Napas vero terasa berat. Seperti ada yang menjerat lehernya hingga dia merasa hampir mati kehabisan napas. Diantara separuh kesadarannya Vero membuka matanya. Roberto berada di atasnyanya, menindih tubuhnya. sementara kedua tangannya mencekik lehernya dengan sekuat tenaga. Dengan tangan mungilnya Vero menggapai tubuh Robert, berusaha menghentikan apa yang dilakukan Robert. Tapi sayang tenaga Robert yang begitu kuat membuat gerakan Vero tak berarti. Dia benar-benar kehabisan napas sekarang. Mungkin inilah akhir kehidupannya, mati ditangan Robert.
"Aaa.." Pekik Vero menyentak tubuhnya pada posisi duduk.
"Ada apa?" suara barito Roberto mengejutkan Vero, repleks dia beringsut menjauh dari Robert. Napasnya tesenggal tak beraturan. Masih terasa jejak tangan Robert mencekik lehernya hingga hampir mati.
"Vero, kau bermimpi buruk?" Tanya Robert penasaran dengan tingkah Vero. Vero meneliti keadaan sekitarnya, syukurlah dia hanya mimpi.
Vero menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, memungut sisa kesadarannya yang masih tercecer akibat mimpi buruknya.
"Tuan maaf," ujar Vero dengan suara lirih. Robert mengangguk lalu berusaha merengkuh tubuh molek itu kedalam pelukannya. Seperti trauma Vero bergerak mundur.
"Vero kau bermimpi apa? kenapa menjauhiku?!" Tanya Robert tak senang Vero menjauhinya.
"Tuan mencekik leherku, hingga aku hampir mati," bisik Vero pelan. Robert menatap Vero tajam.
"Aku akan melakukannya bila kau menghianatiku." Ancam Robert dengan ekspresi dingin.
Vero menarik napas dalam lalu melabuhkan tubuhnya kedalam pelukan Robert.
"Kapan tuan sampai?" Tanya Vero dengan mata terpejam, mimpi tadi masih terasa begitu nyata di benaknya.
"Setengah jam yang lalu." Jawab Robert sembari melabuhkan kecupan hangat di puncak kepala Vero. Vero tersentak Setengah jam yang lalu? ini jam berapa? Vero meraih pergelangan tangan Robert menatap benda pipih yang melingkar dipergelangan tangan tuannya itu. Sudah jam lima dini hari.
"Tuan, apakah ucapanku tadi membuat tuan nekat datang tengah malam begini?!" Tanya Vero panik.
"Bagus kalau kau tau, sekarang Biarkan aku istrahat, sebelum memberi hukuman pada mulutmu yang sangat lancang ini," bisik Robert sembari menggigit bibir mungil Vero hingga berdarah.
"Ahh.." pekik Vero menahan sakit oleh gigitan Robert. Robert tertawa pelan melihat Vero berteriak kesakitan.
Sejenak Vero terpana, tawa itu Vero baru melihatnya selama dua bulan bersamanya. Dada Vero berdetak kencang, lelaki dewasa ini sungguh penuh pesona.
"Simpanlah hasratmu sampai nanti, biar aku istrahat dulu," Bisik Robet sembari membenamkan tubuhnya di balik tubuh mungil Vero.
"Hemm." gumam Vero sembari mengusap lembut kepala Robert. Tak lama tedengar dengkuran halus dari bibir Robert pertanda dia sudah tertidur nyenyak.
Vero tak menyangka Robert benar-benar nekat mengunjunginya di tengah malam begini. Tapi apapun itu Vero menyukai tindakan Robert.
Sudah hampir jam sembilan tapi Robert belum juga bangun. Vero tak ingin mengganggu istrahat Tuannya dia memilih menata bunga di taman belakang.
"Nona bukankah tadi malam tuan mengunjungi mu?" Tanya Susi sedikit ingin tahu.
"Iya."
"Lalu kenapa Nona sekarang di sini?"
"Tuan masih tidur, aku tak ingin mengganggunya setelah semalam dia nekat mengunjungiku," jawab Vero sembari merangkai bunga mawar menaruhnya di dalam pot kramik.
"Bunga ini letakkan di ruang tamu dan meja makan." Titah Vero. Ada tiga rangkai bunga di dalam pot kramik, hasil rangkaian Vero.
"Nona, tuan memanggil Anda di ruang makan," ujar Adrian yang baru saja datang memberitahu Vero.
"Tuan sudah bangun?"
"Iya Nona, Sekarang sedang menunggu Nona di ruang makan." Jelas Adrian.
Vero masuk ruangan dengan membawa satu pot bunga mawar putih di tangan. Meletakkan pot kramik di nakas yang ada di dekat meja makan.
"Suka bunga?" Tanya Robert sembari menatap Vero intens. Gaun transparan berwarana merah muda yang dikenakan Vero mengekspose lekuk tubuh Vero dengan sempurna.
"Sangat suka," Jawab Vero. Menarik kursi di depan Robert lalu duduk disana.
"Gaun seperti itu, aku tak ingin kau memakainya di luar kamar." Tegas Robert dengan ekspresi dingin.
"Jangan memperlakukan aku seperti orang yang special di mata tuan. Kedudukanku di sini bahkan lebih rendah dari seorang pelayan," ucap Vero dengan santainya sembari menyuap sesendok nasi kemulutnya.
