Love For My Sad Boy
...Biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya. Biarlah ku tanggung semua sendiri. Terluka sendiri kupendamkan segala rasa. Karena aku tak bisa mengharapkan cinta yang takkan pernah ada....
..._______...
Katanya, cinta datang tanpa bisa diketahui kapan dan pada siapa cinta berlabuh. Arkan setuju sekali dengan itu. Karena ia sedang merasakannya sendiri. Rasanya senang saat melihat gadis yang ia cintai tersenyum bahagia, tertawa lepas, meski bukan karenanya. Bahagia rasanya saat gadis itu berada di dekatnya, meski bukan ia sebab utamanya. Meski gadis itu ada bersamanya untuk menemani orang lain. Tepatnya menemani sahabatnya sendiri. Ya, Arkan mencintai kekasih sahabatnya sendiri.
Sebenarnya ia tidak benar-benar ingin mengkhianati sahabatnya apalagi merebut kekasihnya. Sejak lama pun ia sudah menyimpan rasa pada gadis itu saat pertama kali mereka bertemu. Namun, saat ia akan mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, ia kalah cepat. Ia harus lebih dulu mendengar kabar terjalinnya hubungan antara gadis yang dicintainya dengan sahabatnya. Terpaksa, ia harus merelakan perasaannya kandas sebelum bersemi. Karena Arkan tak ingin persahabatan yang telah lama terjalin harus hancur hanya karena seorang gadis.
Katanya, cinta itu tak harus memiliki. Itu yang Arkan lakukan. Selama hampir setahun ia merasakan bagaimana sakitnya melihat kemesraan gadis yang dicintai bersama sahabatnya. Rasa ingin merebut pasti ada, bahkan setiap harinya, setiap melihat interaksi mereka, rasa itu seakan semakin besar. Tapi tidak, ia tidak boleh egois. Ia yakin, ia bahagia jika sahabatnya dan gadis pujaannya bahagia. Meskipun hatinya harus banyak menampung luka, tak apa. Ia rela, asalkan gadisnya bahagia.
"Arkan! Woy!"
Arkan tersadar dari lamunan kesedihannya saat Faris mengguncang bahunya. Ia baru sadar bahwa sejak tadi ia melamun. Akibat hatinya kembali tergores karena melihat mereka saling memberikan afeksi di depannya.
"Ar, lo kenapa sih? Lagi mikirin apa? Ngelamun terus, perasaan?" Itu yang bertanya Silva. Kekasih Faris yang juga dicintai Arkan.
Inilah salah satu sifat yang membuat Arkan mencintai Silva sebegitu dalamnya hingga rela menahan semua rasa sakit demi melihat Silva bahagia. Silva itu perhatian, ia peduli kepada siapapun. Tak melihat siapa orangnya, kenal atau tidak, baik padanya atau benci sekalipun, Silva tetap membantu dan bersikap baik pada orang itu jika memang sedang dalam kesulitan dan ia bisa membantu. Silva itu baik dan hangat pada semua orang.
Lagi-lagi Arkan hanyut dalam pikirannya sendiri sambil menatap Silva dengan dalam. Kini, giliran Rafan yang turun tangan untuk menyadarkannya.
Rafan mendekatkan wajahnya ke telinga Arkan dan berbisik di sana. "Jangan diliatin terus kalo lo masih mau persahabatan kita tetap terjalin! Ingat, ini keputusan lo sendiri."
Arkan tersadar lantas mengalihkan pandangannya dari wajah Silva. Dilihatnya layar ponsel miliknya lalu bangkit dan menyampirkan tas di bahunya.
"Eum... Kayanya gue harus balik duluan, deh. Gue lupa ada janji sama bokap. Gue duluan, ya!" ucap Arkan seraya memasukkan ponsel ke saku celananya.
"Gue nebeng lo, ya? Hee." Rafan ikut berdiri dan berkata diakhiri cengiran lebar.
Wajah Rafan yang putih dengan mata melengkung membentuk eye smile dan gigi gingsulnya membuat Arkan tak kuasa menahan gemas. Ia pun mengusak rambut brown milik Rafan untuk menyalurkan rasa gemasnya.
"Oke, ayo!" jawab Arkan lalu mereka berpamitan pada Faris dan Silva lantas berlalu menjauhi mereka.
"Tapi nanti gue turunin di lampu merah, ya?" sambung Arkan mengerling pada Rafan yang berjalan di sampingnya.
"Ya jangan, dong! Nanti kalo gue diculik gimana?" seru Rafan tak terima.
"Oh iya, lo kan masih kecil, ya?" balas Arkan sambil merangkul pundak Rafan.
"Enak aja! Gue udah gede, woy!" teriak Rafan agak berjinjit agar bisa mencapai telinga Arkan.
Arkan terkekeh geli sambil berusaha menjauhkan telinganya. "Mana coba yang udah gede? Bisa gak lo ngambil permen ini di tangan gue?" Arkan mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar Rafan tak bisa menjangkaunya.
"Oke! Kalo dapet buat gue, ya!" jawab Rafan lalu berusaha menggapai permen itu dengan memanjat tubuh Arkan.
