Puncak dari cinta adalah ketika 2 insan tidak bisa saling berkomunikasi namun diam- diam keduanya saling mendoakan--- quotes
"Akbaaaaaaaaaar!!!!~~~~ Banguuun... udah jam berapa nih? katanya mau daftar sekolah??"
Ya, itu suara nyaring hasil tenggorokan Emakku.
Belom mulai sekolah tapi udah ada alarm nyaring kayak gini,
Mungkin aku harus mulai terbiasa tiap pagi terbangun dengan alarm hasil tenggorokan emak nantinya kalo aku sudah resmi masuk SMA.
"Iya emakku bawelku sayangkuu..." jawabku dengan agak malas, karena memang hasil begadang semalam membuat kelopak mata ini masih terasa berat untuk terbuka,
Aku paksakan mata ini untuk melirik jam digital yang ada di samping monitor komputerku.
04.30 am
"Ya ampun Emaaaak!!!, jam segini suruh daftar sekolah, tukang sapunya aja baru bangun pasti, gangguin orang lagi mimpi indah aja"
aku mulai kesal dengan tingkah emak yang jail kayak gini.
" Sholat Subuh dulu, gak denger adzan subuh ya? itu artinya kupingmu ditutupin setan!" jawab Emak dengan santainya.
"Iyaa Iyaa..." jawabku sekenanya.
"Eh, apaan nih??" posisiku saat itu masih terbaring dengan rapi di atas kasurku dan tidak sengaja menyentuh sesuatu yang basah di celana boxerku.
Ini cairan kok agak lengkeet?? tapi kok liciin?? ini apa yaa?? batinku pura - pura tidak mengenali sisa cairan yang ada di celanaku ini,
"Aduuuh wajib mandi nih, basah sih.."
gumamku sendiri melihat hasil dari mimpi indah semalam, ya, semalam seingatku aku bermimpi bertemu cewek,
dia emang gak terlalu cantik menurutku, namun senyumnya itu yang sampai saat ini aku masih terbayang, wajahnya pun samar samar.
biasa, mimpi random kayak gitu emang cepet lupa.
Dengan malas aku bangun dari tempat tidurku dan mulai menghilangkan jejak, takutnya emak melihat "noda" sisa mimpi indah semalam, pastinya malu banget kalo ketahuan emak.
"Akbaar!!, Emak belanja ke pasar dulu yaa,." di kampungku emang ada jam pasar khusus.
Pasar pagi mulai dari jam 5 pagi sampai jam 7 pagi, yaa walaupun pasar pagi mulai jam 5, tapi sudah dari jam 2 dini hari para pedagang sudah siap-siap di lapaknya, dan pastinya sayuran dan segala macamnya masih segar, beda dengan pasar jam normal, itu pasti dagangan sisa pasar pagi, makanya banyak emak-emak yang bangun pagi buat hunting sayur segar.
"Iya maak, nitip beliin sarapan kayak biasanya yaa.." jawabku manja.
Setelah memastikan emak menutup pintu depan, aku langsung dengan sigap menarik sprei kasurku, dan melepas celana boxerku, segera kulilit tubuh atletisku ini dengan handuk. segera aku melangkah meninggalkan kamar dan menuju kamar mandi, tak lupa aku rendam sprei dan celanaku di mesin cuci kesayangan emak.
"Ok, udah mandi, sekarang sebelum sholat biar mesin cuci yang bekerja."
Aku mulai menyetel mesin cuci agar full auto pilot.
"Mandi udah, sholat udah, ganteng?? so pasti.. udah dari lahir donk."
Gumamku sendiri sambil menatap pantulan diriku di cermin kamarku.
Sekarang saatnya bikin kopi, sambil nungguin emak pulang belanja, enaknya ngopi dulu.
Cucian sudah siap dijemur, dengan sebatang rokok di mulutku aku mulai menjemur cucianku tadi, kini saatnya nunggu emak sambil nikmati pagi ditemani kopi hangat dan sebatang rokok.
"Assalmualaikum..." terdengar suara manis dari depan pintu rumahku.
"Waalaikum salaam" jawabku sambil membuka pintu. Yang aku tunggu sudah datang, Emak pulang membawa sekeranjang belanjaan.
Tanganku otomatis menyambut barang bawaan emakku. langsung aku bawa ke dapur, dimana dapur adalah wilayah kekuasaan emak, yang tidak sembarang orang bisa merebut wilayah kekuasaannya kecuali nenekku.
Kini waktunya sarapan telah tiba, aku dan emak menikmati sarapan berdua diselingi canda gurau selama pagi, ya, dirumahku hanya ada kami berdua, seharusnya masih ada adekku,namanya Yanuar tapi kini dia tinggal bersama paman di luar kota, pamanku itulah yang membiayai sekolah adekku, jadi dia tinggal bersama paman dan bibi di sana.
//flashback
Sementara aku?, dulu setelah lulus SMP aku langsung pergi merantau ke Ibu kota mencari uang untuk membiyai sekolah adekku yang saat itu dia masih klas 1 SMP,
Aku dan Yanuar hanya selisih 3 tahun, jadi setelah aku lulus SMP, maka giliran adekku yang masuk SMP.
Kenapa aku harus pergi ke Ibu Kota? dimana ayah dan ibu yang seharusnya mencari nafkah?
Ibuku menjadi seorang tenaga kerja wanita di negara tetangga, sementara ayahku entah kemana tidak ada kabarnya, dia meninggalkan kami bertiga tanpa pamit meninggalkan segudang masalah dan setumpuk hutang.
