Love For My Sad Boy

Love For My Sad Boy

Bab 1. Awal yang Rumit

...Biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya. Biarlah ku tanggung semua sendiri. Terluka sendiri kupendamkan segala rasa. Karena aku tak bisa mengharapkan cinta yang takkan pernah ada....

..._______...

Katanya, cinta datang tanpa bisa diketahui kapan dan pada siapa cinta berlabuh. Arkan setuju sekali dengan itu. Karena ia sedang merasakannya sendiri. Rasanya senang saat melihat gadis yang ia cintai tersenyum bahagia, tertawa lepas, meski bukan karenanya. Bahagia rasanya saat gadis itu berada di dekatnya, meski bukan ia sebab utamanya. Meski gadis itu ada bersamanya untuk menemani orang lain. Tepatnya menemani sahabatnya sendiri. Ya, Arkan mencintai kekasih sahabatnya sendiri.

Sebenarnya ia tidak benar-benar ingin mengkhianati sahabatnya apalagi merebut kekasihnya. Sejak lama pun ia sudah menyimpan rasa pada gadis itu saat pertama kali mereka bertemu. Namun, saat ia akan mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, ia kalah cepat. Ia harus lebih dulu mendengar kabar terjalinnya hubungan antara gadis yang dicintainya dengan sahabatnya. Terpaksa, ia harus merelakan perasaannya kandas sebelum bersemi. Karena Arkan tak ingin persahabatan yang telah lama terjalin harus hancur hanya karena seorang gadis.

Katanya, cinta itu tak harus memiliki. Itu yang Arkan lakukan. Selama hampir setahun ia merasakan bagaimana sakitnya melihat kemesraan gadis yang dicintai bersama sahabatnya. Rasa ingin merebut pasti ada, bahkan setiap harinya, setiap melihat interaksi mereka, rasa itu seakan semakin besar. Tapi tidak, ia tidak boleh egois. Ia yakin, ia bahagia jika sahabatnya dan gadis pujaannya bahagia. Meskipun hatinya harus banyak menampung luka, tak apa. Ia rela, asalkan gadisnya bahagia.

"Arkan! Woy!"

Arkan tersadar dari lamunan kesedihannya saat Faris mengguncang bahunya. Ia baru sadar bahwa sejak tadi ia melamun. Akibat hatinya kembali tergores karena melihat mereka saling memberikan afeksi di depannya.

"Ar, lo kenapa sih? Lagi mikirin apa? Ngelamun terus, perasaan?" Itu yang bertanya Silva. Kekasih Faris yang juga dicintai Arkan.

Inilah salah satu sifat yang membuat Arkan mencintai Silva sebegitu dalamnya hingga rela menahan semua rasa sakit demi melihat Silva bahagia. Silva itu perhatian, ia peduli kepada siapapun. Tak melihat siapa orangnya, kenal atau tidak, baik padanya atau benci sekalipun, Silva tetap membantu dan bersikap baik pada orang itu jika memang sedang dalam kesulitan dan ia bisa membantu. Silva itu baik dan hangat pada semua orang.

Lagi-lagi Arkan hanyut dalam pikirannya sendiri sambil menatap Silva dengan dalam. Kini, giliran Rafan yang turun tangan untuk menyadarkannya.

Rafan mendekatkan wajahnya ke telinga Arkan dan berbisik di sana. "Jangan diliatin terus kalo lo masih mau persahabatan kita tetap terjalin! Ingat, ini keputusan lo sendiri."

Arkan tersadar lantas mengalihkan pandangannya dari wajah Silva. Dilihatnya layar ponsel miliknya lalu bangkit dan menyampirkan tas di bahunya.

"Eum... Kayanya gue harus balik duluan, deh. Gue lupa ada janji sama bokap. Gue duluan, ya!" ucap Arkan seraya memasukkan ponsel ke saku celananya.

"Gue nebeng lo, ya? Hee." Rafan ikut berdiri dan berkata diakhiri cengiran lebar.

Wajah Rafan yang putih dengan mata melengkung membentuk eye smile dan gigi gingsulnya membuat Arkan tak kuasa menahan gemas. Ia pun mengusak rambut brown milik Rafan untuk menyalurkan rasa gemasnya.

"Oke, ayo!" jawab Arkan lalu mereka berpamitan pada Faris dan Silva lantas berlalu menjauhi mereka.

"Tapi nanti gue turunin di lampu merah, ya?" sambung Arkan mengerling pada Rafan yang berjalan di sampingnya.

