tenaga," ucap Vina sambil melipat tangannya di dada.

Hening beberapa saat, sampai kemudian Vina kembali nyerocos.

"Oh iya, gara-gara pertemuan ini juga, aku jadi nggak bisa nonton anime. Kamu tahu nggak berapa episode yang bisa aku tonton selama waktu yang kita lewatkan tadi? Mungkin aku sudah menghabiskan satu judul a-ni-me."

"Katanya tadi mau irit tenaga...,nggak mau ngomong, kok sekarang malah ngajak ngobrol?"

"Ih kamu ngeselin banget sih, aku tuh cuma ngungkapin kekesalanku aja kok. Ah udah lah, kamu juga nggak akan ngerti."

Apa semua orang kalo lagi laper jadi marah-marah nggak jelas gini ya?

Gumam Dimas dalam hati.

"Berhenti di sini!"

"Eh, kenapa? Masa gitu aja kamu udah ngambek Vin?" Dimas menghentikan mobilnya.

Saat Vina hendak keluar dari mobil, Dimas mencekal tangannya.

"Ayolah jangan ngambek gini."

"Ngambek apanya! Aku tuh mau makan mi ayam. Noh, kamu nggak liat apa ada gerobak mi ayam di depan," Vina menunjuk gerobak di pinggir jalan.

"Oh, kirain kamu ngambek. Hehehe."

"Ngambek gundulmu itu! Buruan keluar, udah laper banget nih." Vina keluar lebih dulu dari mobil dan disusul Dimas di belakangnya.

Kirain tadi dia ngambek. Ternyata mau makan mi ayam toh, hehehe.

Dimas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

NEE-SANN

NEE-SANN

Ijin jadi top fans thor. Ngulang lagi ini,,,hehe

2022-09-24

1

Diyah

Diyah

sambil nunggu Tisa up ..baca ini dlu ah...heheheh

2021-12-18

2

Siska

Siska

lah itu si Vina g inget sma Dimas yak klo prnah sekelas prnh dtembak pula?

2021-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!