“aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
- Sapardi Djoko Damono-
==========
Namaku Dhewi Nurul Aidina, lingkungan keluargaku termasuk lingkungan keluarga dengan tingkat religiius yang cukup kental, aku paling tidak suka dibilang alim, karena itu hanya bisa dinilai Oleh-Nya. Bukan dinilai dari mata manusia yang fana.
Setiap harinya tubuhku selalu tertutup jilbab syar'i, mau itu dirumah maupun di luar rumah, tubuhku selalu tertutup rapat oleh jilbab.
Dan karena tubuhku termasuk mungil maka jilbab yang aku pakai dapat menutup sampai pinggul.
Mungkin karena penampilanku itulah yang membuatku terlihat mencolok karena di kampungku masih terbilang sedikit yang menggunakan model jilbab ini.
Begitu pula dengan para lelaki, mereka menjadi terlihat menjaga jarak kepadaku, mereka semua menjadi lebih menghormatiku, mungkin ini juga pengaruh dari penampilanku.
Lalu wajahku, menurutku memang wajahku ini terlihat sedikit judes, aku juga gak tau ini efek dari jilbabku atau emang udah bawaan dari sononya.hahaha.
Namun dibalik itu aku cukup yakin dengan senyuman yang aku miliki.
Hampir semua orang yang pernah melihat senyumanku mereka akan terpana. Ya, mereka semua sering bilang kalo aku mempunyai senyuman yang manis.
Aku sekarang kelas 3 di SMA Islam Nusantara, Salah satu SMA swasta yang cukup berprestasi di kabupatenku di Jawa Tengah.
Semenjak SMP aku mulai menggunakan model jilbab ini, makanya dari SMP aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran.
Walaupun orang tuaku tidak pernah membatasiku berteman dengan siapapun entah itu cowok, cewek, muslim atau non muslim.
Selama temanku tidak menjerumuskanku ke hal-hal yang dilarang Agama, maka boleh saja berteman, alhasil aku mempunyai beberapa teman non muslim, dan kita semua saling menghormati.
Orang Tuaku hanyalah petani sederhana namun cukup dihormati oleh warga sekitar, karena Ayahku juga seorang guru ngaji yang cukup sepuh dan sering mengisi khotbah saat Sholat jum'at.
Aku anak terakhir dari 4 bersaudara, Kakak Pertamaku Bernama Anton, dia sudah menikah dan tinggal di kampung sebelah bersama istrinya.
Kakak keduaku Cewek, aku memanggilnya mbak iis, untuk perempuan seumuran dia dikampungku hanya mbak iis yang belum menikah, bukan berarti dia termasuk perawan tua, hanya saja dia mempunyai prinsip suatu saat akan menemukan jodoh yang sesuai kriterianya, yaitu sederhana, pekerja keras, dan menyayangi orang tuanya.
Dari itulah akupun meniru prinsip mbak iis.
Lalu kakak ketigaku bernama Naji, dia Orang yang paling dekat denganku walaupun kita sering berantem karena hal sepele, aku yakin itu cara dia menunjukkan rasa sayangnya untukku.
Setiap pagi aku harus berangkat ke sekolah menggunakan angkutan Umum, memang jarak dari rumahku ke sekolah terbilang jauh, perlu memakan waktu 30 menit dan baru sampai di Terminal yang paling dekat ke sekolahan.
Dari terminal aku harus jalan kaki ke sekolah dan itu memakan waktu sekitar 10 menit. Sebenarnya bisa saja dari terminal aku mencari tukang ojek untuk mengantarku ke sekolahan, namun aku juga harus menghemat uang saku untuk makan siang dan perjalanan pulangku nanti.
***
Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasanya, namun ada yang aneh, dari semalam kelopak mataku yang sebelah kanaan atas berkedut terus hingga menjelang tidur, dan pagi ini pun mataku tiba-tiba berkedut lagi.
Kalau kata ibuku itu sebuah firasat kalau aku bakal bertemu seseorang yang penting dalam hidupku, namun kata bapakku itu cuma otot yang bergerak, jangan terlalu percaya mitos, begitu tuturnya.
Sesampainya di Terminal akupun turun dari angkutan umum. dan mulai berjalan menuju sekolahku.
Langkahku terhenti di depan sebuah warung makan, aku melihat seorang pemuda yang sedang duduk santai sambil ngopi dan merokok, wajahnya seperti tak asing, namun aku lupa siapa dia, di mana kita pernah bertemu, dan kenapa sepertinya aku merasa dekat dengan pemuda itu.
Gara-gara pemuda tadi aku jadi jalan sambil kepikiran dia terus dan otomatis langkah kaki ini menjadi sedikit lambat, alhasil gerbang sekolahpun sudah tertutup rapat. Ya, aku Terlambat sekolah gara-gara mikirin cowok tadi.
