Part 3

Vero berlari-lari kecil menyusuri jalan setapak di tengah taman yang berada di belakang vila. Sudah dua bulan dia tinggal di sini jadi budak Robert. Baru pagi ini dia keluar vila menikmati segarnya udara pingiran kota yang jauh dari polusi udara.

Vila milik Robert memiliki pekarangan yang sangat luas, dikelilingi tembok yang menjulang tinggi. Vila ini hanya memiliki dua akses jalan keluar yaitu pintu utama dan pintu belakang.

Udara sejuk pagi tadi berubah menjadi sedikit lebih hangat. Matahari sudah mulai memperlihatkan pesonanya di balik awan jingga. Menakjubkan, entah kapan terakhir kali dia melihat matahari terbit di alam terbuka.

Semenjak pamannya menjualnya pada mami Nada, dia tak pernah melihat dunia luar. Dia hidup seperti vampir yang gentayangan dimalam hari mencari mangsa dan tidur disiang hari mengumpulkan tenaga.

Selama dua bulan disini, pikiran jernihnya mulai kembali lagi sedikit-demi sedikit. Dia kembali memiliki hati, setelah sebelumnya hatinya benar-benar mati.

Kecanduannya juga hanya sesekali datang. Mungkin karena tak lagi meminum obat yang sering dia konsumsi.

Tubuh molek Vero yang terbaring di atas kursi taman membuat pengawalnya tertegun di tempatnya. Siluet tubuhnya yang terbentuk dàri cahaya keemasan sinar matahari, membuat pengawal Vero harus menelan salivanya dengan kasar.

"Menatapku seperti itu, apa tidak takut dengan tuan Robert?" Tanya Vero dengan mata terpejam. Pengawal itu tersentak kaget lalau menundukkan kepalanya cepat.

"Maaf nona."

"Hhhmm, baiklah. Ngomong-ngomong siapa nama mu?" Tanya Vero sembari membuka matanya dan perlahan beranjak duduk dari posisi tidurnya.

"Aku jaka Nona."

"Kepala pengawal siapa namanya?" Tanya Vero lagi.

"Dia tuan Adrian Nona."

"Hhhmm baiklah. Terimakasih jaka."

"Sama-sama Nona. Nona sebaiknya keruang makan. Sarapan Nona sudah di siapkan oleh pelayan."

"Hmm." Sahut Vero sembari beranjak bangkit, saat melewati Jaka mata Vero melirik sekilas, ada senyum di bibir tipisnya.

'Pengawal Robert tampan juga' batinya sembari berlalu pergi.

Langkah Vero berhenti di ruang makan yang cukup luas. Di tengah ruang ada meja makan yang cukup panjang, bisa menampung dua puluh orang sekaligus di meja ini. Robert sepertinya pecinta benda-benda klasik. Dari Vila hingga benda di dalamnya semua bernuansa klasik.

"Nona, silahkan sarapan. Sebelum hidangannya jadi dingin."

Vero yang masih berdiri menatap meja makan beralih menatap Susi kepala pelayan di Vila ini.

"Susi ambil piring kosong satu lagi." Titah Vero sembari menarik satu kursi lalu duduk di sana.

"Baik Nona."

Susi mengambil piring kosong lalu menyerahkannya pada Vero.

"Duduklah, temani aku makan. Hidangan sebanyak ini mana bisa aku habiskan sendiri." Titah Vero tanpa melihat reaksi Susi yang membulatkan matanya kaget.

"Maaf Nona, saya tidak berani. Tuan Robert akan menghukum saya karena ini." Tolak Susi dengan hati-hati.

"Kenapa?"

"Kami cuma pelayan Nona."

Vero tertawa sinis, dengan mata lentiknya Vero menatap susi dalam.

"Kau tidak tau aku juga pelayan disini? Bahkan kedudukanmu lebih baik disini. Sementara aku cuma sebagai pelayan naf su tuan Robert," ucap Vero dengan senyum getir.

Susi kembali menatap Vero dengan mata membulat. Tubuhnya terlihat gemetar ketakutan.

"Nona jangan bicara begitu, kalau di dengar tuan Nona bisa kena masalah."

Vero mendesah, hidupnya memang bersanding dengan masalah. Entah punya hutang apa keluarganya dimasa lalu, hingga Vero yang menanggung deritanya.

"Tidak apa, kalau tuan Robert marah aku tidak akan melibatkanmu," ucap Vero sembari mengerakkan tangannya memberi isyarat agar Susi menemaninya sarapan.

"B-baik Nona," ucap Susi gugup sembari menarik kursi di depannya lalu duduk disana. Dan mulai ikut sarapan bersama Vero.

"Sudah berapa banyak tuan Robert membawa pela cur sepertiku ke-Vila ini?"

Uhuk!

Uhuk!

Susi menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sementara netranya menatap Vero dengan bergetar.

"Susi pelan-pelan kalau makan," ucap Vero sembari menyodorkan selembar tisu pada Susi.

"Maaf Nona." Pertanyaan Vero yang terlalu terus terang membuat Susi kaget dan tersedak.

