When My Love Bloom
Menjadi pimpinan tertinggi sebuah bisnis perhotelan adalah cita-cita dan impian bagi seorang Raffael Saputra. Di usianya yang baru menginjak 29 tahun, tetapi kiprahnya di bisnis perhotelan tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia begitu jeli melihat peluang yang ada dan mengembangkannya ke berbagai bidang yang menguntungkan untuk perusahaan keluarganya, Saputra Corp.
Kejeliannya dalam bisnis tidak kalah jauh dari Papanya, Wijaya Saputra yang sudah malang melintang di dunia perhotelan. Kegigihan dan perjuangan mengantarkan Saputra Corp menjadi salah satu bisnis perhotelan yang berkembang di Ibu Kota dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
Kemampuan Raffael dalam mengelola bisnisnya didukung oleh pendidikan yang ia dapatkan secara khusus untuk mempelajari bisnis perhotelan di Cornell University School of Hotel Administration, New York, Amerika Serikat. Cornell University adalah salah satu lembaga perhotelan yang terbaik di Amerika Serikat, bahkan di dunia. Keunggulan Universitas ini adalah mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi mereka akan langsung terjun di lapangan melakukan praktik secara nyata di Stalker Hotel. Selain itu, Cornell University juga memiliki 200 perusahaan yang siap merekrut lulusan terbaik dan unggulan. Di Stalker Hotel, semua mahasiswa dapat merasakan secara langsung bagaimana kerja di perhotelan dan mendapatkan konsep nyata menjalankan bisnis dan administrasi perhotelan. Maka dari itu, kemampuan Raffael tidak perlu diragukan lagi karena selama menempuh pendidikan di sana, ia sudah merasakan sendiri bagaimana caranya menjalankan bisnis keluarganya, berbekal pengalaman yang didapatkan ketika mengikuti praktik di Stalker Hotel.
Sekembalinya dari Amerika Serikat, Raffael dipercaya oleh Papanya untuk mengelola salah satu hotel yang berada di Jakarta.
***
5 tahun lalu
“Selamat datang kembali ke Indonesia, Raffa. Papa dan Mama sangat bangga padamu. Kamu bisa menyelesaikan kuliahmu dengan baik dan pengalamanmu di Cornell University dan tentunya praktik lapangan di Hotel Stalker itu sangat bermanfaat untuk bisnis perhotelan kita.” Sambut kedua orang tua Raffa ketika menyambut kepulangan anaknya setelah selesai wisuda dari Cornell University.
“Terima kasih Papa dan Mama. Aku bisa sejauh ini karena Papa dan Mama yang juga selalu mendukungku untuk belajar sebaik mungkin di sana.”
Tampak rasa bangga sekaligus bahagia di wajah kedua orang tua Raffael. Ketika mereka mengikhlaskan anak bungsunya yang telah lulus SMA di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri adalah waktu yang berat. Terlebih bagi Ratna, yang merupakan Mama dari Raffael. Dia mengalami kesedihan berminggu-minggu karena rindu dengan bungsunya yang kini harus belajar sebaik mungkin dan hidup jauh di luar negeri sebagai orang asing. Bayang-bayang bagaimana bungsunya itu akan kesepian, beradaptasi dengan makanan di sana, mencari teman baru, benar-benar menjadi kesedihan yang teramat sangat bagi Ratna. Apalagi selama ini, anak bungsunya adalah tipe anak yang cukup dingin, temannya di Jakarta saja hanya segelintir, bagaimana ketika di Amerika nanti, bisakah Raffa menjalin pertemanan selama di sana dan tidak merasa kesepian selama jauh dari keluarganya.
Kepribadian Raffael memang bertolak belakang dengan Kakaknya, Marcell Saputra yang merupakan pribadi yang ceria, mudah bergaul, dan hangat. Sementara, Raffael justru memiliki kepribadian yang dingin dan tertutup, tidak mudah bagi Raffael untuk menjalin pertemanan dengan orang lain. Karena itulah, Mama Ratna begitu sedih setiap kali mengingat Raffael yang masih muda harus sekolah di luar negeri.
“Selamat Raffa, Mama bangga padamu. Kamu sudah berhasil menyelesaikan pendidikanmu. Rasanya baru kemarin Mama bersedih karena kamu ingin kuliah di luar negeri, dan kini kamu kembali dengan hasil yang memuaskan. Kamu memang kebanggaan Mama.” Ucap Ratna dengan memeluk dengan penuh rasa bangga kepada anaknya itu.
Tidak berselang lama, pasca kepulangan Raffael ke Indonesia, Papa nya yakni Wijaya Saputra langsung memberikan kepercayaan kepada Raffa untuk menjadi Pemimpin Tertinggi di Paradise Hotel, hotel yang baru saja dibangun oleh Saputra Corps di Jakarta.
