Cinta Wanita Malam

Cinta Wanita Malam

Part 1

Roberto menautkan satu-persatu kancing kemejanya. Sementara netranya tak lepas dari tubuh molek Veronica. Geliat lembut dari tubuh Veronica melukis senyum tipis dibibirnya. Senyum yang jarang terlihat dari seorang Roberto.

"Sudah mau pergi tuan?" Vero mengangkat sebagian tubuhnya yang terbalut selimut. Menatap pria dewasa itu dengan mata menyipit. Bayangan sentuhan lelaki itu masih terasa melekat ditubuhnya hangat dan nikmat. Roberto tak menyahut dia melangkah mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Mencium puncak kepala gadis sembilan belas tahun itu dengan lembut.

"Aku harus pulang pagi ini, kau jangan coba kabur lagi! atau aku memberi hukuman lebih berat dari kemarin!" Ancam Roberto seraya meremas dagu runcing Vero.

"Tuan tau, aku candu sentuhan. Aku tidak jamin mampu bertahan terlalu lama tanpa sentuhan tuan," ujar Vero sembari menarik tubuhnya membelakangi Roberto.

Dengan gerakan kasar Roberto meraih tubuh Vero menghadapkan kembali kearahnya.

"Jangan menentangku Ve!" Sentak Roberto meradang. Di perlakukan begitu bukannya marah Vero malah tertawa pelan. Meraih wajah lelaki itu dengan lembut lalu membenamkan bibir merahnya pada bibir Roberto. Hanya sekilas sebab pria itu dengan cepat menarik tubuhnya. Sentuhan itu bisa membuatnya lupa pulang, dia tak kan terkecoh.

"Aku janji, akan menemui mu secepatnya," ucap Roberto. Menatap sejenak tubuh molek wanita nya lalu beranjak pergi meninggalkan Veronica.

Rober menghentikan langkah kakinya di depan bodyguard yang berjaga di depan pintu kamar Veronica, memberi intruksi pada orangnya sebelum dia benar-benar meninggalkan Vila ini.

"Jaga dia, aku tak ingin dia kabur lagi!"

"Baik tuan," ujar lelaki tinggi tegap di samping Roberto.

Roberto dan sekretarisnya meninggalkan Vila dengan mobil mewahnya.

"Nyonya tadi malam menghubungiku tuan, bertanya keberadaan tuan."

Roberto menatap sekilas sekretaris pribadinya yang berada di jok depan lalu membuang tatapannya keluar jendela.

"Kau jawab apa?"

"Tuan sudah pulang, tapi ada masalah yang harus di selesaikan di kota B, dan terpaksa bermalam disana." Jelas Leo.

Roberto menganguk pelan. Dia baru pulang melakukan perjalanan bisnis keluar negri. Bukannya langsung pulang kerumah dia malah menemui Veronica di Vila miliknya. Gadis yang dia tebus di club malam, sudah dua bulan ini menjadi pemuas keinginannya di atas ranjang.

"Sebaiknya tuan menyalahkan ponsel tuan kembali, nyonya pasti sangat khawatir saat ini."

Roberto tak merespon ucapan Leo, dia sibuk menatap layar laptopnya.

Mobil mewah Roberto berhenti di halaman rumah mewah bergaya klasik. Rumah yang sangan luas dan megah. Di setiap sudut rumah terlihat beberapa penjaga yang siaga.

Roberto baru saja menginjakkan kakinya menapaki halaman rumahnya.Dari dalam rumah terdengar Seruan putri semata wayangnya.

"Daddy!" Serunya sembari berhambur memeluk Robert. Sementara di belakangnya seorang wanita yang sangat cantik dan elegan menatap Roberto tak berkedip.

"Kamelia kau bertambah berat sekarang." Ujar Roberto pada gadis kecil yang berada dalam gendongannya.

"Benarkah?" ujar Kamelia tak percaya sementara manik beningnya menatap Roberto berbinar bahagia.

"Tentu sayang," Roberto kembali men cium puncak kepala putrinya.

Roberto beralih pada Elea wanita yang menemaninya sepuluh tahun menyandang setatus sebagai nyonya Roberto.

"Kau terlihat pucat sayang, apa kau rutin meminum obatmu?" Tanya Robert dengan ekspri dan suara datar,suara yang berbeda saat dia berbicara dengan Vero.

"Sudah mas," jawam Elea sembari meraih tangan suaminya lalu menciumnya.

"Kamel, pergilah dengan bibik. Biar papa mu biaristrahat sebentar." Kamelia memgangguk paham, tak menunggu di perintah dua kali gadis mungil itu mengikuti langkah bibik pengasuh meninggalka mama dan papanya.

Elea membuka satu persatu kancing kemeja Roberto, hatinya berdesir saat aroma vanila menyeruak masuk ke indra menciuman Elea. Ini bukan milik Roberto jelas-jelas parfum ini milik wanita.

"Kau menghubungi Leo semalam?" Tanya Roberto datar. Netranya menatap wajah Elea yang sedang melucuti pakaiannya satu persatu.

"Maaf mas, Kamel terus merengek mencarimu. Bibik dan aku berusaha menenagkan, tapi kamel begitu keras kepala." Jelas Elea sembari membalas tatapan suaminya.

"Lain kali, jangan merepotkan Leo saat tidak ada kabar dariku." jelas Roberto sembari membelai kepala Elea.

"Iya aku paham mas." Sahut Elea patuh.

"Aku mandi dulu."

