NovelToon NovelToon

Mommy ... I Want Daddy

Bab 1 Di cini jual Papa?

Seorang anak lelaki berusia sekitar tiga tahun bertanya ke kasir hypermarket “Di cini jual papa?”

“Permen?” Kasir itu mengira ia salah dengar.

“Butan. Lyu mau beyi papa.” Anak lelaki yang bernama Ryu itu menunjukkan uang koin di telapak tangan mungilnya. Kata mama di cini bica beyi apa aja.

Kasir tentu saja bingung. Papa? Ayah, maksud bocah kecil ini?

“Di sini nggak jual papa. Adik kecil papanya di mana?”

“Lyu nggak punya papa.”

Kasir itu merasa kasihan tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ryu ... Ryu ... Ryu ...” Seorang wanita mencari Ryu, anaknya.

“Lyu ... Lyu ... Lyu ...” Bocah perempuan dan bocah laki-laki ikut membantu mencari adik bungsu mereka.

“Lyu di cini.” Bocah bernama Ryu itu berlari ke arah ibu dan kakak-kakaknya.

“Ryu ke mana aja?” Hana, ibu kembar tiga itu sangat mencemaskan Ryu. Ia mengira Ryu hilang atau mungkin lebih buruk lagi yaitu diculik.

Air mata Hana menetes.

“Maapin Lyu, Ma.” Ryu menyesal sudah membuat ibunya menangis.

Hana memeluk erat Ryu. Ia tak ingin kehilangan putranya.

“Lyu mau beyi papa. Apa uang Lyu kuyang?” Ryu menunjukkan uang koin miliknya.

Maafkan mama, sayang ...

Pikiran Hana kembali ke empat tahun yang lalu. Kejadian yang mengingatkannya akan masa lalunya.

Malam itu Hana diajak pergi ke sebuah club dengan kakak tirinya, Frans. Ia menari mengikuti musik. Kemudian Frans memberinya minuman beralkohol bercampur obat dengan harapan bisa membuat Hana menjadi miliknya.

Hana tidak mencurigai minuman itu dan meminumnya sampai habis. Hana mulai bergairah. Ia dibantu oleh pegawai club untuk masuk ke dalam ruangan yang sudah dipesan Frans. Tetapi pegawai club itu salah masuk ruangan. Ia membawa Hana ke ruangan di sebelahnya. Di sana sudah menunggu seorang pria yang ingin melampiaskan nafsunya.

Saat pagi hari ...

Aku di mana?

Ini bukan kamarku.

Hana terbangun di suatu tempat yang terasa asing baginya. Kepalanya terasa sakit dan pusing.

Dingin.

Hawa AC menusuk tubuh Hana.

Hana tambah terkejut. Ia melihat tubuhnya yang tidak berbusana. Mata Hana mencari pakaiannya.

Hana merasakan ada pergerakan di sampingnya.

Hana tambah terkejut lagi. Ada seorang pria tengah tertelungkup. Bukan itu saja. Pria itu juga bertubuh polos seperti Hana.

Apa yang terjadi semalam?

Pria itu terbangun. Ia melihat Hana. Hana dengan segera menutupi tubuhnya dengan selimut. Pria itu mengenakan kembali pakaiannya.

“Terima kasih buat malam yang luar biasa. Ini tips tambahan untukmu.” Pria itu mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan dari dompetnya dan menaruhnya di atas nakas. Pria itu berjalan menuju ke arah pintu.

Hana masih berada di ranjangnya. Berusaha memahami apa yang terjadi.

Malam yang luar biasa?

Apa maksud pria itu?

Saat Hana melangkah hendak mengambil pakaiannya. Barulah ia sadar. Langkahnya terasa mengganjal. Saat ia selesai mengenakan pakaiannya dan hendak merapikan kasur yang ia tempati tadi ia tahu.

Noda merah di ranjang menjadi bukti apa yang terjadi semalam.

