Bony Sang Scooter

Bony Sang Scooter

ch.1 - Masa lalu Akbar dan Bony

Puncak dari cinta adalah ketika 2 insan tidak bisa saling berkomunikasi namun diam- diam keduanya saling mendoakan--- quotes

 

 

"Akbaaaaaaaaaar!!!!~~~~ Banguuun... udah jam berapa nih? katanya mau daftar sekolah??"

Ya, itu suara nyaring hasil tenggorokan Emakku.

 

 

Belom mulai sekolah tapi udah ada alarm nyaring kayak gini,

Mungkin aku harus mulai terbiasa tiap pagi terbangun dengan alarm hasil tenggorokan emak nantinya kalo aku sudah resmi masuk SMA.

 

 

"Iya emakku bawelku sayangkuu..." jawabku dengan agak malas, karena memang hasil begadang semalam membuat kelopak mata ini masih terasa berat untuk terbuka,

Aku paksakan mata ini untuk melirik jam digital yang ada di samping monitor komputerku.

 

 

04.30 am

 

 

"Ya ampun Emaaaak!!!, jam segini suruh daftar sekolah, tukang sapunya aja baru bangun pasti, gangguin orang lagi mimpi indah aja"

aku mulai kesal dengan tingkah emak yang jail kayak gini.

 

 

" Sholat Subuh dulu, gak denger adzan subuh ya? itu artinya kupingmu ditutupin setan!" jawab Emak dengan santainya.

"Iyaa Iyaa..." jawabku sekenanya.

 

 

"Eh, apaan nih??" posisiku saat itu masih terbaring dengan rapi di atas kasurku  dan tidak sengaja menyentuh sesuatu yang basah di celana boxerku.

Ini cairan kok agak lengkeet?? tapi kok liciin?? ini apa yaa?? batinku pura - pura tidak mengenali sisa cairan yang ada di celanaku ini,

"Aduuuh wajib mandi nih, basah sih.."

gumamku sendiri melihat hasil dari mimpi indah semalam, ya, semalam seingatku aku bermimpi bertemu cewek,

dia emang gak terlalu cantik menurutku, namun senyumnya itu yang sampai saat ini aku masih terbayang, wajahnya pun samar samar.

biasa, mimpi random kayak gitu emang cepet lupa.

 

 

Dengan malas aku bangun dari tempat tidurku dan mulai menghilangkan jejak, takutnya emak melihat "noda" sisa mimpi indah semalam, pastinya malu banget kalo ketahuan emak.

 

 

"Akbaar!!, Emak belanja ke pasar dulu yaa,." di kampungku emang ada jam pasar khusus.

Pasar pagi mulai dari jam 5 pagi sampai jam 7 pagi, yaa walaupun pasar pagi mulai jam 5, tapi sudah dari jam 2 dini hari para pedagang sudah siap-siap di lapaknya, dan pastinya sayuran dan segala macamnya masih segar, beda dengan pasar jam normal, itu pasti dagangan sisa pasar pagi, makanya banyak emak-emak yang bangun pagi buat hunting sayur segar.

"Iya maak, nitip beliin sarapan kayak biasanya yaa.." jawabku manja.

Setelah memastikan emak menutup pintu depan, aku langsung dengan sigap menarik sprei kasurku, dan melepas celana boxerku, segera kulilit tubuh atletisku ini dengan handuk. segera aku melangkah meninggalkan kamar dan menuju kamar mandi, tak lupa aku rendam sprei dan celanaku di mesin cuci kesayangan emak.

"Ok, udah mandi, sekarang sebelum sholat biar mesin cuci yang bekerja."

Aku mulai menyetel mesin cuci agar full auto pilot.

"Mandi udah, sholat udah, ganteng?? so pasti.. udah dari lahir donk."

Gumamku sendiri sambil menatap pantulan diriku di cermin kamarku.

Sekarang saatnya bikin kopi, sambil nungguin emak pulang belanja, enaknya ngopi dulu.

Cucian sudah siap dijemur, dengan sebatang rokok di mulutku aku mulai menjemur cucianku tadi, kini saatnya nunggu emak sambil nikmati pagi ditemani kopi hangat dan sebatang rokok.

"Assalmualaikum..." terdengar suara manis dari depan pintu rumahku.

"Waalaikum salaam" jawabku sambil membuka pintu. Yang aku tunggu sudah datang, Emak pulang membawa sekeranjang belanjaan.