"Jaga bicaramu Vero! Jangan membuat selera makanku hilang!" Bentak Robert meradang.
"Baiklah tuan," jawab Vero dengan senyum yang sangat menawan. Gadis ini sungguh tak tau suasanan hatinya seperti apa? sudah sering di hukum karena ucapannya yang tak tau aturan, tetap saja bebal.
Sementara pelayan yang ada di dekat mereka terlihat sangat ketakutan. Tapi juga heran Robert bisa tak meledak-ledak oleh ucapan Vero.
Setelahnya ruang makan itu terasa hening. Hanya denting sendok yang beradu dengan piring sesekali terdengar. Hawa dingin yang begitu kuat terasa menguar dari ekpresi Robert. Siapa saja yang berada di sampingnya pasti merasa takut nyalinya. Tapi tidak dengan Vero wanita ini seperti tidak sayang dengan nyawanya.
Tanpa bicara Robert meninggalkan ruang makan. Vero yang juga telah selesai makan mengekori langkah Robert menuju kamarnya.
Vero meletakkan mawar putih yang dia bawa dari ruang makan di atas nakas. Sementara Robert sudah berkutat dengan laptopnya di atas tempat tidur.
Vero mendekat, berbaring di sebelah Robert yang terlihat mengacuhkannya.
"Aku boleh ke pantai tuan?" Tanya Vero tanpa melihat Rober. Dia memainkan kuku-kuku jarinya yang berwarna merah menunggu jawaban Robert.
"Aku nekat mengunjungimu tengah malam demi bertemu denganmu. Beginikah sambutanmu terhadapku," ujar Robert dengan suara lembut.
Veroh tertegun, tak menyangka Robert bisa juga bicara dengan begitu lembut. Vero mendekat menempelkan tubuh moleknya pada Robert.
"Kau menggodaku tuan?" Tanya Vero dengan suara mendayu. Robert mendesah pelan, lalu menatap Vero yang sudah mulai gairah.
"Iya, aku menggodamu. Tapi bisakah kau beri aku waktu lima menit untuk menyelesaikan pekerjaanku?"
"Kelamaan," rengek Vero.
"Tidak akan lama. Setelah selesai kau bisa bermain denganku sepuasnya," ujar Robert berusaha meyakinkan Vero. Seperti meyakinkan bocah kecil yang merengek minta di ajak bermain.
"Baiklah." Akhirnya Vero mengalah juga. Tapi sebenarnya tidak benar-benar mengalah. Sentuhan Vero masih saja mendarat ditubuh Robert. Lima menit cukup menyiksa Robert untuk menahan inginnya pada Vero. Gadis keras kepala itu sama sekali tak paham dengan titahnya, untuk tak mengganggunnya selama lima menit.
Robert menyusun berkas dan laptopnya di atas nakas lalu berbalik menatap Vero yang tengah menatapnya dengan senyum menggoda.
Robert memindai setiap lekuk tubuh gadis muda di depannya. Sebelum melampiaskan hasratnya Robert ingin menegaskan pada Vero tentang aturannya di Vila ini.
"Mendekatlah." Titah Robert lembut. Vero mendekat, begitu dekat hingga Robert bisa merasakan tubuh Vero yang sudah terasa hangat.
"Bibir ini milikku. Jangan tersenyum pada sembarang pria, walau itu prlayanku sendiri." Tegas Robert sembari menggigit bibir Vero dengan geram.
" Aaa!" Pekik Ara menahan sakit oleh gigitan Robert yang cukup kuat. Bahkan kini bibir Vero terlihat bengkak dan mengeluarkan darah.
"Sakit!" Pekik Vero lagi saat dengan buas Robert mengigit leher jenjangnya hingga meninggalkan ruam di permukaan kulitnya.
"Tidak ada hukuman yang nikmat, hukuman harus terasa sangat sakit biar ada efek jera." Tegas Robert lagi.
Vero berusa menghindar, tapi tubuh Vero yang berada dalam kuasa Robert tak mampu berbuat banyak, mau tak mau dia harus pasrah menerima kegilaan Robert pada tubuhnya.
kini sekujur tubuhnya penuh dengan bekas keganasan Robert, di beberapa tempat bahkan ada yang mengeluatrkan darah. Sakit dan perih terasa di sekujur tubuh Vero. Hasratnya yang tadi menggebu Sirnah terkikis oleh rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Masih ingin memamerkan bentuk tubuhmu pada pria lain?!" Tanya Robert dengan suara dalam. Sementara jemarinya mencengkram pundak Vero dengan kasar. Vero menggeleng lemah.
"Bagus!" Ucapnya puas. Lalu perlahan melepas cekalannya. Robert merubah ritme sentuhannya dari kasar berubah menjadi sangat lembut. Seolah Robert begitu menyayangi dirinya.
Vero tak tau siapa yang gila di antara mereka berdua. Atau mereka berdua memang sama-sama gila.
De sah mulai terdengar keluar dari bibir sensual Vero. Kelembutan Robert membuat hasratnya datang lagi. Mereka yang memang haus kenikmatan, berpacu saling memuaskan. Saling bertukar kenikmatan. Melupakan apa yang baru saja terjadi, yang ada hanya hasrat yang menuntut di tuntaskan.
Happy reading.🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Patrisusri Cahaya Sajaddah
lanjuut kk
2022-02-09
0
Nanik Puspita
nexttt kakak 💋💋💋💋
2021-10-17
1