Setelah menjalani ritual hukuman karena terlambat, akupun masuk kelas, baru pertama kali dalam 3 tahun SMA aku terlambat masuk kelas, akupun jadi teringat akan perkataan ibuku tadi pagi, bahwa kedutan di mataku mungkin adalah sebuah firasat untukku bertemu dengan seseorang.
Namun siapakah dia? Benarkah dia adalah seorang yang akan memberi warna di hidupku?
Hari ini aku sama sekali tidak fokus dengan semua pelajaran, aku selalu terbayang dan penasaran, siapa pemuda yang tadi pagi itu, kurang ajar banget baru pertama lihatin dia malah bikin aku gagal fokus seharian ini.
Sesampainya di rumah aku langsung mengunci diri di kamarku, akupun terbaring dengan indahnya di kasurku, sambil mmikirkan dia.
Dari penilaianku terhadap cowok aku beri nilai dia 8/10 itu dari tampangnya, dan dari fisiknya, menurutku dia tinggi, pastinya lebih tinggi dariku, dan itu aku suka. >////<
Lalu wajahnya terlihat kalem dan memancarkan aura bijaksana walaupun aku tahu dia masih seumuranku namun entah kenapa dia terlihat lebih dewasa dari umurnya, dan dari caranya berbincang dengan temannya pagi tadi aku mengetahui kalau dia pemuda yang santun, berbeda dengan temannya yang terlihat urakan. Pemuda misterius itu berbicara dan tersenyum dengan teman - temannya, dengan sangat anggun.
Setiap mengingatnya akupun jadi teringat denganpemeran utama drama korea "Goblin" (Kim Shin) yang diperankan oleh Oppa Gong Yoo.
Tak terasa siang itu aku tertidur hingga sore menjelang, mikirin cowok hingga lupa makan siang deh.
"Wiiiiie, Dhewiie, dicari Christina tuh di depan."
Ibu memanggil dari depan pintu kamarku.
"iya buk, bentar, suruh dia tunggu bentar."
Christina Destie nama sahabatku dari kecil, ya dia salah satu teman non muslimku, walaupun kami berbeda kepercayaan, namun kami tidak pernah mempermasalahkannya, kamipun tau batas-batas yang harus kami jaga ketika bersama.
"Tumben main kesini des?,"
Tanyaku menyapa desti, karena memang sudah lama dia tidak main kerumah sejak dia bersekolah di luar kota.
"Yoi nih, kan besok hari minggu dan senin libur di sekolahku."
Jawab desti sambil memasang senyum mengejek, karena dia tahu sekolahku tidak libur senin besok.
Yang namanya sekolah swasta emang gitu, suka ada kebijakan lokal yang membuat berbeda dengan sekolah yang lain.
"Eh, Wik besok siang maen anter aku ke rumah Pipin Yok?"
Pipin adalah nama sahabat Desti jaman SMP dulu kita bertiga sering main bersama. Walaupun aku dan Desti tidak satu SMP namun dia sering mengajak aku maen kerumah teman-temannya, jadi akupun punya banyak teman dari sekolah yang berbeda.
"Lah, besok kan hari minggu?, kamu gak ke gereja dulu po? Atau mau bolos lagi kayak dulu? hahaha."
"Nah makanya ku ngajaknya siangan, kan aku udah pulang dari gereja." Jawab desti dengan sok serius.
"Yo wes, besok siang kamu yang jemput aku lho yaa."
jawabku dengan gak malas, karena aku sedang kepikiran cowok yang tadi pagi.
Senyumnya sampai sekarang belum hilang dari ingatanku.
"Eh des, tadi pagi pas aku berangkat sekolah, di warung depan terminal, aku lihat cowok, dan yang bikin aku sampai sekarang kepikiran tuh keknya dia gak asing, aku pernah liat dia, tapi aku lupa dimana."
"Ganteng po?" tanya Desti dengan santainya.
"Senyumnya itu lho, mirip oppa Gong Yoo."
Jawabku sambil tersipu malu.
"Bwahahahaha, sejak kapan kamu mulai suka sama cowok?"
Desti tidak bisa menahan tawanya karena dia tahu kalau aku dari SMP termasuk cuek urusan dengan cowok.
Aku tidak tahu kalau ternyata ibuku mendengar ceritaku sama desti.
"Tuh, kan? Bener apa yang ibuk bilang, kalau kelopak mata sebelah kanan berkedut lama, itu artinya kamu bakal ketemu seseorang yang udah lama banget kamu gak liat, dan mungkin orang itu juga bakal merubah jalan hidupmu."