Tanganku otomatis menyambut barang bawaan emakku. langsung aku bawa ke dapur, dimana dapur adalah wilayah kekuasaan emak, yang tidak sembarang orang bisa merebut wilayah kekuasaannya kecuali nenekku.

Kini waktunya sarapan telah tiba, aku dan emak menikmati sarapan berdua diselingi canda gurau selama pagi, ya, dirumahku hanya ada kami berdua, seharusnya masih ada adekku,namanya Yanuar tapi kini dia tinggal bersama paman di luar kota, pamanku itulah yang membiayai sekolah adekku, jadi dia tinggal bersama paman dan bibi di sana.

 

//flashback

 

Sementara aku?, dulu setelah lulus SMP aku langsung pergi merantau ke Ibu kota mencari uang untuk membiyai sekolah adekku yang saat itu dia masih klas 1 SMP,

Aku dan Yanuar hanya selisih 3 tahun, jadi setelah aku lulus SMP, maka giliran adekku yang masuk SMP.

 

 

Kenapa aku harus pergi ke Ibu Kota? dimana ayah dan ibu yang seharusnya mencari nafkah?

Ibuku menjadi seorang tenaga kerja wanita di negara tetangga, sementara ayahku entah kemana tidak ada kabarnya, dia meninggalkan kami bertiga tanpa pamit meninggalkan segudang masalah dan setumpuk hutang.

Untuk itu sebagai anak pertama aku merasa bertanggung jawab untuk menghidupi adekku.

Namun mungkin memang sudah suratan takdir, Ibuku mendapatkan Majikan yang kurang baik, semua gaji yang seharusnya dikirim untukku dan adekku ditahan oleh majikan ibuku, bahkan kami tidak bisa saling mengabari lewat surat.

(Jaman itu yang punya hempon cuma kalangan terbatas)

Aku dan Yanuar kecil harus terbiasa bekerja keras dari kecil untuk bisa makan, walaupun kadang tetangga merasa kasihan kepada kami, namun aku dan adekku tidak bisa terus terusan makan dari hasil rasa iba orang lain.

Tanpa adanya kedua orang tua, maka akulah kepala rumah tangga kecil ini.

Alhasil aku bekerja di ibu kota untuk biaya sekolah adekku, dan aku selalu menyisihkan uang untukku sekolah nanti, walaupun aku kini berada di ibu kota, namun aku masih ingin merasakan sensasi bangku SMA, dari motivasi kecil itu, aku selalu menabung untuk masa depanku.

 

Dua Tahunpun berlalu, aku sudah memiliki cukup tabungan untukku sekolah, dan mungkin cukup untuk 1 tahun pertamaku di bangku SMA.

Kontrak kerja ibuku pun sudah tercapai, walaupun awalnya agak sulit untuk menagih gaji yang dipegang majikan ibuku, namun akhirnya pihak Agency yang membawa ibuku bekerja di luar negeri berhasil mencairkan gaji ibuku.

Dan kini saatnya ibuku kembali ke kampung halaman. sesampainya di kampung halaman, nenekku menceritakan semua yang terjadi selama beliau bekerja di negara tetangga, termasuk aku yang pergi ke ibu kota untuk membiayai sekolah adekku.

Awalnya ibuku kaget dan  tidak terima, karena anaknya harus bekerja, sementara yang seharusnya disebut sebagai seorang ayahpun tidak ada yang tahu di mana kini dia berada.

Namun akhirnya ibukku luluh dan sadar dengan keputusanku yang harusbekerja untuk adekku. Kini ibu bisa melunasi semua hutang, dan sisa gajinya untuk memperbaiki rumah.

Seperti bisa rutinitas Akbar selama bekerja di ibu kota adalah bangun pagi, sholat subuh, mandi, sarapan dan berangkat kerja jadi kuli bangunan, lalu pulang ke rumah mandor untuk makan malam di sana, terus nongkrong di perempatan bareng genk kuli bangunan sambil ngopi, di situlah akbar mempunyai kebiasaan ngopi dan ngerokok.

Sepulang nongrong semua genk kuli bangunan bakal tidur di rumah mandor bangunan.

\~\~tulilut\~\~tuliluut\~\~tulilut\~\~tuliluut....

"Akbar, pamanmu nelpon nih." kata mandorku seraya menyerahkan hemponnya kepadaku.

Segera aku menjauh dari rumah mandorku. Terdengar suara seorang perempuan diujung telpon sana yang sudah lama tidak kudengar, namun tak akan pernah bisa kulupakan suara itu.