Air mata Hana jatuh tanpa ia sadari.

Ini ...

Itu artinya ...

Aku dan pria itu ...

Semalam ...

Kami ...

“Tok ... Tok ... Room service.”

Hana segera menutupi noda merah di ranjang dengan selimutnya. Menghapus air mata yang sempat jatuh. Hana melihat dari kaca pembesar kecil di pintu kamarnya. Yang datang benar-benar memakai seragam club. Hana pun membuka pintu kamarnya. Pegawai club lalu mendorong trolly berisi makanan dan menaruhnya di meja makan. Setelahnya ia pun keluar kamar.

“Kruk ... Kruk ...” Perut Hana berbunyi. Ia merasa lapar. Hana pun menuju meja makan dan memakan makanannya. Setelahnya Hana keluar dari kamar club dan pulang menuju rumahnya.

Di rumah ...

“Plak ... “ Tamparan diterima Hana dari ibu tirinya.

“Anak gadis. Atau sudah nggak gadis lagi? Nggak pulang semalaman. Bikin malu.” Ibu tiri Hana merendahkan Hana. Di samping ibu tiri Hana berdiri Frans, kakak tirinya.

Hana ingat. Hana ingat siapa yang mengajak dirinya ke club. Yang mengajak dirinya adalah kakak tirinya.

Dua bulan kemudian Hana menyadari kalau ia tidak mendapatkan tamu merahnya. Ia berharap ia hanya terlambat. Walau tanda-tanda ibu hamil terjadi pada dirinya. Mual dan muntah, mood swing.

Tetapi dokter berkata lain ia hamil. Hana bingung sekaligus takut. Ia belum menikah.

Tanpa sengaja ia bertemu pria yang tidur dengannya.

“Aku hamil.”

Pria itu bingung. Ia tidak merasa mengenal Hana.

“Aku mengandung bayimu.”

“Jangan bercanda. Aku aja nggak pernah ketemu denganmu. Apalagi tidur. Kau itu bukan tipeku.” Pria itu pergi meninggalkan Hana.

Dasar wanita gila.

Hana berusaha menutupi kehamilannya tetapi ayahnya akhirnya tahu. Saat dokter keluarga memeriksa Hana yang terbaring lemah karena kehamilannya.

“Aborsi atau kau pergi dari sini.”

Hana hanya diberi dua pilihan.

Aborsi itu sama dengan pembunuhan dan Hana tak ingin menjadi pembunuh.

Hana akhirnya diusir dari rumah dan ia pindah ke kota B. Di sana ia melahirkan tiga anak. Ia memberi mereka nama Reira untuk si sulung, Rio untuk si tengah, dan Ryu untuk si bungsu. Tidak mudah bagi Hana membesarkan tiga orang anak tanpa suami.

Lima tahun berlalu ...

Anak-anak Hana sudah bisa membantu perekonomian keluarga. Rei mendapat uang dari Youtube. Rio dari menjual game. Sedangkan Ryu membuat lukisan dan komik strip di koran.

“Mama ... Ini bagus?” Ryu menunjukkan komik 4 kotak yang baru saja ia buat ke ibunya. Bila ibunya tertawa itu berarti komik itu bagus. Bila ibunya hanya diam, ia harus membuat ulang. Hana melihat Ipad yang berisi komik buatan Ryu. Hana tertawa.

Yes ... Nggak usah bikin lagi.

Ryu lalu mengirimnya ke editor koran.

Begitu juga dengan Rio. Ia akan menjadikan ibunya sebagai penguji game buatannya. Hana akan memberi masukan apa-apa yang harus diperbaiki.

Untuk Reira, Hana membantu menjawab komentar yang masuk. Terkadang ada komentar jahat walaupun komentar yang baik lebih banyak. Yang menyakitkan hati Hana adalah bila ada orang yang menganggap dirinya mengeksploitasi anak-anaknya. Padahal Hana hanya berupaya membantu mengembangkan bakat anak-anaknya.