"Ciyeeee, Dhewi udah mulai kenal cowok niiih..."
Ejek Desti sambil ketawa
"Gak papa kok wie..., kalo emang cowok itu cowok yang bener, ibuk setuju aja, asal dia orang yang bertanggung jawab kayak bapakmu itu."
////flussh tiba-tiba mukaku memerah mendengar perkataan ibuku barusan.
"Noh ibukmu dah setuju wik, tinggal kamunya, bisa ingat gak dia siapa, gak lucu kan kalau kamu pacaran sama cowok yang random??hahaha..."
Desti masih mengejekku, lalu dia berpamitan karena hari sudah semakin sore.
Keesokan harinya di rumah Pipin.
Aku terakhir main ke rumah pipin itu kalau gak salah kelas 3 SMP, rumahnya masih tampak sama seperti dulu. hanya kursi sofanya yang terlihat baru.
Aku memandangi gitar akustik milik Pipin yang tergantung di pojok ruang tamu.
Tiba-tiba terbesit sebuah kenangan dari jaman SMP saat ku memandangi gitar itu, rasanya ada hubungan khusus dengan pemuda kemarin yang aku lihat.
"itu gitar yang dulu itu kan pin?"
Tanyaku pada Pipin memastikan ingatanku.
"Ho'oh, gitar jaman SMP, dulu bapak beliin aku gitar untuk tugas sekolah,
haha sampai sekarangpun aku gak bisa main gitar."
Jawab Pipin dengan senyum ramah.
Pipin memang gadis yang ramah, dia selalu tersenyum kepada siapapun, terdapat bekas luka di bawah mata pipin, namun bekas luka itu tidak membuat wajahnya nampak seram, bahkan sebaliknya dia terlihat sangat manis, apalagi dengan senyuman ramahnya. kalau aku cowok, mungkin aku sudah naksir sama Pipin.
"Emang kenapa tho wik? kok kamu tiba-tiba nanyain gitar itu?"
Tanya Pipin kepadaku, Desti pun terlihat sama penasarannya.
"Nggak kok, tapi rasanya gitar itu ada hubungan khusus dengan cowok yang kemarin aku lihat di Terminal."
"Hahahahahahahaha....."
Tiba-tiba Desti tertawa dan menepuk punggungku dengan keras.
"Cowok??"
Tanya Pipin dengan penasaran karena melihat reaksi Desti yang tertawa.
"Jadi gini pin, saudari kita si kuwik ini lagi jatuh cinta pada pandangan pertama, sama cowok random yang dia lihat di Terminal pas mau berangkat sekolah kemaren, dari kemaren dari pulang sekolah kepikiran terus sama cowok yang mirip Gong Yoo katanya."
Jawab desti sambil menepuk-nepuk punggungku.
"Gong Yoo?? Kim Shin??"
Tanya Pipin sambil menatap penasaran ke arahku.
"Random Gundulmu des, ancene bedhes arek iki"
Jawabku sambil sedikit mengumpat kepada desti yang selalu mengejekku, memang dari dulu kita punya panggilan khusus,
aku memanggilnya bedhes (monyet) bahasa Jawa Timuran karena memang dulu aku pernah tinggal di Malang Jawa Timur, lalu si Desti sering memanggilku dengan sebutan kuwik (quick) karena walaupun aku cewek aku mempunyai kecepatan lari diatas rata-rata cewek seumuranku, apalagi kalau pas maling mangga di rumah tetangga.
Dulu jaman kecil aku dan desti sering dimarahi tetangga karena aku ikut-ikutan maling mangga bareng anak anak cowok.
Tapi itu dulu yaa, sekarang aku udah tobat gak maling mangga lagi hehehe.
"Iya pin, senyumnya itu lho mirip banget sama oppa Gong Yoo."
Jawabku sambil sedikit malu.
"Terus, apa hubungannya gitar ini sama oppa?" tanya Pipin sambil tersenyum melihatku yang malu-malu
"Gak tau pin rasanya gitar ini ada hubungan khusus sama oppa."
Akupun teringat bayangan masa lalu ada dua orang cowok yang pernah pinjam gitar ini, yang satu gemuk tinggi, yang satu kurus tinggi, dan aku merasa yakin cowok kurus itulah pemuda yang aku lihat di depan terminal pagi itu.
"Dulu jaman SMP aku sama desti pernah maen kesini, trus ada dua cowok, yang satu gendut tinggi, yang satu kurus tinggi, mereka pinjam gitarmu ini pin, dan aku yakin cowok yang kurus itulah yang senyumnya mirip oppa. Kamu inget gak pin?"
Tanyaku penuh harap agar Pipin mengingat juga.