Untuk itu sebagai anak pertama aku merasa bertanggung jawab untuk menghidupi adekku.
Namun mungkin memang sudah suratan takdir, Ibuku mendapatkan Majikan yang kurang baik, semua gaji yang seharusnya dikirim untukku dan adekku ditahan oleh majikan ibuku, bahkan kami tidak bisa saling mengabari lewat surat.
(Jaman itu yang punya hempon cuma kalangan terbatas)
Aku dan Yanuar kecil harus terbiasa bekerja keras dari kecil untuk bisa makan, walaupun kadang tetangga merasa kasihan kepada kami, namun aku dan adekku tidak bisa terus terusan makan dari hasil rasa iba orang lain.
Tanpa adanya kedua orang tua, maka akulah kepala rumah tangga kecil ini.
Alhasil aku bekerja di ibu kota untuk biaya sekolah adekku, dan aku selalu menyisihkan uang untukku sekolah nanti, walaupun aku kini berada di ibu kota, namun aku masih ingin merasakan sensasi bangku SMA, dari motivasi kecil itu, aku selalu menabung untuk masa depanku.
Dua Tahunpun berlalu, aku sudah memiliki cukup tabungan untukku sekolah, dan mungkin cukup untuk 1 tahun pertamaku di bangku SMA.
Kontrak kerja ibuku pun sudah tercapai, walaupun awalnya agak sulit untuk menagih gaji yang dipegang majikan ibuku, namun akhirnya pihak Agency yang membawa ibuku bekerja di luar negeri berhasil mencairkan gaji ibuku.
Dan kini saatnya ibuku kembali ke kampung halaman. sesampainya di kampung halaman, nenekku menceritakan semua yang terjadi selama beliau bekerja di negara tetangga, termasuk aku yang pergi ke ibu kota untuk membiayai sekolah adekku.
Awalnya ibuku kaget dan tidak terima, karena anaknya harus bekerja, sementara yang seharusnya disebut sebagai seorang ayahpun tidak ada yang tahu di mana kini dia berada.
Namun akhirnya ibukku luluh dan sadar dengan keputusanku yang harusbekerja untuk adekku. Kini ibu bisa melunasi semua hutang, dan sisa gajinya untuk memperbaiki rumah.
Seperti bisa rutinitas Akbar selama bekerja di ibu kota adalah bangun pagi, sholat subuh, mandi, sarapan dan berangkat kerja jadi kuli bangunan, lalu pulang ke rumah mandor untuk makan malam di sana, terus nongkrong di perempatan bareng genk kuli bangunan sambil ngopi, di situlah akbar mempunyai kebiasaan ngopi dan ngerokok.
Sepulang nongrong semua genk kuli bangunan bakal tidur di rumah mandor bangunan.
\~\~tulilut\~\~tuliluut\~\~tulilut\~\~tuliluut....
"Akbar, pamanmu nelpon nih." kata mandorku seraya menyerahkan hemponnya kepadaku.
Segera aku menjauh dari rumah mandorku. Terdengar suara seorang perempuan diujung telpon sana yang sudah lama tidak kudengar, namun tak akan pernah bisa kulupakan suara itu.
"Haloo, naak, Pulang, emakmu sudah di rumah, kamu gak usah kerja lagi, emak pingin kamu lanjutin sekolahmu, emak kangen, mbok ya kalo kerja ndak usah jauh jauh, kok ya emak pulang kamu nggak ada di rumah..."
"........."
Nafasku tertahan ingin aku segera menjawab suara itu namun tak terasa air mata ini yang menetes.
"iya, emakku bawelku, sayangkuu.."
jawabku sambil mengatur suara agar tidak bergetar karena menahan perasaan yang tidak bisa ditahan ini.
Sedih, rindu, ya mungkin rindu adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perasaan ini.
2 tahun tidak bisa berkomunikasi dengan orang yang paling tercinta dalam hidup ini telah membuat sebuah lubang di hati yang hanya terisi dengan rasa rindu.
"Emak sehat??" tanyaku kepada ibuku.
"Alhamdulillah sehat nak, gimana kamu? sehat juga tho?"
"Alhamdulillah, berkat do'a emak, akbar disini sehat selalu.."
Ya, Puncak dari cinta adalah ketika 2 insan tidak bisa saling berkomunikasi namun diam - diam keduanya saling mendoakan.
"Jadi kapan mau pulang nak?" tanya emakku yang tidak sabar ingin segera bertemu putra sulungnya.
"Satu atau dua bulan lagi mak, biar akbar ada ongkos pulang sama buat buat beli oleh-olehnya Yanuar." jawabku
"Yowes, Jaga dirimu baik-baik di tanah rantau, kamu masih kecil, jangan sampai pulang nanti kamu bawa calon mantu, wes yo, iki pie mateni telpone?".
Celoteh emak yang langsung membuat rasa sedih ini hilang.
"Iyo\, mak iyoo\, Assalamualaikum.." \~\~Tuut\~\~
Jawabku yang gemes karena celoteh emakku sekalian megakhiri telpon singkat ini. haiiis... kembalikan rasa haruku tadiii...!!!
Dua bulan kemudian aku pulang ke rumah sesuai janjiku dengan ibuku.
Setelah melepas rindu dengan ibuku akhirnya kita sekeluarga sepakat kalo adekku bakal ikut paman mulai kelas 3 SMP ini sampai nanti lulus SMA.
Ini memang pamanku yang agak memaksa, karena dia belum dikasih keturunan, dan juga memang karena faktor ekonomi ibuku yang belum mampu untuk membiayai sekolah 2 anaknya.