Dan, dalam jangka waktu 5 tahun kariernya di bisnis perhotelan telah menunjukkan hasil, ia telah menjadi salah satu pemimpin muda yang begitu segani. Beberapa kali wajahnya menghiasi sampul majalah bisnis di Indonesia. Kepandaian, kejelian, dan kerja kerasnya tidak perlu diragukan lagi. Dia bekerja penuh dedikasi, tidak hanya sebatas menumpang nama besar Papanya. Raffael benar-benar membuktikan bahwa ia adalah orang yang memiliki kompetensi untuk bisa membawa bisnisnya semakin maju dan meraih keuntungan.
Tentu keberhasilan yang Raffael dapatkan tidak hanya karena kerja kerasnya sendiri, tapi juga kerja sama tim yang sama-sama memiliki tujuan untuk meraih kesuksesan bersama. Dalam kepemimpinannya, Raffael dibantu oleh sekretarisnya yang siap bekerja tanpa kenal lelah yaitu Clara Ariella. Dia juga menempatkan Rino Mahendra, teman sekuliahnya di Cornell University sebagai Executive Assistance Manager. Selain itu, terdapat kepala-kepala divisi yang bekerja dengan penuh dedikasi untuk kemajuan Paradise Hotel itu.
Maka memang benarlah orang berkata, “the rights man in the rights place” itu benar-benar hal yang luar biasa berdampak. Sekalipun Raffael masih muda, tapi dengan menempatkan orang-orang yang tepat di posisi kepemimpinan yang tepat justru membawa kemajuan yang sangat baik untuk hotel yang dikelolanya.
“teeettt.... “ sambungan interkom berbunyi.
“Clara, tolong bawakan agendaku untuk kegiatan selama seminggu ini. Tambahkan pengingat juga di kalender digitalku untuk kegiatan penting dalam satu minggu ini ya.” Ucap Raffael dengan memencet tombol interkom di meja kerjanya kepada sekretarisnya yang duduk di depan pintu ruangannya yang terlihat melalui kaca pembatas di ruangan itu.
Tanpa menunggu lama, Clara Ariella yang merupakan sekretaris Raffael itu membawa tablet di tangannya dan bergegas masuk ke ruangan Boss-nya itu.
“Permisi Pak, ini adalah jadwal Bapak untuk seminggu ke depan.” Ucap Clara sembari menyerahkan tablet di tangannya kepada Raffael yang duduk di meja kerjanya.
“Dalam satu minggu ini tidak ada pertemuan penting, Pak. Hanya akan ada pertemuan dengan Papa Anda di Bogor hari Jumat depan.” Sambung Clara menambahkan informasi kepada Raffael.
“Ah, iya. Saya sampai lupa kalau minggu depan harus menemui Papa. Tolong sebelum hari jumat, kamu ingatkan saya lagi ya Clara, Terima kasih.” Sahut Raffael yang benar-benar lupa untuk menemui Papanya, minggu depan di Bogor.
“Baik Pak, saya akan mengingatkan Bapak kembali. Jika sudah, saya mohon permisi ya Pak.”
Kemudian Clara meninggalkan ruangan Bossnya dan kembali ke meja kerjanya untuk memasukkan agenda si Boss di kalender digitalnya. Tidak lupa, Clara mengatur fitur pengingat di kalender digital itu supaya Raffael tidak akan terlupa.
Bagi Clara kerja dengan dedikasi tinggi adalah tujuan hidupnya. Sebisa mungkin ia akan membantu atasannya dengan segenap jiwa dan raga. Bahkan lembur di akhir pekan, seringkali menjadi kegiatan yang cukup sering Clara lakukan untuk mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan langsung dengan atasannya, Raffael Saputra. Selain itu, sebagai sekretaris sering kali Clara juga harus menemani atasannya untuk menghadiri acara-acara penting. Clara benar-benar wanita karier yang sibuk dan juga sangat kompeten. Gadis berusia 26 tahun ini, seakan lupa bahwa ia juga memiliki kehidupan pribadi, hampir selama 5 tahun, dia mendedikasikan hidupnya tanpa lelah untuk bekerja.
**
Hai Readers,
Ketemu lagi di karya selanjutnya.
Kali ini tentang menyadari perasaan dalam waktu yang lama.
Jangan lupa Love nya ya..
Like & Vote juga..
Happy Reading🥰🧡🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
anypuji
Rafael Clara ortunya Andrea bukan ya kak
2024-05-17
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-09-28
0
Azka Aisyah Kosmetik
mampir thor
2022-01-30
1