...🌼🌼🌼...

Terima kasih sudah membaca bab pertama dari cerita saya “Mommy ... I Want Daddy" ini.

Sedikit cerita tentang cerita ini. Bakat-bakat yang dimiliki oleh anak-anak Hana adalah beberapa bakat-bakat yang dikagumi oleh saya pribadi. Kagum melihat orang membuat konten menarik di YouTube. Kagum melihat pengembang game. Kagum melihat orang yang pandai melukis.

Tuhan mungkin memberi seseorang banyak bakat, mungkin juga dua bakat atau bahkan satu bakat sesuai kesanggupannya. Walaupun hanya satu bakat yang kita punyai, itu sudah lebih dari cukup. Tinggal bagaimana kita menemukan bakat kita dan mengembangkannya.

Tak perlu berlama-lama lagi. Lanjut ke bab 2 : Aku ingin hidup.

Bab 2 Aku Ingin Hidup

Hana sedang mengemas lukisan Ryu yang baru saja laku terjual melalui aplikasi jual beli online. Ryu memang secara teratur membuat lukisan lalu menjualnya melalui online shop. Atau terkadang Ryu menerima request membuat foto diri pelanggannya. Jika harga sudah disepakati, Ryu akan langsung melukisnya.

Ryu juga mengoleksi banyak piala karena bakat melukisnya. Ia sering mengikuti perlombaan melukis. Bukan hanya piala tetapi juga hadiah uang tunai. Hana menabungnya untuk biaya kuliah Ryu kelak.

Terkadang Hana tak habis pikir dengan bakat seni Ryu. Hana melihat dirinya yang tidak jago menggambar. Boleh dibilang lukisannya sangat buruk.

Mungkin Ryu meniru ayahnya?

Hana akhirnya selesai mengemas lukisan Ryu dan menuju ke kantor pos untuk mengirim lukisan. Hana melihat jam di ponselnya.

Sudah waktunya menjemput anak-anak.

Hana menuju ke sekolah.

Saat ia berada di depan pagar sekolah ...

“Tring ... Tring ... Tring ...” Ponsel Hana berbunyi. Ada telepon masuk dari guru sekolah anaknya.

Hana merasa cemas ~ Apa terjadi sesuatu yang buruk di sekolah? Apa Rio berkelahi lagi dengan temannya karena diejek tidak punya papa? Atau Rei lupa kerjain PRnya?

“Halo ...” Hana mengangkat ponselnya.

“Ibu Hana ... Saya ibu gurunya Ryu. Apa anda bisa ke rumah sakit sekarang?” Terdengar nada cemas dari suara ibu guru Ryu.

“Ada apa, ya, Bu?” Hana juga jadi ikutan cemas.

“Nanti biar dokter yang menjelaskan ke ibu Hana.” Ibu guru Ryu lalu mengirim lokasi rumah sakit tempat Ryu dirawat.

Hana segera menuju ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Hana berdoa dan hanya berdoa. Berharap yang terbaik untuk Ryu.

Di rumah sakit ...

Hana melihat Ryu yang tertidur dengan selang infus di tangannya. Juga ibu guru Ryu dan anak-anaknya, Rei dan Rio.

“Rio mau ikut Mama.” Rio langsung menggandeng tangan ibunya. Mereka berdua menuju ke ruangan dokter.

Dokter menjelaskan kalau leukimia Ryu kambuh. Dan ia sangat membutuhkan donor sumsum tulang belakang. Hana menangis. Dulu saat Ryu masih berusia tiga tahun, ia sudah menjalani kemoterapi berulang kali. Dan sekarang harus operasi transplan. Hana menuju ke kamar tempat Ryu dirawat.

“Mama ...” Rei mendekat. Ia tahu ada berita buruk melihat ibunya yang menangis. Rei memeluk ibunya. Ia yang masih kecil tidak bisa berbuat banyak. Tapi bagi Hana pelukan dari Rei dan juga Rio sangat berarti bagi dirinya.