"Haloo, naak, Pulang, emakmu sudah di rumah, kamu gak usah kerja lagi, emak pingin kamu lanjutin sekolahmu, emak kangen, mbok ya kalo kerja ndak usah jauh jauh, kok ya emak pulang kamu nggak ada di rumah..."

"........."

Nafasku tertahan ingin aku segera menjawab suara itu namun tak terasa air mata ini yang menetes.

"iya, emakku bawelku, sayangkuu.."

jawabku sambil mengatur suara agar tidak bergetar karena menahan perasaan yang tidak bisa ditahan ini.

Sedih, rindu, ya mungkin rindu adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perasaan ini.

2 tahun tidak bisa berkomunikasi dengan orang yang paling tercinta dalam hidup ini telah membuat sebuah lubang di hati yang hanya terisi dengan rasa rindu.

"Emak sehat??" tanyaku kepada ibuku.

"Alhamdulillah sehat nak, gimana kamu? sehat juga tho?"

"Alhamdulillah, berkat do'a emak, akbar disini sehat selalu.."

Ya, Puncak dari cinta adalah ketika 2 insan tidak bisa saling berkomunikasi namun diam - diam keduanya saling mendoakan.

"Jadi kapan mau pulang nak?" tanya emakku yang tidak sabar ingin segera bertemu putra sulungnya.

"Satu atau dua bulan lagi mak, biar akbar ada ongkos pulang sama buat buat beli oleh-olehnya Yanuar." jawabku

"Yowes, Jaga dirimu baik-baik di tanah rantau, kamu masih kecil, jangan sampai pulang nanti kamu bawa calon mantu, wes yo, iki pie mateni telpone?".

Celoteh emak yang langsung membuat rasa sedih ini hilang.

 

 

"Iyo\, mak iyoo\, Assalamualaikum.." \~\~Tuut\~\~

Jawabku yang gemes karena celoteh emakku sekalian megakhiri telpon singkat ini. haiiis... kembalikan rasa haruku tadiii...!!!

Dua bulan kemudian aku pulang ke rumah sesuai janjiku dengan ibuku.

 

 

Setelah melepas rindu dengan ibuku akhirnya kita sekeluarga sepakat kalo adekku bakal ikut paman mulai kelas 3 SMP ini sampai nanti lulus SMA.

Ini memang pamanku yang agak memaksa, karena dia belum dikasih keturunan, dan juga memang karena faktor ekonomi ibuku yang belum mampu untuk membiayai sekolah 2 anaknya.

"Bar, umur kamu 17 tahun tho? bisa naik motor sendiri ndak?" tanya pamanku

"Iya bisa tho ya, akbar di Ibu Kota biasa disuruh mandor, kudu bisa bawa motor sendiri."

 

"Yowes, di rumah paman ada motor nganggur dah lama ndak dipakai, Kalau kamu mau, pakai aja,tapi benerin dulu, biar bisa jalan lagi, soale sudah lama di gudang."

"Emange motor apa pak lek? kok cuman ditaroh di gudang sih?"

"Yo ntar kamu juga tahu sendiri kalo dah liat, mayan bisa buat nyambung kaki, atau nganter ibukmu ke pasar."

 

 

"Ok, Shiyap.." jawabku penuh semangat, karena tau bakal dikasih motor baru, yah walaupun bekas dan ada di gudang, setidaknya itu motor pertamaku.

Setibanya di rumah paman aku sama Yanuar langsung lari ke gudang belakang, yang namanya gudang, di mana - mana pasti banyak debu dan sarang laba-laba.

 

 

Tapi mataku dan adekku langsung menatap pada arah yang sama, disudut gudang itu bersemayam seonggok "besi tua" yang berselimutkan debu.

"Walaaah Vespaaa..." adekkku langsung loncat kegirangan, walaupun aku tahu dia gak bisa naik motor, tapi setidaknya dia sangat senang dengan hadiah dari pamanku untukku.

"Padahal aku lho yang dikasih motor, kok kamu yang seneng sih?.." gerutuku melihat tingkah Yanuar.

"Mas mbesok kalo aku dah SMA, aku boleh pinjem vespane tho?"

 

 

"Heleh, Kalo dah lancar motor koplingan yo boleh wae, tapi bensin diisi sendiri lho" jawabku sambil mendorong vespa itu keluar dari gudang untuk aku bersihkan, lalu pamanpun datang dengan membawa kotak perkakas yang akan dia gunakan untuk mengembalikan nyawa kepada seonggok besi tua yang berbodi semok semplohai,

Pamanpun tersenyum melihat tingkah kita berdua.