"Woy, jangan curang dong, lo!" seru Rafan karena Arkan memindahkan permennya ke tangannya yang lain.
Rafan pun menginjak kaki Arkan dengan sangat keras membuat Arkan memekik dan berjongkok memegangi kakinya. Dengan begitu, Rafan bisa dengan mudah mengambil permen itu dari Arkan.
"Tuhkan, apa gue bilang? Gue tuh udah gede," ujar Rafan sembari melahap permen susu kesukaannya itu.
***
Alunan melodi indah tercipta dari kedua tangannya yang bekerja sama bergerak menggelitik sebuah gitar dalam dekapannya. Beriringan dengan suara berat namun merdu menciptakan rasa nyaman yang akan dirasakan oleh siapapun yang mendengar.
🎶 Tak perlu kau katakan isi hatimu
Semua telah tersirat di dua matamu
Simpan semua upaya tuk buatku percaya
Semua baik adanya
Terluka sendiri kupendamkan segala rasa
Karena aku tak bisa
Mengharapkan cinta yang takkan pernah ada
🎶 Sudah, kini ku melepaskan
Cinta, yang dulu ku banggakan
Aku sadari semua ini memang bukan salahmu
Aku ini memang bukan untukmu
Entah sejak kapan lagu itu menjadi favoritnya. Yang pasti, setiap malam ia selalu menyanyikan lagu ini. Lagu yang seakan menggambarkan perasaannya yang tak bisa ia ungkapkan pada Silva--gadis yang ia cintai.
Arkan hanya bisa memendam segala rasa karena Silva telah dimiliki sahabatnya. Meski begitu, ia tak berniat untuk move on dan beralih pada lain hati. Ia hanya ingin mencintai Silva walau harus selalu tersakiti. Sekali lagi, Arkan rela asalkan Silva bahagia. Katakanlah Arkan bodoh. Tapi, beginilah caranya mencintai. Untuk sekarang, biarkan dirinya tenggelam dalam kepahitan cinta bertepuk sebelah tangan, hingga ia telah sampai pada batasnya untuk menyerah.
Tok tok tok!
"Arkan! Ayo makan malam dulu! Semuanya udah nunggu di bawah!"
Arkan lantas menyimpan gitarnya di sofa lalu bangkit untuk menemui orang yang memanggilnya di balik pintu kamar.
"Iya, Mah. Ayo ke bawah!" jawab Arkan dengan senyum lembut setelah membuka pintu lalu merangkul sang mama untuk berjalan di sampingnya.
Lisa hanya tersenyum dan menepuk-nepuk pipi Arkan. Ia sudah terbiasa dengan sifat manja anak sulungnya ini.
Mereka pun menuruni tangga menuju ruang makan.
"Arkan, ada yang mau Papa bicarakan setelah makan malam sama kamu," ujar Setya setelah Arkan dan Lisa bergabung di meja makan.
"Iya, Pah," jawab Arkan tanpa bertanya lebih lanjut tentang hal apa yang akan dibicarakan dengannya.
"Ayo makan, hey!" ujar Arkan pada Nesya--adiknya yang masih duduk di sekolah menengah pertama. Lalu dibalas cengiran dan anggukan oleh gadis itu.
Kebiasaan Nesya saat ingin tahu sesuatu tapi ia tahu bahwa dirinya tidak diizinkan mengetahui sesuatu itu, Nesya akan menatap objek sambil mengira-ngira apa yang disembunyikan darinya.
***
Sesuai yang dikatakan Setya sebelum makan malam, kini Arkan, Setya dan Lisa sudah duduk di sofa ruang keluarga. Sementara Nesya diperintahkan masuk ke kamarnya untuk belajar.
"Ada apa, Pah?" tanya Arkan menatap Setya.
"Sebelumnya, kamu harus janji dulu untuk tidak buru-buru menolak," ucap Setya yang diangguki Arkan tanpa perdebatan.
"Kami melakukan ini agar masa depanmu dan masa depan usaha kami terjamin. Saat ini, perusahaan Papa sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan teman lama Papa yang pengaruhnya cukup luas, besarnya pun hampir sebanding dengan perusahaan Papa. Sahabat Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak gadisnya saat dia mengetahui bahwa Papa juga punya anak laki-laki seumuran anaknya. Papa setuju dengan usulan itu. Tapi, bukan demi perusahaan kami saja. Anak gadisnya juga sangat baik, sopan, santun, cerdas, berprestasi di sekolahnya, dan masih banyak lagi kelebihannya. Papa rasa dia cocok untuk kamu. Jadi, menurutmu bagaimana?" jelas Setya menjelaskan dengan perlahan.
"Memangnya siapa gadis itu, Pah?" tanya Arkan meski hatinya merasa tidak berminat.
"Gadis itu cantik, namanya Silvana Oktavia Hanum."
Detik itu juga napasnya terasa tercekat dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Kenapa rasanya semuanya jadi semakin rumit?
...Bersambung......
Note :
Play song : Sudah - Afgan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Fadiylah19
mampir thor,,,
2022-01-04
2
Farid Nadya
mampir
2022-01-03
1
Diah Nurpadilah
jangan kasih kendor😁
2021-12-31
0