“Mama ...” Ryu terbangun memanggil ibunya. Hana buru-buru menghapus air matanya. Ia tak ingin Ryu bersedih karena melihatnya menangis.

“Ryu haus?” Hana bertanya.

Ryu menganggukkan kepalanya. Hana mengambil sebotol air mineral. Menaruh sedotan di dalamnya dan mendekatkannya ke bibir Ryu. Ryu lalu meminumnya.

Atas saran dokter, Hana membawa Ryu ke kota A, kota asalnya. Dengan harapan Ryu mendapat pengobatan yang lebih baik dan segera mendapatkan donor sumsum tulang belakang.

Hana mulai pindah untuk sementara waktu. Dalam hatinya ia tak ingin kembali lagi ke kota A. Kota yang mengingatkan banyak kejadian buruk yang menimpa dirinya.

Ryu akhirnya dirawat di rumah sakit di kota A. Hana, Rei dan Rio menjalani tes kecocokan sumsum tulang belakang. Tetapi ketiganya tidak ada yang cocok dengan Ryu.

Hana bingung. Satu-satunya jalan adalah dengan Hana memberanikan diri menemui ayah kandungnya, satu-satunya yang masih berhubungan darah dengannya. Hana menginjakkan kakinya di rumahnya. Rumah yang menyimpan banyak kenangan dia dan almarhum ibunya. Hana memohon belas kasihan ayahnya demi Ryu, putranya.

“Ayah ... Tolong anakku.” Hana memohon dengan sangat. Air mata mulai membanjiri wajahnya. Tetapi ia ditolak mentah-mentah.

“Jangan pernah panggil aku ayah. Kau sudah bukan anakku.” Ayah Hana menutup pintu rumahnya.

Hati Hana sangat hancur. Ia sudah berharap dengan enam tahun yang berlalu, hati ayahnya melunak. Tapi ternyata tidak. Tentu saja karena ayah Hana sudah dihasut oleh ibu tirinya yang menginginkan harta ayahnya.

Hana memutuskan untuk menemui ayah dari anaknya. Tetapi pria yang bernama Luke itu juga menolak. Ia tidak pernah merasa pernah tidur dengan Hana. Jadi sudah pasti anak Hana itu bukan anaknya.

Ryu ...

Mama harus ke mana lagi?

Mama takut kehilangan Ryu.

Hana berjalan menuju ke area pemakaman. Mengunjungi makam almarhum ibunya.

“Ibu ... Ryu sakit ... Hana bingung harus bagaimana? Ayah sudah menghapus diriku dari kartu keluarga. Ayah Ryu juga menolak.” Hana menangis menumpahkan kesedihannya di depan makan ibunya.

“Hana ...” Seorang wanita memanggilnya.

Hana menoleh mendengar suara yang tidak asing baginya “Laura ...”

Laura adalah sahabat Hana. Ia yang selalu membersihkan makam ibu Hana. Saat Hana pergi meninggalkan kota A, Laura putus kontak dengan Hana.

Hana dan Laura berpelukan.

“Hana ... Kau kemana saja selama ini? Aku selalu mencarimu ke mana-mana.”

“Maafkan aku ...” Hana kemudian menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Bagaimana ia hamil. Dan sekarang salah satu anaknya membutuhkan donor sumsum.

“Aku akan coba ikut tes.”

“Terima kasih, Laura.” Hana berharap sumsum Laura cocok dengan Ryu.

Tetapi ternyata sumsum Laura tidak cocok. Hana dihadapkan pada jalan buntu lagi.

Di rumah sakit ...

Dokter datang memeriksa Ryu. Hana terkejut melihat dokter itu, ia ayah anak-anaknya. Dan Hana memohon sekali lagi. Tetapi hanya penolakan yang diterima Hana.

Ryu tahu mamanya sudah putus asa.

