Lebih Tertarik Dengan 2d Ketimbang Sama 3d

"Maaf ya, tadi aku ngomel-ngomel nggak jelas. Maklum bawaan laper. Hehehe."

"Iya nggak papa."

Eh, harusnya tadi aku nggak usah minta maaf. Kan aku berniat batalin perjodohan ini lewat dia. Biarin aja dia illfeel sama aku.

Vina kembali menyantap mi ayam di depannya. Tapi kemudian berhenti saat menyadari Dimas terus menatapnya.

"Kenapa kamu ngeliatin aku terus?"

"Vin, kamu lupa sama aku?"

"Kamu pikir aku pikun. Ya kali aku lupa, kita kan baru aja kenalan."

"Bukan itu maksudku." Dimas menepuk jidatnya pelan.

Apa Vina bener-bener udah lupa sama aku? Baiklah, aku akan tanya sekali lagi.

"Vin, masa sih kamu bener-bener udah lupa sama aku??"

"Et dah nih orang! Dibilang gua kagak pikun. Gua NGGAK-PI-KUN." Vina menekankan kata 'nggak pikun' dengan keras.

"Lu itu budek atau nggak ngerti bahasa Indonesia sih. Buset, makanan belum turun ke perut adaaa aja yang bikin kesel." ucap Vina greget sambil menyuapkan mi ayam ke mulutnya.

Tapi ketika melihat Dimas yang masih mengerutkan dahinya, Vina kembali kesal dan urung menyuapkan sendok ke mulut.

"Kenapa lagi?!" ucap Vina sambil menaruh sendoknya.

"Kok ngomongnya jadi 'lu gua'?"

"Ya abisnya lu nyebelin banget sih."

"Jangan pakek 'lu gua'. Pakek 'aku kamu aja' biar kita tambah deket."

"Uhuk uhuk uhuk," Vina tersedak teh yang diminumnya mendengar perkataan Dimas. Nih orang serius banget sih dijodohin sama aku. Dia nggak punya pacar apa.

"Jujur, aku agak sedih ternyata kamu lupa sama aku. Aku itu Dimas-" Dimas nggak bisa meneruskan ucapannya karena dipotong oleh Vina.

"Iya, lu itu Dimas, anaknya Tante Vely sama Om Heru. Dan kita baru kenalan tadi ini, ketemu tadi ini. Gua nggak lupa Dim, gua nggak lupa! Aish nih orang bikin kesel aja." Ucap Vina kesal karena mendengar Dimas terus-terusan mengatakan kalau dia sudah lupa.

"Bukan itu maksudku Vin. Aku itu Dimas, temen kamu waktu SMA dulu," ucapan Dimas membuat Vina kaget.

"Eh? Gua nggak ingat pernah punya temen kayak lu."

"Tuh kan kamu lupa. Padahal kita pernah satu kelas lho Vin waktu kelas satu."

"Yaelah itu kan udah lama banget ya pasti gua lupa lah."

"Tapi aku nggak pernah lupa sama kamu Vin. Aku... dulu pernah nembak kamu. Masa kamu lupa sih," Dimas memalingkan mukanya malu.

Ha? Dia pernah nembak aku? "Maaf, gua nggak ing...Eh, jangan bilang kalau lu itu ketua kelas nyebelin yang selalu ngingetin ada PR itu ya?"

"Hee??" Jadi Vina waktu itu menganggapku sebagai orang yang nyebelin.

"Ah iya, gua ingat sekarang. Maaf gua nggak ngenalin lu. Karena dulu lu itu agak kurusan, beda ma sekarang."

"Vin, ngomongnya pakek aku kamu aja ya."

Ngotot banget sih nih orang mau pakek aku kamu. "Iya iya. Eh, tapi ngomong-ngomong, kamu nggak punya pacar?"

"Kenapa? Apa sekarang kamu menyukaiku?"

Vina mendelik mendengar pertanyaan Dimas yang begitu percaya diri.

"PD banget kamu. Aku tuh nanya karena kalo kamu punya pacar, kamu pasti keberatan sama perjodohan ini. Aku pun sebenarnya juga keberatan dengan perjodohan ini."

"Kalau kamu keberatan, kenapa kamu nggak bilang sama Ayah kamu dan menolak perjodohan ini?"

"Aku nggak bisa menolak perjodohan ini. Karena keputusanku di sini tidak akan mempengaruhi apapun. Sebelumnya aku sudah bilang ke Ayah kalau aku tidak setuju dengan perjodohan ini, tapi Ayah malah bilang kalau keputusan itu tidaklah penting. Ayah bilang hanya keputusanmulah yang dapat membatalkan ataupun melanjutkan perjodohan ini."

