Mommy ... I Want Daddy
Seorang anak lelaki berusia sekitar tiga tahun bertanya ke kasir hypermarket “Di cini jual papa?”
“Permen?” Kasir itu mengira ia salah dengar.
“Butan. Lyu mau beyi papa.” Anak lelaki yang bernama Ryu itu menunjukkan uang koin di telapak tangan mungilnya. Kata mama di cini bica beyi apa aja.
Kasir tentu saja bingung. Papa? Ayah, maksud bocah kecil ini?
“Di sini nggak jual papa. Adik kecil papanya di mana?”
“Lyu nggak punya papa.”
Kasir itu merasa kasihan tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ryu ... Ryu ... Ryu ...” Seorang wanita mencari Ryu, anaknya.
“Lyu ... Lyu ... Lyu ...” Bocah perempuan dan bocah laki-laki ikut membantu mencari adik bungsu mereka.
“Lyu di cini.” Bocah bernama Ryu itu berlari ke arah ibu dan kakak-kakaknya.
“Ryu ke mana aja?” Hana, ibu kembar tiga itu sangat mencemaskan Ryu. Ia mengira Ryu hilang atau mungkin lebih buruk lagi yaitu diculik.
Air mata Hana menetes.
“Maapin Lyu, Ma.” Ryu menyesal sudah membuat ibunya menangis.
Hana memeluk erat Ryu. Ia tak ingin kehilangan putranya.
“Lyu mau beyi papa. Apa uang Lyu kuyang?” Ryu menunjukkan uang koin miliknya.
Maafkan mama, sayang ...
Pikiran Hana kembali ke empat tahun yang lalu. Kejadian yang mengingatkannya akan masa lalunya.
Malam itu Hana diajak pergi ke sebuah club dengan kakak tirinya, Frans. Ia menari mengikuti musik. Kemudian Frans memberinya minuman beralkohol bercampur obat dengan harapan bisa membuat Hana menjadi miliknya.
Hana tidak mencurigai minuman itu dan meminumnya sampai habis. Hana mulai bergairah. Ia dibantu oleh pegawai club untuk masuk ke dalam ruangan yang sudah dipesan Frans. Tetapi pegawai club itu salah masuk ruangan. Ia membawa Hana ke ruangan di sebelahnya. Di sana sudah menunggu seorang pria yang ingin melampiaskan nafsunya.
Saat pagi hari ...
Aku di mana?
Ini bukan kamarku.
Hana terbangun di suatu tempat yang terasa asing baginya. Kepalanya terasa sakit dan pusing.
Dingin.
Hawa AC menusuk tubuh Hana.
Hana tambah terkejut. Ia melihat tubuhnya yang tidak berbusana. Mata Hana mencari pakaiannya.
Hana merasakan ada pergerakan di sampingnya.
Hana tambah terkejut lagi. Ada seorang pria tengah tertelungkup. Bukan itu saja. Pria itu juga bertubuh polos seperti Hana.
Apa yang terjadi semalam?
Pria itu terbangun. Ia melihat Hana. Hana dengan segera menutupi tubuhnya dengan selimut. Pria itu mengenakan kembali pakaiannya.
“Terima kasih buat malam yang luar biasa. Ini tips tambahan untukmu.” Pria itu mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan dari dompetnya dan menaruhnya di atas nakas. Pria itu berjalan menuju ke arah pintu.
Hana masih berada di ranjangnya. Berusaha memahami apa yang terjadi.
Malam yang luar biasa?
Apa maksud pria itu?
Saat Hana melangkah hendak mengambil pakaiannya. Barulah ia sadar. Langkahnya terasa mengganjal. Saat ia selesai mengenakan pakaiannya dan hendak merapikan kasur yang ia tempati tadi ia tahu.
Noda merah di ranjang menjadi bukti apa yang terjadi semalam.
Air mata Hana jatuh tanpa ia sadari.
Ini ...
Itu artinya ...
Aku dan pria itu ...
Semalam ...
Kami ...
“Tok ... Tok ... Room service.”
Hana segera menutupi noda merah di ranjang dengan selimutnya. Menghapus air mata yang sempat jatuh. Hana melihat dari kaca pembesar kecil di pintu kamarnya. Yang datang benar-benar memakai seragam club. Hana pun membuka pintu kamarnya. Pegawai club lalu mendorong trolly berisi makanan dan menaruhnya di meja makan. Setelahnya ia pun keluar kamar.