"Bar, umur kamu 17 tahun tho? bisa naik motor sendiri ndak?" tanya pamanku
"Iya bisa tho ya, akbar di Ibu Kota biasa disuruh mandor, kudu bisa bawa motor sendiri."
"Yowes, di rumah paman ada motor nganggur dah lama ndak dipakai, Kalau kamu mau, pakai aja,tapi benerin dulu, biar bisa jalan lagi, soale sudah lama di gudang."
"Emange motor apa pak lek? kok cuman ditaroh di gudang sih?"
"Yo ntar kamu juga tahu sendiri kalo dah liat, mayan bisa buat nyambung kaki, atau nganter ibukmu ke pasar."
"Ok, Shiyap.." jawabku penuh semangat, karena tau bakal dikasih motor baru, yah walaupun bekas dan ada di gudang, setidaknya itu motor pertamaku.
Setibanya di rumah paman aku sama Yanuar langsung lari ke gudang belakang, yang namanya gudang, di mana - mana pasti banyak debu dan sarang laba-laba.
Tapi mataku dan adekku langsung menatap pada arah yang sama, disudut gudang itu bersemayam seonggok "besi tua" yang berselimutkan debu.
"Walaaah Vespaaa..." adekkku langsung loncat kegirangan, walaupun aku tahu dia gak bisa naik motor, tapi setidaknya dia sangat senang dengan hadiah dari pamanku untukku.
"Padahal aku lho yang dikasih motor, kok kamu yang seneng sih?.." gerutuku melihat tingkah Yanuar.
"Mas mbesok kalo aku dah SMA, aku boleh pinjem vespane tho?"
"Heleh, Kalo dah lancar motor koplingan yo boleh wae, tapi bensin diisi sendiri lho" jawabku sambil mendorong vespa itu keluar dari gudang untuk aku bersihkan, lalu pamanpun datang dengan membawa kotak perkakas yang akan dia gunakan untuk mengembalikan nyawa kepada seonggok besi tua yang berbodi semok semplohai,
Pamanpun tersenyum melihat tingkah kita berdua.
"Yanuar, kamu ndak boleh bawa motor sendiri, setidaknya sampe umur 17 tahun atau sudah punya SIM." "Lha mas Akbar aja belom punya sim kok dia boleh bawa motor?" tanya Yanuar yang tidak terima.
"Masmu ini udah punya KTP dan Tinggal bikin SIM aja, nanti paman juga bantu buat nguurus SIMnya masmu ini."
Aku tersenyum geli melihat adekku iri.
"Nah Akbar, Mulai sekarang lihatin cara paman benerin vespa, biar kalo ada apa-apa dijalan, kamu bisa benerin sendiri."
"Oke Shiyap."
Jawabku semangat, walaupun aku belum pernah benerin motor, tapi tingkat kecerdasanku yang diatas rata-rata pasti dengan mudah menyerap semua ilmu perbengkelan vespa yang diajarkan pamanku.
"Jangan takut naik vespa, Banyak saudaranya, kalo ada apa-apa dijalan pasti banyak yang nolongin." begitu kata pamanku.
\~\~treng teng.. teng... teng\,teng\,teng\,teng...\~\~ setelah dengan berbagai jurus akhirya paman berhasil membawa kembali nyawa besi tua ini.
"Waaalaaaah bokonge muniiii ( t/n : walah bokongnya bunyi) kata adekku yang senang dan kagum karena bunyi vespa yang kini sudah menyala kembali.
Aku yang sudah terbiasa hidup di ibu kota tidak lagi kaget dengan bunyi vespa, ya memang di kampungku masih jarang yang mempunyai vespa
"Dah nyala nih, Tinggal nanti ganti ban serep saja, biar aman, sekalian kamu cari nama buat vespamu." aku sedikit kaget dengan ucapan paman barusan, bukan karena ban serep vespa, tapi nama buat vespa, apa pentingnya itu?
"Kok kasih nama segala sih? biar apa??" tanyaku
"Lho ya biar keren tho ya.., vespa itu walaupun cuma motor, tapi kalo sudah di kasih nama, dia bakal terasa hidup kayak kamu punya partner yang bisa diajak kemana-mana." jawab pamanku.
"Kasih nama BONY wae mas.. " kata adekku polos
"Emang apa itu bony?" tanyaku
"Iku lhoo.. bony (bokonge muni)." jawab adekku dengan wajah lugunya.
Bwahahahhahahahaha.. aku dan pamanku tertawa bersama sesaat setelah mendengar jawaban adekku.
Tapi itu nama yang bagus, aku dan pamanku setuju vespa ini diberi nama BONY.
Pada awalnya memang aku tidak percaya dengan kata-kata pamanku, namun kini aku sendiri sudah merasakannya. Susah senang di jalan bersama saudara se aspal.
Lebih baik naik vespa XD
salam mesin kanan.
//flashback selesai
Setelah selesai makan, aku berpamitan dengan emak,tak lupa aku cium tangan dan kedua pipinya lalu pergi berangkat ke salah satu SMA swasta yang sudah aku pilih, untuk mendaftar sekolah disana.
Author Note :
Hai gaes.. tolong dukung terus yaaa, kalian pasti sudah tau caranya, kalau kalian suka cerita ini mohon di like di setiap chapternya, silahkan beri masukan lewat kolom komentar, jangan kasar kasar yaa, ini pertama kalinya author nulis, dan pastinya banyak kesalahan di sana sini, dan karena hati ini terlalu lembut, jadi tak kuasa lah untuk membaca komentar negatif, dan kalau berkenan bisa minta tolong untuk di rate dan vote yaa share ke teman teman kalian biar mereka juga tahu kalo ada vespa yang namanya bony... XD
Nantikan terus petualangan si Bony Hanya di sini, see you next chapt *wink
"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."---quotes
......treng teng teng teng.....