"Ya jangan, dong! Nanti kalo gue diculik gimana?" seru Rafan tak terima.

"Oh iya, lo kan masih kecil, ya?" balas Arkan sambil merangkul pundak Rafan.

"Enak aja! Gue udah gede, woy!" teriak Rafan agak berjinjit agar bisa mencapai telinga Arkan.

Arkan terkekeh geli sambil berusaha menjauhkan telinganya. "Mana coba yang udah gede? Bisa gak lo ngambil permen ini di tangan gue?" Arkan mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar Rafan tak bisa menjangkaunya.

"Oke! Kalo dapet buat gue, ya!" jawab Rafan lalu berusaha menggapai permen itu dengan memanjat tubuh Arkan.

"Woy, jangan curang dong, lo!" seru Rafan karena Arkan memindahkan permennya ke tangannya yang lain.

Rafan pun menginjak kaki Arkan dengan sangat keras membuat Arkan memekik dan berjongkok memegangi kakinya. Dengan begitu, Rafan bisa dengan mudah mengambil permen itu dari Arkan.

"Tuhkan, apa gue bilang? Gue tuh udah gede," ujar Rafan sembari melahap permen susu kesukaannya itu.

***

Alunan melodi indah tercipta dari kedua tangannya yang bekerja sama bergerak menggelitik sebuah gitar dalam dekapannya. Beriringan dengan suara berat namun merdu menciptakan rasa nyaman yang akan dirasakan oleh siapapun yang mendengar.

🎶 Tak perlu kau katakan isi hatimu

Semua telah tersirat di dua matamu

Simpan semua upaya tuk buatku percaya

Semua baik adanya

Terluka sendiri kupendamkan segala rasa

Karena aku tak bisa

Mengharapkan cinta yang takkan pernah ada

🎶 Sudah, kini ku melepaskan

Cinta, yang dulu ku banggakan

Aku sadari semua ini memang bukan salahmu

Aku ini memang bukan untukmu

Entah sejak kapan lagu itu menjadi favoritnya. Yang pasti, setiap malam ia selalu menyanyikan lagu ini. Lagu yang seakan menggambarkan perasaannya yang tak bisa ia ungkapkan pada Silva--gadis yang ia cintai.

Arkan hanya bisa memendam segala rasa karena Silva telah dimiliki sahabatnya. Meski begitu, ia tak berniat untuk move on dan beralih pada lain hati. Ia hanya ingin mencintai Silva walau harus selalu tersakiti. Sekali lagi, Arkan rela asalkan Silva bahagia. Katakanlah Arkan bodoh. Tapi, beginilah caranya mencintai. Untuk sekarang, biarkan dirinya tenggelam dalam kepahitan cinta bertepuk sebelah tangan, hingga ia telah sampai pada batasnya untuk menyerah.

Tok tok tok!

"Arkan! Ayo makan malam dulu! Semuanya udah nunggu di bawah!"

Arkan lantas menyimpan gitarnya di sofa lalu bangkit untuk menemui orang yang memanggilnya di balik pintu kamar.

"Iya, Mah. Ayo ke bawah!" jawab Arkan dengan senyum lembut setelah membuka pintu lalu merangkul sang mama untuk berjalan di sampingnya.

Lisa hanya tersenyum dan menepuk-nepuk pipi Arkan. Ia sudah terbiasa dengan sifat manja anak sulungnya ini.

Mereka pun menuruni tangga menuju ruang makan.

"Arkan, ada yang mau Papa bicarakan setelah makan malam sama kamu," ujar Setya setelah Arkan dan Lisa bergabung di meja makan.

"Iya, Pah," jawab Arkan tanpa bertanya lebih lanjut tentang hal apa yang akan dibicarakan dengannya.

"Ayo makan, hey!" ujar Arkan pada Nesya--adiknya yang masih duduk di sekolah menengah pertama. Lalu dibalas cengiran dan anggukan oleh gadis itu.

Kebiasaan Nesya saat ingin tahu sesuatu tapi ia tahu bahwa dirinya tidak diizinkan mengetahui sesuatu itu, Nesya akan menatap objek sambil mengira-ngira apa yang disembunyikan darinya.

***

Sesuai yang dikatakan Setya sebelum makan malam, kini Arkan, Setya dan Lisa sudah duduk di sofa ruang keluarga. Sementara Nesya diperintahkan masuk ke kamarnya untuk belajar.

"Ada apa, Pah?" tanya Arkan menatap Setya.