....... Pipin dan Desti terdiam agak lama, mencoba mengingat kembali kenangan gak penting bagi mereka, tapi itu cukup penting buatku. Dan aku cukup yakin dengan kekuatan memori mereka, secara mereka adalag bintang kelas dari jaman SMP.
Mereka selalu menduduki rangking 5 besar di kelasnya. Walaupun aku juga sama, namun bedanya mereka bersekolah di SMP Negeri 01, dimana SMP tersebut adalah SMP favorit , sementara aku hanya bersekolah di SMP Negeri 03 yang tentu saja saingan kelasnya beda jauh dengan SMP favorit.
"Hahahahahaha...."
Akhirnya Desti yang pertama memecah kesunyian dengan tawanya yang gurih kayak keripik singkong.
"Owalah.. kuwik kuwik... aku dah ingat siapa mereka"
Jawab desti dengan senyum penuh makna kepadaku.
"Siapa dhes?? tanya Pipin kepada Desti karena diapun penasaran, karena sebagai pemilik gitar itu namun dia tidak berhasil mengingatnya.
"itu lho, si Sukma sama Akbar, aku cukup yakin itu mereka, karena dulu jaman SMP aku cuma beberapa kali ngajakin dhewi kesini, dan pernah sekali mergokin sukma ngapelin kamu, dia minta diantar sama Akbar, dan pas aku kesini itu, si Akbar lagi maenin gitarmu, mungkin disuruh si Sukma buat nambahin rasa romantis pas ngapelin kamu."
"Hahahaha bener.. bener.. aku ingat jaman itu.."
Jawab Pipin sambil senyum senyum sendiri teringat jaman dulu,
si Sukma suka sama dia, Tapi sedikitpun Pipin tidak pernah memikirkan mau pacaran sama si sukma, karena Pipin ada Janji dengan Bapaknya kalau dia Gak akan Pacaran sebelum lulus SMA.
"Aku emang setuju kalau senyum si Akbar emang cukup imut, tapi kalau dia mirip sama oppa Gong Yoo kayaknya aku gak setuju deh, dia kurus banget dulu, gak tau ding kalau sekarang dia tambah ganteng. "
Jawab Pipin sambil tersenyum penuh makna kepadaku.
"Hahahaha... si Akbar sama GongYoo, Jauh donk wiiik, Matamu mulai bermasalah ya?"
Ejek Desti
"Jangan gitu lah dhes, yang namanya orang jatuh cinta tuh ya, ibarat *** Kucing Rasa Coklat."
Pipin membelaku, namun aku tau dia ikut-ikutan Desti mengejekku.
Dari mereka aku tau kalau ternyata Akbar satu kelas sama mereka dan juga ternyata Akbar itu cukup pintar di kalangan cowok, dia sering masuk rangking sepuluh besar di kelasnya yang berisi murid-murid pilihan. Namanya juga SMP favorit pasti saingannya berat.
Akupun sedikit kaget mendengar cerita mereka saat ternyata Akbar tidak melanjutkan sekolah dan harus bekerja di Jakarta untuk membiayai sekolah adiknya.
Pipin menceritakan kalau dia belum lama ini bertemu dengan tetangga Akbar yang juga teman seangkatan jaman SMPnya itu bercerita tentang keadaan Akbar saat ini.
Kami bertiga terdiam cukup lama setelah Pipin selelsai menceritakan keadaan Akbar, aku tau diusia yang masih sangat belia itu, Akbar sudah diberi beban tanggung jawab yang besar untuk anak seumurannya.
Namun dibalik rasa iba ini, terdapat rasa bangga yang muncul dari dalam hatiku, karena aku yakin kalau Akbar termasuk pemuda yang bertanggung jawab.
"Noh, oppa Gong Yoomu itu kayaknya cocok sama syarat dari ibukmu."
Tiba-tiba Desti memecah kesunyian dengan ejekan yang tertuju kepadaku.
Pipin Tersenyum penuh makna, sementara Desti dengan puas dia mengejekku yang sedang jatuh cinta ini.
***
Senin besok adalah hari pertama pendaftaran di SMA Islam Nusantara, walaupun aku bukan seorang anggota OSIS, namun aku sering dimintai tolong oleh guru, entah untuk sekedar menjaga koperasi sekolah, mengabsen siswa yang datang terlambat, bahkan besok aku diminta untuk membantu di Pos Penerimaan Peserta Didik Baru.
Dan Besok Senin adalah hari pertamaku piket bersama Wulan, teman sekelasku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
nEVe®_ENd
apek iki ceritane 😊
2020-08-02
0
Sept September
jempollll
2020-07-29
0
🎀√Ratu Preman🎁🎀
tinggalk jejek dulu thor😂😂
2020-05-04
2