Suara khas mesin vespa menggema di udara pagi hari ini aku dan Bony Melucur dengan kecepatan luar biasa normal.
Dikarenakan padatnya arus lalu lintas pagi hari selalu ramai dikarenakan angkutan umum yang membawa pedagang ke pasar, ada pula angkutan yang tiba tiba berhenti untuk sekedar menurunkan penumpang yang otomatis akan membuat pengemudi yang berada di belakang angkutan terkaget-kaget, dan pengemudi yang latah bisa saja menimbulkan kemacetan.
SMA yang akan aku datangi ini adalah SMA swasta yang berbasis relligi, jadi siswa disana tidak diperbolehkan memakai jilbab. Hanya Siswi yang diwajibkan memakai jilbab.
"~Perjalanan ini, terasa sangat menyedihkan, karena tidak ada yang bonceng dibelakang..~"
Aku sengaja mengubah lirik lagu untuk memecah kesendirianku sambil mengendarai Bony.
Memang karena kesibukanku di masa lalu dan juga karena kekurangan dibidang ekonomi aku sering merasa tidak percaya diri, untuk sekedar berkenalan atau berteman dengan perempuan.
Keadaan Itulah, yang membuatku masih jomblo hingga saat ini.
Padahal aku tahu, wajahku ini tidak termasuk jelek dan tidak pula pas-pasan, aku termasuk cowok diatas rata-rata dalam penampilan, yah namun mana ada cewek yang mau sama cogan tapi kere?.
Di tengah perjalanan aku melihat sesosok makhluk nan anggun memakai seragam sekolah SMA swasta itu gadis itu melengganng dengan indahnya sendirian.
Naluriku sebagai lelaki jantan yang lemah lembut tidak bisa membiarkan ada sesosok gadis nan anggun sampai berkeringat sendirian.
Dengan sedikit memaksakan diri aku beranikan menawarkan jasa ojek gratis ke cewek tersebut.
"Kak, mau barengan? Masih jauh lho sekolahannya."
Tawarku kepadanya,
walaupun aku memasang senyum yang paling indah yang aku punya, namun itu malah semakin terlihat kalau aku memaksakan senyum dan malah semakin terlihat kalau aku grogi.
".........."
Gadis itu tersenyum dan melihatku dari atas sampai bawah, mungkin dia belum pernah liat cogan naik vespa kali ya?.
"Boleh, makasih lho tumpangannya".
Jawabnya dengan senyuman manis yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Dan kamipun berangkat ke sekolah bersama.
"~perjalanan ini, terasa sangat menyenangkan, karna ada kau yang bonceng dibelakang..~"
secara reflek aku menyanyikan itu di tengah perjalanan kami.
Sesampainya di parkiran sekolah gadis itu turun dari Bony dan mengtakan hal yang sangat tidak aku duga sebelumnya.
"Akbar, kamu kalau mau daftar sekolah langsung aja ke ruangan yang ada di sebelah situ, yang ada tulisannya Ruang PPDB,
Aku langsung masuk kelas yaa, aku juga gak akan bilang makasih lagi, kan tadi aku sudah bilang pas mau naik motormu".
Kata gadis itu sambil melambaikan tangan dia berlalu dengan senyuman manis diwajahnya,
Memang tidak semanis senyuman gadis yang ada d mimpiku semalam, tapi setidaknya senyumannya juga tidak kalah.
Selama perjalanan tadi kami memang tidak saling bicara,namun entah kenapa dia bisa tau namaku, dan juga tau kalau aku belum mendaftar sekolah, padahal, aku sudah pakai seragam OSIS yang sudah dibeliin emak, ya walaupun masih belum ada badge lokasi sekolah namun itu semua tertutupi jaketku, yang seharusnya aku terlihat seperti anak SMA pada umumnya.
"Kok dia bisa tau namaku ya? dan juga kok dia tau kalo aku mau daftar?
Padahal bisa jadi aku seperti anak pindahan atau gimana kek, kalau gitu kan berarti dia kenal sama aku,
tapi masalahnya dia itu siapa siih??"
sok misterius tuh cewek batinku kesal, tapi dia manis juga sih..
Setelah parkir motor aku berjalan dengan santai dan maksain buat PeDe ditengah banyak sorot mata dari siswa dan siswi tertuju padaku saat menuju Ruang PPDB.
"Assalamualaikum, kak, Minta Form Pendaftaran donk."
"Waalaikumsalam, silahkan duduk dulu".
Jawab seorang gadis cantik dari balik meja pendaftaran.
"Akbar, yang mau daftar kamu atau bukan? Kalau kamu yang daftar, silahkan diisi, ini formulirnya."
Akupun kaget, emang aku se terkenal apa? kok pagi ini aja udah ada 2 cewe cantik yang kenal sama aku, tapi aku sama sekali gak kenal mereka.
"eh, iya kak, aku yang daftar, tolong bantu ngisi form ya kak.."
jawabku aku agak sopan biar dibantu ngisi formulir pendaftaran.
"Hahaha, kok manggil aku kak sih bar? pangling ya sama aku? tambah cantik ya?". Gadis itu tertawa melihatku yang kebingungan.