"Sebelumnya, kamu harus janji dulu untuk tidak buru-buru menolak," ucap Setya yang diangguki Arkan tanpa perdebatan.

"Kami melakukan ini agar masa depanmu dan masa depan usaha kami terjamin. Saat ini, perusahaan Papa sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan teman lama Papa yang pengaruhnya cukup luas, besarnya pun hampir sebanding dengan perusahaan Papa. Sahabat Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak gadisnya saat dia mengetahui bahwa Papa juga punya anak laki-laki seumuran anaknya. Papa setuju dengan usulan itu. Tapi, bukan demi perusahaan kami saja. Anak gadisnya juga sangat baik, sopan, santun, cerdas, berprestasi di sekolahnya, dan masih banyak lagi kelebihannya. Papa rasa dia cocok untuk kamu. Jadi, menurutmu bagaimana?" jelas Setya menjelaskan dengan perlahan.

"Memangnya siapa gadis itu, Pah?" tanya Arkan meski hatinya merasa tidak berminat.

"Gadis itu cantik, namanya Silvana Oktavia Hanum."

Detik itu juga napasnya terasa tercekat dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Kenapa rasanya semuanya jadi semakin rumit?

...Bersambung......

Note :

Play song : Sudah - Afgan

Terpopuler

Comments

Fadiylah19

Fadiylah19

mampir thor,,,

2022-01-04

2

Farid Nadya

Farid Nadya

mampir

2022-01-03

1

Diah Nurpadilah

Diah Nurpadilah

jangan kasih kendor😁

2021-12-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal yang Rumit
2 Bab 2. Salah Paham
3 Bab 3. Dasar Mesum!
4 Bab 4. Ikan Jeruk?
5 Bab 5. Pengakuan
6 Bab 6. Terlalu Nyaman Sendiri
7 Bab 7. Sebenarnya, ada apa?
8 Bab 8. Hanya Seandainya
9 Bab 9. Cewek-Cewek Bar-bar
10 Bab 10. Cinta Bikin Bodoh
11 Bab 11. Gawat!
12 Bab 12. Ayah Pulang
13 Bab 13. Cinta Gak Bisa Dipaksa
14 Bab 14. Dua Bocil Bar-bar
15 Bab 15. Malu, dong!
16 Bab 16. Dahlah
17 Bab 17. Pengganggu
18 Bab 18. Menunggu
19 Bab 19. Sia-sia
20 Bab 20. Cemburu
21 Bab 21. Telur Gulung
22 Bab 22. Ditinggal Bunda
23 Bab 23. Jenguk Nesya
24 Bab 24. Martabak Manis
25 Bab 25. Salah Paham
26 Kenalan sama para tokoh yuk!
27 Bab 26. Sahabat Terbaik
28 Bab 27. Egois
29 Bab 28. Bad Day
30 Bab 29. Karena Sahabat
31 Bab 30. Muslihat
32 Bab 31. Tragedi
33 Bab 32. Unwanted Thing
34 Bab 33. Kebenaran yang Disembunyikan
35 Bab 34. Kecewa
36 Bab 35. Berusaha
37 Bab 36. Ayah Macam Apa?
38 Bab 37. Siap Dibenci
39 Bab 38. Teori Rafan
40 Bab 39. Biarkan Waktu yang Menjawab
41 Bab 40. Silva Benci Arkan
42 Bab 41. Senyum Joker
43 Bab 42. Jangan-jangan... Ngidam?
44 Bab 43. Silva Pingsan!
45 Bab 44. Calon Besan
46 Bab 45. Adik Rafan Hamil?
47 Bab 46. Jangan Begitu Lagi, ya?
48 Bab 47. Jadi Milikku!
49 Bab 48. Arkan, Jangan Nakal!
50 Bab 49. Mulai dari Sekarang
51 Bab 50. Titik Terang
52 Bab 51. Bunga
53 Bab 52. Konferensi Pers
54 Bab 53. Kini Berbeda
55 Bab 54. Penjelasan Faris
56 Bab 55. Arkan Mau Nikahin Silva
57 Bab 56. Mau di Sebelah Mana, Bang?