Vina memandang Dimas lekat-lekat.

"Maka dari itu, kalau kamu punya pacar, kita bisa menggunakan alasan itu untuk membatalkan perjodohan ini."

"Tapi, masalahnya aku nggak punya pacar tuh. Jadi, aku sih setuju-setuju aja sama perjodohan ini," jawaban Dimas membuat mata Vina terbelalak.

"APAA!! Kamu bilang, kamu setuju dengan perjodohan ini?"

"He-em."

"Tapi, kenapa?! Bagaimana bisa kamu mau nikah sama aku? Kita kan nggak mengenal satu sama lain. Lagi pula, kita juga nggak saling suka."

"Aku kenal kamu kok. Kita pernah satu sekolah, bahkan pernah satu kelas. Kalau soal suka...dulu aku pernah menyukaimu." Bahkan sampai sekarang masih. "Jadi aku tinggal menyukaimu lagi kan?"

Vina mengusap wajahnya frustasi.

Ya ampun...ada ya orang kayak gini...gimana lagi caranya untuk membatalkan perjodohan ini??

"OK. Kalau gitu, aku mau mengatakan sesuatu yang penting. Kamu mungkin bisa menyukaiku. Tapi, aku tak bisa menyukaimu."

Dimas mendongak terkejut menatap Vina.

"Kenapa! Apa kamu sudah punya pacar?"

"Tidak, aku tidak punya pacar."

"Lalu kenapa?"

"Aku mencintai Vanitas."

"Apa? Kau bilang tidak punya pacar, lalu siapa Vanitas itu?"

"Vanitas itu adalah karakter di anime. Aku itu otaku, aku tidak tertarik dengan 3d aku lebih suka dengan 2d."

Dimas benar-benar tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Whaaattt! Demi apa! Dulu aku ditolak dengan alasan itu. Dan sekarang pun aku masih ditolak dengan alasan yang sama.

_______

Dimas terbaring di kasurnya. Perkataan Vina masih terngiang-ngiang di pikirannya.

'Pikirkan itu, kau tidak mau kan menikah dengan orang yang tidak bisa menyukaimu. Keputusan ada ditanganmu.'

"Woyy! Kenapa sih dari tadi diem mulu." Roni yang menginap di rumah Dimas merasa dikacangin oleh Dimas yang sedari tadi diam saja.

"Lu inget nggak sama Vina?" Dimas buka suara.

"Cewek wibu yang lu taksir waktu SMA dulu?"

"Iya. Gue dijodohin sama dia."

"Bagus dong, kan lu sampe sekarang masih suka sama dia."

"Bukan itu masalahnya." Dimas mendesah lesu.

"Apa lagi masalahnya? Lu dari dulu suka sama dia. Terus, sekarang lu dijodohin sama dia. Lalu, dimanakah letak masalahnya??"

"Dia bilang dia nggak bisa suka sama gue. Lu inget nggak kenapa dia nolak gue dulu? Tadi gue juga ditolak dengan alasan yang sama."

"Seriusan? Gila tuh cewek. Sia-sia kecantikannya kalau sukanya malah sama yang nggak nyata."

"Lu ngehina dia?" Dimas memelototi Roni.

"Wey wey, santai bro, santai...masa gitu aja marah. Tapi ya Dim, menurut gue, lu nggak usah ambil pusing masalah itu."

"Maksud lu?"

"Lu terima aja perjodohannya. Kalo lu nikah sama dia, lu kan jadi punya banyak waktu buat ngubah perasaan dia supaya jadi suka sama lu. Bener kan?"

"Oh iya, kenapa gue nggak kepikiran kayak gitu ya?" wajah Dimas berubah menjadi sumringah.

"Siapa dulu dong, Roni gitu lho.." ucap Roni sambil memasang wajah sok keren.

"OK, gue mau bilang sama ortu gue kalau gue setuju dan mau ngelanjutin perjodohannya."

Di sisi lain, ada Vina yang sudah tak sabar menunggu kabar yang ingin didengarnya.

"Yosshh!!! Rencanaku pasti berhasil. Dimas pasti akan membatalkan perjodohannya setelah mendengar alasanku tadi. Sekarang, aku tinggal menunggu kabarnya saja."

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

NEE-SANN

NEE-SANN

Temen gue gitu sama gue, cuma sama yang lain diterima aja

2022-09-26

1

Mega Mutiara

Mega Mutiara

si dimas kenapa gak nyerah ajah sih

2021-11-24

1

Siska

Siska

ayo,semangat Dimas waktunya brjuang untk mendapatkn hati Vina...

2021-11-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!