"haha, enggak donk, mana bisa aku pangling sama kamu Wulan, dari dulu kamu itu gak berubah, selalu saja sok cantik."
Jawabku penuh rasa gengsi padahal aku hanya melihat sekilas nama wulan di id card petugas PPDB yang menggantung di lehernya, dan aku sama sekali tidak ingat wulan ini kenal aku dari mana??
"Heleh, Akbar, akbar gak usah pura-pura deh, dari dulu kamu yang gak berubah, sering lupa, aku apal banget kelakuanmu dari jaman SMP."
*degg aku tersenyum kecut ketahuan kalo aku pura-pura.
Aku langsung teringat kalo wulan itu pernah sekelas denganku di SMP dan dia anak yang pinter dan kalem, bukan sok cantik seperti yang aku ilang tadi.
"Hahaha, Eka Wulan Sari Binti Bapak Sumarjono?"
hahahahaha aku dan wulan tertawa bersama.
"Bar, kamu kemana aja?" kok baru mau daftar sekolah?, sayang lho, padahal kamu pinter, tapi kok ya malah putus sekolah."
"Haissh, panjang ceritanya wul, kapan-kapan aja aku ceritain sekalian kita reunian, gimana? malam minggu ini free gak?"
Aku sama Wulan emang dekat, aku juga sering godain dia dulu jaman SMP, jadi akku secara reflek godain Wulan,
Tapi yang benar-benar aku gak nyangka, Wulan berubah banget wajahnya bertambah cantik dengan balutan jilbab, soalnya dulu jaman SMP wulan anak yang tomboi, sering potong rambut model cowok.
"Heleh, gaya mau ngajak aku malem mingguan, gak takut mbak Dhewi marah po?" Tanya Wulan penasaran.
"Dhewi? siapa tuh?? gak kenal aku."
Jawabku santai, karena emang aku masih jomblo dan gak tau siapa Dhewi itu.
Tapi kok namanya familiar ya? batinku mungkin aku pernah mengenalnya dan lupa??
"Lho Kok gak kenal lagi?, amnesiamu kambuh po?
Kok yo kamu ini sering banget lupa nama orang sih? heran aku."
"Lha siapa?? aku beneran gak kenal siapa yang namanya Dhewi itu."
"Ooooh gitu, tadi pagi ngerasa ada yang bonceng motormu gak? atau jangan jangan lupa lagi?, jahat banget ya kamu bar, sama pacar sendiri pura-pura gak kenal."
....jadi cewek tadi namanya dhewi, tapi siapa dia ya? kok namanya familiar banget dan aku sama sekali gak ada bayangan pernah kenal sama dia gitu.
"oowh yang tadi itu, aku cuma ngasih dia tumpangan ke sekolah, kasihan lah dia jalan kaki sendiri."
"Asal kamu tau ya bar, mbak Dhewi itu gak mau sembarangan bonceng cowok lho, dia itu termasuk alim banget di kelasku."
"Heee.., jadi dia satu kelas sama kamu? berarti kelas 3 donk? boleh juga nih kalo kelas 1 punya gebetan kelas 3 pasti cepet tenar... hahahha"
aku ngomong asal sekenanya, untuk menghindari Wulan bahas si Dhewi itu.
"Yoowes bar, terserah kamu, Kalo udah selesai ngisi formulir, balik lagi tanggal 17 sekalian bawa persyaratan yang udah ditentuin, buat syarat ikut tes masuk."
"Oke wul, makasih bantuannya, kalo malem minggu free tak apelin ya, aku kangen sama bapakmu hahaha.."
"Owalah dasar, jangan lupa tanggal 17 tes masuk."
Jawab wulan sambil cemberut dengan imutnya.
"Oke bye, aku tak pulang dulu, salam buat pak Marjono, hahahaha."
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
- Sapardi Djoko Damono-
==========
Namaku Dhewi Nurul Aidina, lingkungan keluargaku termasuk lingkungan keluarga dengan tingkat religiius yang cukup kental, aku paling tidak suka dibilang alim, karena itu hanya bisa dinilai Oleh-Nya. Bukan dinilai dari mata manusia yang fana.
Setiap harinya tubuhku selalu tertutup jilbab syar'i, mau itu dirumah maupun di luar rumah, tubuhku selalu tertutup rapat oleh jilbab.
Dan karena tubuhku termasuk mungil maka jilbab yang aku pakai dapat menutup sampai pinggul.
Mungkin karena penampilanku itulah yang membuatku terlihat mencolok karena di kampungku masih terbilang sedikit yang menggunakan model jilbab ini.
Begitu pula dengan para lelaki, mereka menjadi terlihat menjaga jarak kepadaku, mereka semua menjadi lebih menghormatiku, mungkin ini juga pengaruh dari penampilanku.
Lalu wajahku, menurutku memang wajahku ini terlihat sedikit judes, aku juga gak tau ini efek dari jilbabku atau emang udah bawaan dari sononya.hahaha.
Namun dibalik itu aku cukup yakin dengan senyuman yang aku miliki.
Hampir semua orang yang pernah melihat senyumanku mereka akan terpana. Ya, mereka semua sering bilang kalo aku mempunyai senyuman yang manis.
Aku sekarang kelas 3 di SMA Islam Nusantara, Salah satu SMA swasta yang cukup berprestasi di kabupatenku di Jawa Tengah.
Semenjak SMP aku mulai menggunakan model jilbab ini, makanya dari SMP aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran.
Walaupun orang tuaku tidak pernah membatasiku berteman dengan siapapun entah itu cowok, cewek, muslim atau non muslim.