58 Bab 57. Astaga, Terlalu Dekat!
59 Bab 58. Gemes Gemes Gemessss
60 Bab 59. Tante Gemes
61 Bab 60. Dapat Restu
62 Bab 61. Dipingit
63 Bab 62. Hari Pertama Tanpa Silva
64 Bab 63. Tertular Virus Bucin
65 Bab 64. Faris Tobat
66 Bab 65. Ditelfon Ayah Mertua
67 Bab 66. Permainan Dimulai
68 Bab 67. Hilang
69 Bab 68. Bayangan
70 Bab 69. Semakin Rumit
71 Bab 70. Jadi Penguntit
72 Bab 71. Rumah Tua
73 Bab 72. Terungkap
74 Bab 73. Bertahan ya, Ar
75 Bab 74. Kehilangan Yang Tersayang
76 Bab 75. Menyerah dengan Keadaan
77 Bab 76. Aku Kangen Kamu, Va...
78 Bab 77. Semakin Cinta
79 Bab 78. Giliranku yang Berjuang
80 Bab 79. Aku Maunya Kamu
81 Extra Chapter
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Awal yang Rumit
2
Bab 2. Salah Paham
3
Bab 3. Dasar Mesum!
4
Bab 4. Ikan Jeruk?
5
Bab 5. Pengakuan
6
Bab 6. Terlalu Nyaman Sendiri
7
Bab 7. Sebenarnya, ada apa?
8
Bab 8. Hanya Seandainya
9
Bab 9. Cewek-Cewek Bar-bar
10
Bab 10. Cinta Bikin Bodoh
11
Bab 11. Gawat!
12
Bab 12. Ayah Pulang
13
Bab 13. Cinta Gak Bisa Dipaksa
14
Bab 14. Dua Bocil Bar-bar
15
Bab 15. Malu, dong!
16
Bab 16. Dahlah
17
Bab 17. Pengganggu
18
Bab 18. Menunggu
19
Bab 19. Sia-sia
20
Bab 20. Cemburu
21
Bab 21. Telur Gulung
22
Bab 22. Ditinggal Bunda
23
Bab 23. Jenguk Nesya
24
Bab 24. Martabak Manis
25
Bab 25. Salah Paham
26
Kenalan sama para tokoh yuk!
27
Bab 26. Sahabat Terbaik
28
Bab 27. Egois
29
Bab 28. Bad Day
30
Bab 29. Karena Sahabat
31
Bab 30. Muslihat
32
Bab 31. Tragedi
33
Bab 32. Unwanted Thing
34
Bab 33. Kebenaran yang Disembunyikan
35
Bab 34. Kecewa
36
Bab 35. Berusaha
37
Bab 36. Ayah Macam Apa?
38
Bab 37. Siap Dibenci
39
Bab 38. Teori Rafan
40
Bab 39. Biarkan Waktu yang Menjawab
41
Bab 40. Silva Benci Arkan
42
Bab 41. Senyum Joker
43
Bab 42. Jangan-jangan... Ngidam?
44
Bab 43. Silva Pingsan!
45
Bab 44. Calon Besan
46
Bab 45. Adik Rafan Hamil?
47
Bab 46. Jangan Begitu Lagi, ya?
48
Bab 47. Jadi Milikku!
49
Bab 48. Arkan, Jangan Nakal!
50
Bab 49. Mulai dari Sekarang
51
Bab 50. Titik Terang
52
Bab 51. Bunga
53
Bab 52. Konferensi Pers
54
Bab 53. Kini Berbeda
55
Bab 54. Penjelasan Faris
56
Bab 55. Arkan Mau Nikahin Silva
57
Bab 56. Mau di Sebelah Mana, Bang?
58
Bab 57. Astaga, Terlalu Dekat!
59
Bab 58. Gemes Gemes Gemessss
60
Bab 59. Tante Gemes
61
Bab 60. Dapat Restu
62
Bab 61. Dipingit
63
Bab 62. Hari Pertama Tanpa Silva
64
Bab 63. Tertular Virus Bucin
65
Bab 64. Faris Tobat
66
Bab 65. Ditelfon Ayah Mertua
67
Bab 66. Permainan Dimulai
68
Bab 67. Hilang
69
Bab 68. Bayangan
70
Bab 69. Semakin Rumit
71
Bab 70. Jadi Penguntit
72
Bab 71. Rumah Tua
73
Bab 72. Terungkap
74
Bab 73. Bertahan ya, Ar
75
Bab 74. Kehilangan Yang Tersayang
76
Bab 75. Menyerah dengan Keadaan
77
Bab 76. Aku Kangen Kamu, Va...
78
Bab 77. Semakin Cinta
79
Bab 78. Giliranku yang Berjuang
80
Bab 79. Aku Maunya Kamu
81
Extra Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!