“Mama ... Umur Ryu tinggal berapa bulan lagi?”

Hati Hana hancur mendengarnya. Hana menghembuskan nafasnya “Tiga bulan lagi.”

“Mama ... Manusia dilahirkan untuk mati. Hanya saja Ryu ditakdirkan untuk lebih cepat.” Ryu berusaha menghibur Hana tetapi dalam hatinya berkata lain.

Tapi, Ma ...

Ryu masih mau hidup.

Ryu masih mau terus bersama mama, kak Rei dan kak Rio.

Pria yang Hana pikir dokter itu bukan dokter. Ia dokter gadungan. Luke, nama pria itu menggantung jas putih khas seorang dokter.

“Sakit ...” Pria itu berteriak kesakitan saat ada yang menjewer telinganya.

“Lagi ... Ulangi terus pakai jas aku.” Pria yang satunya terus menjewer telinga Luke.

“Ampun, Kak.” Luke meminta kakaknya Lucas berhenti menjewernya.

“Kak ... Aku ada cerita menarik. Mau dengar?”

“Ogah ... Paling cerita tentang wanita-wanita yang kautiduri.”

“Kakak tahu. Ada wanita aneh yang mengaku hamil anakku. Enam tahun yang lalu kalau nggak salah. Sekarang ia memintaku untuk tes kecocokan sumsum tulang belakang karena anaknya sakit.”

“Enam tahun lalu? Ciri-cirinya?” Ada seorang wanita yang selalu Lucas cari. Wanita yang pernah menghabiskan malam bersamanya.

Luke memberitahu ciri-ciri Hana.

“Wanita itu ada di rumah sakit ini. Anaknya ternyata benar-benar sakit.”

“Di kamar apa dia?”

“Aku lupa ia di kamar apa. Kalau nggak salah nama anaknya Ryu.”

Lucas mencari daftar pasien di komputernya dan menenmukan data Ryu. Lahir tanggal xxx. Lucas menghitung hari di mana ia dan Hana tidur bersama.

Cocok.

Lucas melihat data diri Ryu lagi.

Hanya ada nama ibu.

Nama ayah tidak ada.

Ryu tidak mempunyai ayah?

Bukankah anak ini baru saja masuk rumah sakit?

Lucas segera menuju kamar Ryu. Ia melihat Hana, wanita yang sudah lama ia cari.

Bab 3 Emergency Call

Lucas ingin memeluk Hana. Tetapi ia membatalkan niatnya. Ia lalu kembali ke ruangannya.

Kondisi Ryu tiba-tiba kritis. Tidak ada sumsum yang cocok dengan Ryu. Rei lalu membuat konten meminta bantuan. Tetapi semua yang mengajukan diri tidak ada yang cocok dengan Ryu.

Hana sekali lagi datang ke rumah ayahnya. Meminta bantuan yang ia tahu sudah pasti mustahil. Tetapi tidak ada salahnya ia mencoba. Hana berdoa agar hati ayahnya terketuk dan mau membantunya.

“Ayah ... Tolong aku. Aku tidak masalah ayah tidak menganggapku lagi tapi tolong anakku.”

“Bukankah sudah aku bilang untuk mengaborsi bayimu. Salahmu sendiri tidak mengikuti saranku.” Ayah Hana menolak mentah-mentah permintaan Hana. Ayah Hana menutup pintu rumahnya. Ia bahkan meminta satpam untuk tidak memperbolehkan Hana masuk ke dalam rumah lagi.

“Jika ada yang membiarkan wanita itu masuk lagi ke rumah, ia akan aku pecat,” ucap ayah Hana.

Pelayan-pelayan di sana tahu mereka harus menuruti perintah tuannya.

Hana menuju ke rumah sakit. Menatap Ryu yang berada dalam ruangan ICU. Dengan selang-selang penopang hidupnya.

Ryu ...

Apa ini artinya waktu perpisahan kita sudah dekat?