Elea mengangguk pelan. menatap punggung Roberto yang menghilang dibalik pintu kamar mandi. Perlahan Elea mengangakat kemeja Roberto yang ada dalam genggamannya, sejajar dengan wajahnya lalu memastikan dengan indra penciumannya bahwa wangi vanila berasal dari tubuh Roberto. Dan ternyata benar.

Elea memejamkan matanya sesaat, lalu meletakkan pakaian kotor Roberto pada tempatnya.

Nyeri menjalari relung hatinya. Kenyataan dia tak bisa melayani suaminya sejak tiga tahun lalu membuatnya terpaksa bungkam. Baginya asalkan Roberto masih mengutamakan dia dan Kamel itu masih membuatnya tenang. Dan sejauh ini Roberto masih melakukan hal itu.

Hubungannya dengan Roberto bukanlah berdasarkan cinta, Roberto menikahinya atas dasar balas budi pada papanya. Tapi dia sungguh menyintai Roberto dari awal, dia rela menerima segala sikap dingin suaminya karena sepenggal rasa cintanya untuk Roberto.

***

Veronica mengigil di balik selimut, rasa ini datang lagi. Sejak meninggalkan club malam Mami Nada, Veronica selalu mengalami hal semacam ini. Dia seperti berkeinginan pada sesuatu, keinginan yang begitu kuat dan dahsat pada sesuatu itu membuatnya kehilangan akal sehat dan kendali atas dirinya.

Di saat saat seperti ini dia merindukan mami Nada. Biasanya mami akan memberinya sebutir pil yang akan meredam segala rasa inginnya dan menggantinya dengan perasaan tenang.

"Roberto kau sangat kejam! aku butuh sentuhanmu tapi kau malah tak disisiku, peluk aku agar aku tenang." Gumam Veronika di antara separuh kesadarannya.

Tubuhnya semakin terasa panas, seperti sedang bira hi, dan harus segera di salurkan. Saat ini dia berada dititik paling kritis, akal sehatnya tak berpungsi dengan benar, nalarnya tak bekerja sempurna yang ada di benaknya saat ini meredam rasa ingin yang berlebihan.

Dengan langkah terhuyung Veronica melangkah tertatih masuk kedalam kamar mandi. Dengan jari gemetar dia memutar keran mengisi bathtub hingga penuh lalu membenamkan seluruh tunuhnya di sana.

Sementara di luar pintu kamar, pelayan terlihat panik. Berulang kali memanggil Veronica tapi tak ada respon. Dia khawatir Vero melarikan diri lagi seperti beberapa waktu lalu.

"Ada apa?" Tanya bodyguard pada pelayan wanita yang terlihat panik.

"Nona Vero tidak menjawab panggilanku, aku takut.."

"Awas!"

Brak!!!

Pintu kamar Vero terbuka paksa beberapa pelayan bergegas memeriksa seluruh isi kamar.

"Nona!" Pekik pelayan wanita saat mendapati tubuh Vero terbenam di dalam bathtub.

"Angkat! tuan tak mengijinkan aku menyentuhnya!" Seru bodyguard itu panik bukan kepalang, mereka kecolongan lagi.

***

Roberto memeluk tubuh Elea dengan mata terpejam, setelah menemani kamel bermain kini dia tengah melepas rindu pada Elea. Hanya pelukan dan kecupan hangat yang bisa dia berikan, lebih dari itu akan menyiksa Elea.

"Mas aku rindu bisa menghabiskan waktu di luar besama, bukankah sudah lama kita tidak melakukannya," ucap Elea di tengah pelukan hangat Roberto.

"Kau benar, apa kau mau aku membawa mu keluar Elea?"

"Kalau mas punya waktu." Bisik Elea pelan.

"Baiklah besok kita jalan keluar." jawab Roberto tanpa ekspresi.

Elea tak perduli tentang ekspresi suaminya. Asalkan bisa menghabiskan waktu berdua itu lebih dari cukup.

"Mas ponselmu berdering," ujar Elea. Ponsel Roberto berdering nyaring sebanyak dua kali.

Dia sangat tidak suka di ganggu saat sedang istrahat, kalau sampai ada yang berani menelponnya itu pertanda sangat urgent.

(Ada apa?!)

(Tuan nona Vero membenamkan tubuhnya di bathtub, sampai sekarang belum sadarkan diri)

Tubuh Roberto membeku, jemarinya mengepal kuat, menonjolkan urat-urat di jemari kokohnya.

(Malam ini aku akan kesana, sebelum itu kau tangani dia.) Titah Roberto dengan suara beratnya.

(Baik tuan)

Roberto bergegas masuk ke walk in closet berganti baju lalu melangkah pergi.

"Mas ada apa?" Tanya Elea panik.

"Aku keluar kota malam ini sayang, tidak tau kapan bisa pulang, setelah di sana aku akan kabari kamu." jelas Roberto dengan wajah menegang. Elea hanya bisa mengangguk pelan. Ekspresi marah dan khawatir suaminya membuatnya tak berani banyak bicara apalagi bertanya.

Elea hanya bisa melambai pada sosok suaminya yang sudah menghilang dalam gelap, berharap masalahnya segera teratasi dan segera kembali lagi di sisinya yang masih begitu rindu.

Happy reading.

Terpopuler

Comments

Patrisusri Cahaya Sajaddah

Patrisusri Cahaya Sajaddah

dibaca dulu🤭😁

2022-02-09

0

Hafiz Ghany

Hafiz Ghany

awal yg menarik 💪

2022-01-31

0

R.dwi. A

R.dwi. A

hadir

2022-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!