Selama temanku tidak menjerumuskanku ke hal-hal yang dilarang Agama, maka boleh saja berteman, alhasil aku mempunyai beberapa teman non muslim, dan kita semua saling menghormati.
Orang Tuaku hanyalah petani sederhana namun cukup dihormati oleh warga sekitar, karena Ayahku juga seorang guru ngaji yang cukup sepuh dan sering mengisi khotbah saat Sholat jum'at.
Aku anak terakhir dari 4 bersaudara, Kakak Pertamaku Bernama Anton, dia sudah menikah dan tinggal di kampung sebelah bersama istrinya.
Kakak keduaku Cewek, aku memanggilnya mbak iis, untuk perempuan seumuran dia dikampungku hanya mbak iis yang belum menikah, bukan berarti dia termasuk perawan tua, hanya saja dia mempunyai prinsip suatu saat akan menemukan jodoh yang sesuai kriterianya, yaitu sederhana, pekerja keras, dan menyayangi orang tuanya.
Dari itulah akupun meniru prinsip mbak iis.
Lalu kakak ketigaku bernama Naji, dia Orang yang paling dekat denganku walaupun kita sering berantem karena hal sepele, aku yakin itu cara dia menunjukkan rasa sayangnya untukku.
Setiap pagi aku harus berangkat ke sekolah menggunakan angkutan Umum, memang jarak dari rumahku ke sekolah terbilang jauh, perlu memakan waktu 30 menit dan baru sampai di Terminal yang paling dekat ke sekolahan.
Dari terminal aku harus jalan kaki ke sekolah dan itu memakan waktu sekitar 10 menit. Sebenarnya bisa saja dari terminal aku mencari tukang ojek untuk mengantarku ke sekolahan, namun aku juga harus menghemat uang saku untuk makan siang dan perjalanan pulangku nanti.
***
Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasanya, namun ada yang aneh, dari semalam kelopak mataku yang sebelah kanaan atas berkedut terus hingga menjelang tidur, dan pagi ini pun mataku tiba-tiba berkedut lagi.
Kalau kata ibuku itu sebuah firasat kalau aku bakal bertemu seseorang yang penting dalam hidupku, namun kata bapakku itu cuma otot yang bergerak, jangan terlalu percaya mitos, begitu tuturnya.
Sesampainya di Terminal akupun turun dari angkutan umum. dan mulai berjalan menuju sekolahku.
Langkahku terhenti di depan sebuah warung makan, aku melihat seorang pemuda yang sedang duduk santai sambil ngopi dan merokok, wajahnya seperti tak asing, namun aku lupa siapa dia, di mana kita pernah bertemu, dan kenapa sepertinya aku merasa dekat dengan pemuda itu.
Gara-gara pemuda tadi aku jadi jalan sambil kepikiran dia terus dan otomatis langkah kaki ini menjadi sedikit lambat, alhasil gerbang sekolahpun sudah tertutup rapat. Ya, aku Terlambat sekolah gara-gara mikirin cowok tadi.
Setelah menjalani ritual hukuman karena terlambat, akupun masuk kelas, baru pertama kali dalam 3 tahun SMA aku terlambat masuk kelas, akupun jadi teringat akan perkataan ibuku tadi pagi, bahwa kedutan di mataku mungkin adalah sebuah firasat untukku bertemu dengan seseorang.
Namun siapakah dia? Benarkah dia adalah seorang yang akan memberi warna di hidupku?
Hari ini aku sama sekali tidak fokus dengan semua pelajaran, aku selalu terbayang dan penasaran, siapa pemuda yang tadi pagi itu, kurang ajar banget baru pertama lihatin dia malah bikin aku gagal fokus seharian ini.
Sesampainya di rumah aku langsung mengunci diri di kamarku, akupun terbaring dengan indahnya di kasurku, sambil mmikirkan dia.
Dari penilaianku terhadap cowok aku beri nilai dia 8/10 itu dari tampangnya, dan dari fisiknya, menurutku dia tinggi, pastinya lebih tinggi dariku, dan itu aku suka. >////<
Lalu wajahnya terlihat kalem dan memancarkan aura bijaksana walaupun aku tahu dia masih seumuranku namun entah kenapa dia terlihat lebih dewasa dari umurnya, dan dari caranya berbincang dengan temannya pagi tadi aku mengetahui kalau dia pemuda yang santun, berbeda dengan temannya yang terlihat urakan. Pemuda misterius itu berbicara dan tersenyum dengan teman - temannya, dengan sangat anggun.
Setiap mengingatnya akupun jadi teringat denganpemeran utama drama korea "Goblin" (Kim Shin) yang diperankan oleh Oppa Gong Yoo.
Tak terasa siang itu aku tertidur hingga sore menjelang, mikirin cowok hingga lupa makan siang deh.
"Wiiiiie, Dhewiie, dicari Christina tuh di depan."
Ibu memanggil dari depan pintu kamarku.
"iya buk, bentar, suruh dia tunggu bentar."
Christina Destie nama sahabatku dari kecil, ya dia salah satu teman non muslimku, walaupun kami berbeda kepercayaan, namun kami tidak pernah mempermasalahkannya, kamipun tau batas-batas yang harus kami jaga ketika bersama.
"Tumben main kesini des?,"
Tanyaku menyapa desti, karena memang sudah lama dia tidak main kerumah sejak dia bersekolah di luar kota.
"Yoi nih, kan besok hari minggu dan senin libur di sekolahku."
Jawab desti sambil memasang senyum mengejek, karena dia tahu sekolahku tidak libur senin besok.