“Kruk ... Kruk ...” Perut Hana berbunyi. Ia merasa lapar. Hana pun menuju meja makan dan memakan makanannya. Setelahnya Hana keluar dari kamar club dan pulang menuju rumahnya.
Di rumah ...
“Plak ... “ Tamparan diterima Hana dari ibu tirinya.
“Anak gadis. Atau sudah nggak gadis lagi? Nggak pulang semalaman. Bikin malu.” Ibu tiri Hana merendahkan Hana. Di samping ibu tiri Hana berdiri Frans, kakak tirinya.
Hana ingat. Hana ingat siapa yang mengajak dirinya ke club. Yang mengajak dirinya adalah kakak tirinya.
Dua bulan kemudian Hana menyadari kalau ia tidak mendapatkan tamu merahnya. Ia berharap ia hanya terlambat. Walau tanda-tanda ibu hamil terjadi pada dirinya. Mual dan muntah, mood swing.
Tetapi dokter berkata lain ia hamil. Hana bingung sekaligus takut. Ia belum menikah.
Tanpa sengaja ia bertemu pria yang tidur dengannya.
“Aku hamil.”
Pria itu bingung. Ia tidak merasa mengenal Hana.
“Aku mengandung bayimu.”
“Jangan bercanda. Aku aja nggak pernah ketemu denganmu. Apalagi tidur. Kau itu bukan tipeku.” Pria itu pergi meninggalkan Hana.
Dasar wanita gila.
Hana berusaha menutupi kehamilannya tetapi ayahnya akhirnya tahu. Saat dokter keluarga memeriksa Hana yang terbaring lemah karena kehamilannya.
“Aborsi atau kau pergi dari sini.”
Hana hanya diberi dua pilihan.
Aborsi itu sama dengan pembunuhan dan Hana tak ingin menjadi pembunuh.
Hana akhirnya diusir dari rumah dan ia pindah ke kota B. Di sana ia melahirkan tiga anak. Ia memberi mereka nama Reira untuk si sulung, Rio untuk si tengah, dan Ryu untuk si bungsu. Tidak mudah bagi Hana membesarkan tiga orang anak tanpa suami.
Lima tahun berlalu ...
Anak-anak Hana sudah bisa membantu perekonomian keluarga. Rei mendapat uang dari Youtube. Rio dari menjual game. Sedangkan Ryu membuat lukisan dan komik strip di koran.
“Mama ... Ini bagus?” Ryu menunjukkan komik 4 kotak yang baru saja ia buat ke ibunya. Bila ibunya tertawa itu berarti komik itu bagus. Bila ibunya hanya diam, ia harus membuat ulang. Hana melihat Ipad yang berisi komik buatan Ryu. Hana tertawa.
Yes ... Nggak usah bikin lagi.
Ryu lalu mengirimnya ke editor koran.
Begitu juga dengan Rio. Ia akan menjadikan ibunya sebagai penguji game buatannya. Hana akan memberi masukan apa-apa yang harus diperbaiki.
Untuk Reira, Hana membantu menjawab komentar yang masuk. Terkadang ada komentar jahat walaupun komentar yang baik lebih banyak. Yang menyakitkan hati Hana adalah bila ada orang yang menganggap dirinya mengeksploitasi anak-anaknya. Padahal Hana hanya berupaya membantu mengembangkan bakat anak-anaknya.
...🌼🌼🌼...
Terima kasih sudah membaca bab pertama dari cerita saya “Mommy ... I Want Daddy" ini.
Sedikit cerita tentang cerita ini. Bakat-bakat yang dimiliki oleh anak-anak Hana adalah beberapa bakat-bakat yang dikagumi oleh saya pribadi. Kagum melihat orang membuat konten menarik di YouTube. Kagum melihat pengembang game. Kagum melihat orang yang pandai melukis.
Tuhan mungkin memberi seseorang banyak bakat, mungkin juga dua bakat atau bahkan satu bakat sesuai kesanggupannya. Walaupun hanya satu bakat yang kita punyai, itu sudah lebih dari cukup. Tinggal bagaimana kita menemukan bakat kita dan mengembangkannya.
Tak perlu berlama-lama lagi. Lanjut ke bab 2 : Aku ingin hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Monica Tjung
🥰🥰
2023-10-06
0
hana_story
happy reading
2023-05-20
0
hana_story
baca terus ya
2023-05-19
0