 

 

"Yanuar, kamu ndak boleh bawa motor sendiri, setidaknya sampe umur 17 tahun atau sudah punya SIM." "Lha mas Akbar aja belom punya sim kok dia boleh bawa motor?" tanya Yanuar yang tidak terima.

"Masmu ini udah punya KTP dan Tinggal bikin SIM aja, nanti paman juga bantu buat nguurus SIMnya masmu ini."

Aku tersenyum geli melihat adekku iri.

 

 

"Nah Akbar, Mulai sekarang lihatin cara paman benerin vespa, biar kalo ada apa-apa dijalan, kamu bisa benerin sendiri."

"Oke Shiyap."

Jawabku semangat, walaupun aku belum pernah benerin motor, tapi tingkat kecerdasanku yang diatas rata-rata pasti dengan mudah menyerap semua ilmu perbengkelan vespa yang diajarkan pamanku.

"Jangan takut naik vespa, Banyak saudaranya, kalo ada apa-apa dijalan pasti banyak yang nolongin." begitu kata pamanku.

\~\~treng teng.. teng... teng\,teng\,teng\,teng...\~\~ setelah dengan berbagai jurus akhirya paman berhasil membawa kembali nyawa besi tua ini.

"Waaalaaaah bokonge muniiii ( t/n : walah bokongnya bunyi) kata adekku yang senang dan kagum karena bunyi vespa yang kini sudah menyala kembali.

 

 

Aku yang sudah terbiasa hidup di ibu kota tidak lagi kaget dengan bunyi vespa, ya memang di kampungku masih jarang yang mempunyai vespa

"Dah nyala nih, Tinggal nanti ganti ban serep saja, biar aman, sekalian kamu cari nama buat vespamu." aku sedikit kaget dengan ucapan paman barusan, bukan karena ban serep vespa, tapi nama buat vespa, apa pentingnya itu?

"Kok kasih nama segala sih? biar apa??" tanyaku

 

 

"Lho ya biar keren tho ya.., vespa itu walaupun cuma motor, tapi kalo sudah di kasih nama, dia bakal terasa hidup kayak kamu punya partner yang bisa diajak kemana-mana." jawab pamanku.

"Kasih nama BONY wae mas.. " kata adekku polos

"Emang apa itu bony?" tanyaku

 

 

"Iku lhoo.. bony (bokonge muni)." jawab adekku dengan wajah lugunya.

Bwahahahhahahahaha.. aku dan pamanku tertawa  bersama sesaat setelah mendengar jawaban adekku.

Tapi itu nama yang bagus, aku dan pamanku setuju vespa ini diberi nama BONY.

Pada awalnya memang aku tidak percaya dengan kata-kata pamanku, namun kini aku sendiri sudah merasakannya. Susah senang di jalan bersama saudara se aspal.

Lebih baik naik vespa XD

salam mesin kanan.

 

//flashback selesai

 

 

Setelah selesai makan, aku berpamitan dengan emak,tak lupa aku cium tangan dan kedua pipinya lalu pergi berangkat ke salah satu SMA swasta yang sudah aku pilih, untuk mendaftar sekolah disana.

 

 

 

Author Note :

Hai gaes.. tolong dukung terus yaaa, kalian pasti sudah tau caranya, kalau kalian suka cerita ini mohon di like di setiap chapternya, silahkan beri masukan lewat kolom komentar, jangan kasar kasar yaa, ini pertama kalinya author nulis, dan pastinya banyak kesalahan di sana sini, dan karena hati ini terlalu lembut, jadi tak kuasa lah untuk membaca komentar negatif, dan kalau berkenan bisa minta tolong untuk di rate dan vote yaa share ke teman teman kalian biar mereka juga tahu kalo ada vespa yang namanya bony... XD

Nantikan terus petualangan si Bony Hanya di sini, see you next chapt *wink

 

 

Terpopuler

Comments

Icha

Icha

hhhehdhp

2020-08-02

0

nEVe®_ENd

nEVe®_ENd

Bony...namanya keren... nggak taunya itu singkatan to..bokonge muni 😄😄😄

suka aku bahasanya, nggak kaku....kayanya wong jowo ini authornya😁😁

2020-08-02

0

Ayunina Sharlyn

Ayunina Sharlyn

sering ketemu. novel diawali tokohnya dibangunin ✌🤩

2020-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!