Mama masih ingat saat mama melihat Ryu untuk yang pertama kalinya. Ryu begitu mungil tapi mama tahu Ryu juga kuat. Setahu mama jika anak kembar lahir, yang terakhir keluarlah yang terkuat karena ia mendorong saudara-saudaranya untuk bisa keluar.

Ryu ...

Bertahan, Sayang.

Ryu itu kuat.

Di tempat lain di rumah sakit Lucas juga menjalani tes kecocokan sumsum untuk Ryu. Tetapi hasilnya tidak cocok.

Di kediaman orang tua Lucas ...

“Ayah ... Ibu ... ada yang mau Lucas sampaikan.” Lucas hendak menceritakan kejadiannya dengan Hana.

“Ada apa, Nak?” Ibu Lucas jadi khawatir melihat sikap serius Lucas.

“Lucas minta bantuan ayah dan ibu juga Luke untuk mau tes sumsum?”

“Untuk pasienmu?”

“Bukan ... untuk anakku ... cucu Ayah dan Ibu.”

“Maksudmu?” Ayah Lucas tidak mengerti maksud Lucas. Setahunya ia tidak pernah melihat anaknya Lucas menikah atau serius menjalin hubungan dengan seorang wanita.

Lucas menunjukkan berkas data diri Ryu ke ayah dan ibunya.

Ibu Lucas berkata “Yah ... dia mirip Lucas waktu kecil. Yakin ini bukan fotomu?”

“Itu bukan foto masa kecil Lucas, Bu. Ia anak Lucas yang paling bungsu.”

“Maksudnya?” Ayah Lucas jadi tambah bingung. Ia tadi baru saja mendengar ia tiba-tiba mempunyai cucu dan sekarang ada lebih dari satu cucu.

“Anak Lucas ada tiga, Yah.”

“Tiga? Kau yakin mereka itu anak-anakmu?”

“Lucas yakin, Yah. Sangat yakin. Ibu mereka masih peraw** saat tidur dengan Lucas dulu.”

“Tapi ... Bisa saja ia tidur dengan pria lain setelah malam itu,” ucap ayah Lucas walau foto Ryu sudah sangat mirip Lucas.

“Lucas sudah melakukan tes DNA secara diam-diam. Mereka anak-anak Lucas.” Lucas menunjukkan akun instagram milik Rei, putri sulungnya.

“Ayah ... ini Rei yang sering ibu bicarakan ke ayah.” Ibu Lucas adalah salah satu fans Rei. Ia berlangganan channel youtube Rei yaitu “Rei’s World”. Ia merasa seperti melihat Lucas dan Luke kecil saat melihat Rei.

“Baiklah ... Ayah akan ikut tes. Ibu bagaimana?” Ayah Lucas melihat ke istrinya.

“Ibu sudah tes kemarin saat Rei bikin video mencari donor sumsum tulang belakang untuk adiknya tetapi ibu tidak cocok.”

Keesokkan harinya ayah dan Luke menjalani tes. Ayah Lucas tidak cocok. Tanpa disangka sumsum Luke dan Ryu cocok.

Dokter segera memberi tahu Hana kalau Ryu mendapatkan donor. Ryu lalu menjalani operasi.

Hana bertanya ke dokter “Dok ... Apa saya boleh tahu siapa yang mendonorkan sumsumnya untuk Ryu? Saya ingin berterima kasih.”

Dokter mengantar Hana ke ruangan pendonor sumsum Ryu karena ia juga hendak mengecek kondisi pendonor itu.

Hana melihat Luke, pria yang menolak permintaannya dua kali.

Luke melihat Hana. Mereka saling berpandangan. Rasa benci Hana menguap saat melihat Luke yang masih terbaring lemah.

“Apa kau butuh sesuatu?”

Luke menggelengkan kepalanya.