Yang namanya sekolah swasta emang gitu, suka ada kebijakan lokal yang membuat berbeda dengan sekolah yang lain.
"Eh, Wik besok siang maen anter aku ke rumah Pipin Yok?"
Pipin adalah nama sahabat Desti jaman SMP dulu kita bertiga sering main bersama. Walaupun aku dan Desti tidak satu SMP namun dia sering mengajak aku maen kerumah teman-temannya, jadi akupun punya banyak teman dari sekolah yang berbeda.
"Lah, besok kan hari minggu?, kamu gak ke gereja dulu po? Atau mau bolos lagi kayak dulu? hahaha."
"Nah makanya ku ngajaknya siangan, kan aku udah pulang dari gereja." Jawab desti dengan sok serius.
"Yo wes, besok siang kamu yang jemput aku lho yaa."
jawabku dengan gak malas, karena aku sedang kepikiran cowok yang tadi pagi.
Senyumnya sampai sekarang belum hilang dari ingatanku.
"Eh des, tadi pagi pas aku berangkat sekolah, di warung depan terminal, aku lihat cowok, dan yang bikin aku sampai sekarang kepikiran tuh keknya dia gak asing, aku pernah liat dia, tapi aku lupa dimana."
"Ganteng po?" tanya Desti dengan santainya.
"Senyumnya itu lho, mirip oppa Gong Yoo."
Jawabku sambil tersipu malu.
"Bwahahahaha, sejak kapan kamu mulai suka sama cowok?"
Desti tidak bisa menahan tawanya karena dia tahu kalau aku dari SMP termasuk cuek urusan dengan cowok.
Aku tidak tahu kalau ternyata ibuku mendengar ceritaku sama desti.
"Tuh, kan? Bener apa yang ibuk bilang, kalau kelopak mata sebelah kanan berkedut lama, itu artinya kamu bakal ketemu seseorang yang udah lama banget kamu gak liat, dan mungkin orang itu juga bakal merubah jalan hidupmu."
"Ciyeeee, Dhewi udah mulai kenal cowok niiih..."
Ejek Desti sambil ketawa
"Gak papa kok wie..., kalo emang cowok itu cowok yang bener, ibuk setuju aja, asal dia orang yang bertanggung jawab kayak bapakmu itu."
////flussh tiba-tiba mukaku memerah mendengar perkataan ibuku barusan.
"Noh ibukmu dah setuju wik, tinggal kamunya, bisa ingat gak dia siapa, gak lucu kan kalau kamu pacaran sama cowok yang random??hahaha..."
Desti masih mengejekku, lalu dia berpamitan karena hari sudah semakin sore.
Keesokan harinya di rumah Pipin.
Aku terakhir main ke rumah pipin itu kalau gak salah kelas 3 SMP, rumahnya masih tampak sama seperti dulu. hanya kursi sofanya yang terlihat baru.
Aku memandangi gitar akustik milik Pipin yang tergantung di pojok ruang tamu.
Tiba-tiba terbesit sebuah kenangan dari jaman SMP saat ku memandangi gitar itu, rasanya ada hubungan khusus dengan pemuda kemarin yang aku lihat.
"itu gitar yang dulu itu kan pin?"
Tanyaku pada Pipin memastikan ingatanku.
"Ho'oh, gitar jaman SMP, dulu bapak beliin aku gitar untuk tugas sekolah,
haha sampai sekarangpun aku gak bisa main gitar."
Jawab Pipin dengan senyum ramah.
Pipin memang gadis yang ramah, dia selalu tersenyum kepada siapapun, terdapat bekas luka di bawah mata pipin, namun bekas luka itu tidak membuat wajahnya nampak seram, bahkan sebaliknya dia terlihat sangat manis, apalagi dengan senyuman ramahnya. kalau aku cowok, mungkin aku sudah naksir sama Pipin.
"Emang kenapa tho wik? kok kamu tiba-tiba nanyain gitar itu?"
Tanya Pipin kepadaku, Desti pun terlihat sama penasarannya.
"Nggak kok, tapi rasanya gitar itu ada hubungan khusus dengan cowok yang kemarin aku lihat di Terminal."
"Hahahahahahahaha....."
Tiba-tiba Desti tertawa dan menepuk punggungku dengan keras.
"Cowok??"
Tanya Pipin dengan penasaran karena melihat reaksi Desti yang tertawa.
"Jadi gini pin, saudari kita si kuwik ini lagi jatuh cinta pada pandangan pertama, sama cowok random yang dia lihat di Terminal pas mau berangkat sekolah kemaren, dari kemaren dari pulang sekolah kepikiran terus sama cowok yang mirip Gong Yoo katanya."
Jawab desti sambil menepuk-nepuk punggungku.
"Gong Yoo?? Kim Shin??"
Tanya Pipin sambil menatap penasaran ke arahku.
"Random Gundulmu des, ancene bedhes arek iki"
Jawabku sambil sedikit mengumpat kepada desti yang selalu mengejekku, memang dari dulu kita punya panggilan khusus,
aku memanggilnya bedhes (monyet) bahasa Jawa Timuran karena memang dulu aku pernah tinggal di Malang Jawa Timur, lalu si Desti sering memanggilku dengan sebutan kuwik (quick) karena walaupun aku cewek aku mempunyai kecepatan lari diatas rata-rata cewek seumuranku, apalagi kalau pas maling mangga di rumah tetangga.
Dulu jaman kecil aku dan desti sering dimarahi tetangga karena aku ikut-ikutan maling mangga bareng anak anak cowok.