"Ya, tapi kau belum menjawab pertanyaanku barusan." Mata lentik Vero menatap penuh wajah Susi yang lumayan cantik, walau umur Susi lebih tua dari Vero tapi Vero tak ingin memanggil kakak atau mbak pada Susi.

"Tidak penah tuan membawa wanita ke Vila ini. Bahkan nyonya juga tidak pernah di bawa kesini. Tuan selalu sendiri di Vila ini." Jelas Susi sembari tertunduk takut. Disini tidak boleh banyak omong, apa lagi menyangkut masalah pribadi Robert.

"Begitu." Gumam Vero.

Dari Ara samping tampak Jaka menghampiri Vero, lalu menyerahkan ponsel padanya. Ternyata panggilan dari Robert.

"Pagi tuan," sapa Vero melalui sambungan telpon.

"Pagi. Sedang bahas apa dengan Susi?" Tanya Robert dengan suara beratnya.Lelaki ini memang tak melewatkan apapun yang dinlakukan Vero di Vila ini.

"Tentu saja membahas tuan rumah. Tapi sayang mulut mereka terlalu rapat terkunci." Sahut Vero dengan senyum.

"Ada angin apa menelponku pagi-pagi. Biasanya tak pernah mengabari aku saat di sana," imbuh Vero.

"Kau milikku terserah aku mau melakukan apa, jangan protes!" Ujar Robert dingin.

"Tuan benar, aku cuma gun dikmu," jawab Vero dengan tawa pelan. Sementara Susi yang berada di depannya terlihat gemetar ketakutan.

"Vero! aku menghubungimu bukan ingin bertengkar denganmu. Sudahlah, ingat jangan bertingkah saat aku tidak ada," ujar Robert lalu memutus panggilannya. Vero memang selalu seenaknya saat bicara pada Robert, sering dihukum tapi tak pernah membuat Vero jera. Pengaruh obat membuatnya tak takut pada apapun.

"Aku kekamar dulu Susi."

"Baiklah Nona." Susi menatap Vero dengan mengelengkan kepalanya. Vero benar-benar tak tau takut. Padahal semenjak dua bulan disini, entah sudah berapa kali Vero kena hukuman dari Robert. Yang paling parah saat dia melarikan diri dari Vila, tuan mengurungnya diruang bawah tanah menyambuknya setiap hari.

Vero melangkah kekamarnya di lantai dua. Sementara di belakangannya ada Adrian yang mengikuti langkahnya sampai di pintu kamar.

Vero menghentikan langkahnya di ambang pintu berbalik menghadap Adrian.

"Kau Adrian kan?" Adrian mengangguk acuh.

"Selesai mandi, bisakah kau membawaku menikmati keindahan pantai?" Tanya Vero dengan tatapan memohon.

"Tuan tidak akan mengijinkan." Jawab Adrian datar.

"Aku bosan melihat wajahmu tiap hari, aku ingin melihat pantai sesekali." Desah Vero sembari melangkah masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan kasar.

Adrian menghela napas berat, gadis sembilan belas tahun ini sungguh susah di atur. Beruntung tuan begitu menyukainya.

(Tuan, Nona Vero merengek ingin melihat pantai.) Begitulah bunyi pesan Adrian pada Robert.

(Biarkan dia pergi, aku juga ingin lihat. Apakah dia masih ada niat melarikan diri lagi.) Balas Robert.

(Baiklah tuan)

Adrian mengetuk pintu kamar Vero. Sudah cukup lama seharusnya Vero sudah selesai mandi sedari tadi.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka setengahnya, di balik pintu Vero keluar dengan tubuh hanya terbalut handuk. Yang hanya mampu menutup sebagian tubuhnya. Pemandangan indah itu membuat Adrian terpaku di tempatnya.

"Ada apa?" Tanya Vero sembari mengerjap beberapa kali.

"Tuan mengijinkan Nona pergi melihat pantai."

Vero melihat Adrian dengan mata berbinar bahagia, dia seakan sudah mencium aroma pantai di kamarnya.

"Kau memang bisa diandalkan," ujar Vero dengan kerling manja, lalu menutup pintu kamarnya rapat.

Adrian membeku di tempatnya. Lama -lama mengawal Vero, dia bisa mati di tangan Robert karena khilaf.

Tubuh gemulai Vero belarian di pantai, tingkahnya seperti bocah kecil yang baru mendapat kembang gula kesukaannya.

Sementara Adrian mengawasinya dari jauh. Dia tak punya nyali mendekat. Tubuh molek terbalut baju pantai yang sangat tipis itu bisa membuatnya lupa bahwa Vero adalah milik tuannya.

Happy reading.

Terpopuler

Comments

Hafiz Ghany

Hafiz Ghany

next KK 💪💪💪

2022-01-31

0

Nanik Puspita

Nanik Puspita

ayo kakak langsung cussszzzz up-nya ❤️❤️❤️❤️

2021-10-16

2

Tia Maski

Tia Maski

lanjut

2021-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!