“Maaf ... atas penolakanku selama ini. Pasti berat bagimu membesarkan ketiga anak kita.” Luke sudah diminta Lucas untuk menggantikan dirinya sebagai ayah anak-anaknya sampai Lucas siap untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Luke yang memang menyukai dunia akting menjajal bakat aktingnya ke Hana.

“Berat ... Sangat berat ... Terutama saat anak-anak sakit. Terutama saat anak-anak diejek karena tidak mempunyai ayah.” Air mata Hana mengalir lagi. Menumpahkan semua kesedihannya.

“Sekarang ada aku. Kau bisa bergantung kepadaku.”

Perlahan kondisi Ryu mulai stabil. Ryu mulai sadar. Hana memperkenalkan Luke ke anak-anaknya.

“Rei ... Rio ... Ryu ... ini Luke yang memberikan donor sumsum buat Ryu.”

“Terima kasih, Om.” Rei dan Rio berkata bersamaan.

“Ada yang mau mama sampaikan juga ke kalian." Hana melihat ke arah Luke lalu melihat ke arah anak-anaknya "Luke itu papa kalian.”

Rei, Rio dan Ryu saling berpandangan. Mereka memang ingin punya ayah sedari dulu saat mereka tahu kata papa. Mereka iri melihat teman-teman mereka yang punya ayah. Mereka iri melihat anak kecil lain yang bisa digendong di pundak ayah mereka. Mereka iri melihat anak kecil lain bisa bermain dengan ayahnya.

“Om ... Papa Rei?” Rei mendekat ke arah Luke. Ia merasa sedikit takut.

Luke menganggukkan kepalanya.

“Papa ...” Rei dan Rio memeluk Luke. Luke juga ikut memeluk “anak-anak”nya. Hana yang melihatnya terharu.

Tetapi tidak untuk Ryu. Ia tidak begitu langsung percaya kalau Luke itu ayahnya. Ryu mendengar sendiri bagaimana Luke menolak mentah-mentah kalau ia bukan ayahnya saat Luke berpura-pura menjadi dokter.

Tetapi melihat kakak-kakaknya yang senang bisa bertemu ayah mereka, ia juga ikut senang.

Ryu tahu bagaimana seringnya mereka diejek tidak punya papa. Bahkan Rio sering berkelahi karena hal itu. Betapa seringnya ibu mereka direndahkan karena tidak punya suami. Betapa seringnya ibu mereka kesulitan karena harus menjalani dua profesi sekaligus sebagai ibu dan juga ayah.

Ryu hanya diam. Ia tak ingin merusak kebahagiaan kakak-kakaknya.

Luke lalu mempertemukan Hana dan anak-anaknya dengan kedua orang tuanya.

Ryu sudah mulai melukis lagi. Kali ini yang menjadi objek lukisannya adalah neneknya, ibu Luke.

“Nenek jangan gerak-gerak. Nanti lukisannya jadi jelek.”

Lucy, nenek Ryu diam. Sebenarnya ia tipe yang tidak bisa diam. Ia sama seperti Rei yang aktif.

“Sudah?”

“Belum ...”

“Nenek capek.”

“Bentar lagi jadi, Nek.” Tangan mungil Ryu memulas cat minyak di kanvas dengan kuas. Dengan lihai ia menambahkan garis-garis halus.

“Sudah jadi, Nek.” Ryu meletakkan kuas dan paletnya.

Lucy melihat hasil lukisan dirinya. Ia terlihat sangat cantik. Nenek Lucy memang cantik tapi Ryu membuatnya terlihat lebih cantik di lukisan.

Pantas saja Ryu selalu juara melukis.

Dan lukisannya selalu sold out.

Air mata Lucy tiba-tiba menetes. Ia teringat putri bungsunya yang bernama Lulu yang juga pandai melukis. Tetapi Lulu sudah meninggal di usia yang masih terbilang muda.

Ryu pasti baik-baik saja, kan?

Dunia kedokteran sudah cukup maju sekarang ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!