Tapi itu dulu yaa, sekarang aku udah tobat gak maling mangga lagi hehehe.
"Iya pin, senyumnya itu lho mirip banget sama oppa Gong Yoo."
Jawabku sambil sedikit malu.
"Terus, apa hubungannya gitar ini sama oppa?" tanya Pipin sambil tersenyum melihatku yang malu-malu
"Gak tau pin rasanya gitar ini ada hubungan khusus sama oppa."
Akupun teringat bayangan masa lalu ada dua orang cowok yang pernah pinjam gitar ini, yang satu gemuk tinggi, yang satu kurus tinggi, dan aku merasa yakin cowok kurus itulah pemuda yang aku lihat di depan terminal pagi itu.
"Dulu jaman SMP aku sama desti pernah maen kesini, trus ada dua cowok, yang satu gendut tinggi, yang satu kurus tinggi, mereka pinjam gitarmu ini pin, dan aku yakin cowok yang kurus itulah yang senyumnya mirip oppa. Kamu inget gak pin?"
Tanyaku penuh harap agar Pipin mengingat juga.
....... Pipin dan Desti terdiam agak lama, mencoba mengingat kembali kenangan gak penting bagi mereka, tapi itu cukup penting buatku. Dan aku cukup yakin dengan kekuatan memori mereka, secara mereka adalag bintang kelas dari jaman SMP.
Mereka selalu menduduki rangking 5 besar di kelasnya. Walaupun aku juga sama, namun bedanya mereka bersekolah di SMP Negeri 01, dimana SMP tersebut adalah SMP favorit , sementara aku hanya bersekolah di SMP Negeri 03 yang tentu saja saingan kelasnya beda jauh dengan SMP favorit.
"Hahahahahaha...."
Akhirnya Desti yang pertama memecah kesunyian dengan tawanya yang gurih kayak keripik singkong.
"Owalah.. kuwik kuwik... aku dah ingat siapa mereka"
Jawab desti dengan senyum penuh makna kepadaku.
"Siapa dhes?? tanya Pipin kepada Desti karena diapun penasaran, karena sebagai pemilik gitar itu namun dia tidak berhasil mengingatnya.
"itu lho, si Sukma sama Akbar, aku cukup yakin itu mereka, karena dulu jaman SMP aku cuma beberapa kali ngajakin dhewi kesini, dan pernah sekali mergokin sukma ngapelin kamu, dia minta diantar sama Akbar, dan pas aku kesini itu, si Akbar lagi maenin gitarmu, mungkin disuruh si Sukma buat nambahin rasa romantis pas ngapelin kamu."
"Hahahaha bener.. bener.. aku ingat jaman itu.."
Jawab Pipin sambil senyum senyum sendiri teringat jaman dulu,
si Sukma suka sama dia, Tapi sedikitpun Pipin tidak pernah memikirkan mau pacaran sama si sukma, karena Pipin ada Janji dengan Bapaknya kalau dia Gak akan Pacaran sebelum lulus SMA.
"Aku emang setuju kalau senyum si Akbar emang cukup imut, tapi kalau dia mirip sama oppa Gong Yoo kayaknya aku gak setuju deh, dia kurus banget dulu, gak tau ding kalau sekarang dia tambah ganteng. "
Jawab Pipin sambil tersenyum penuh makna kepadaku.
"Hahahaha... si Akbar sama GongYoo, Jauh donk wiiik, Matamu mulai bermasalah ya?"
Ejek Desti
"Jangan gitu lah dhes, yang namanya orang jatuh cinta tuh ya, ibarat *** Kucing Rasa Coklat."
Pipin membelaku, namun aku tau dia ikut-ikutan Desti mengejekku.
Dari mereka aku tau kalau ternyata Akbar satu kelas sama mereka dan juga ternyata Akbar itu cukup pintar di kalangan cowok, dia sering masuk rangking sepuluh besar di kelasnya yang berisi murid-murid pilihan. Namanya juga SMP favorit pasti saingannya berat.
Akupun sedikit kaget mendengar cerita mereka saat ternyata Akbar tidak melanjutkan sekolah dan harus bekerja di Jakarta untuk membiayai sekolah adiknya.
Pipin menceritakan kalau dia belum lama ini bertemu dengan tetangga Akbar yang juga teman seangkatan jaman SMPnya itu bercerita tentang keadaan Akbar saat ini.
Kami bertiga terdiam cukup lama setelah Pipin selelsai menceritakan keadaan Akbar, aku tau diusia yang masih sangat belia itu, Akbar sudah diberi beban tanggung jawab yang besar untuk anak seumurannya.
Namun dibalik rasa iba ini, terdapat rasa bangga yang muncul dari dalam hatiku, karena aku yakin kalau Akbar termasuk pemuda yang bertanggung jawab.
"Noh, oppa Gong Yoomu itu kayaknya cocok sama syarat dari ibukmu."
Tiba-tiba Desti memecah kesunyian dengan ejekan yang tertuju kepadaku.
Pipin Tersenyum penuh makna, sementara Desti dengan puas dia mengejekku yang sedang jatuh cinta ini.
***
Senin besok adalah hari pertama pendaftaran di SMA Islam Nusantara, walaupun aku bukan seorang anggota OSIS, namun aku sering dimintai tolong oleh guru, entah untuk sekedar menjaga koperasi sekolah, mengabsen siswa yang datang terlambat, bahkan besok aku diminta untuk membantu di Pos Penerimaan Peserta Didik Baru.
Dan Besok Senin adalah hari pertamaku piket bersama Wulan, teman sekelasku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!