Perjalanan ke Bogor

“Sudah siapkan Clara? Kita akan berangkat segera, supaya tidak terkena macet di Jalan.” Sapa Raffael mendatangi meja kerja Clara.

“Ah, iya Pak. Tolong tunggu 5 menit lagi ya Pak, saya akan rapikan meja saya dan mematikan PC ini. Apakah ada yang perlu saya bantu Pak?” Tanya Clara memastikan apakah atasannya memerlukan bantuannya.

“Hmm, tidak. Baiklah kamu selesaikan saja dulu, santai saja. Saya akan kembali ke dalam.” Raffael berlalu dari depan meja sekretarisnya dan kembali ke ruangannya.

Akhirnya Clara menyusun kembali berkas di mejanya, peralatan menulis ia rapikan, dan ia mulai mematikan PC nya. Tidak lupa, ia memasukkan tablet ke tas kerjanya, karena dia tetap bisa memantau pekerjaan dari tabletnya.

“Permisi Pak, saya sudah selesai Pak.” Sapa Clara ketika memasuki ruangan kerja Raffael.

“Oke, baiklah. Ayo kita turun segera, dan kabari Pak Hermawan untuk siap di Lobby.” Ucap Raffael sembari melangkahkan kakinya meninggalnya ruangannya.

Clara berjalan di belakang Raffael, dia memegang tas kerjanya di tangan kirinya dan ia segera membuka handphone untuk menelpon Pak Hermawan, Supir pribadi Raffael.

“Halo, Selamat Siang Pak Hermawan. Saya Clara, tolong Bapak siap di lobby ya Pak. Saya dan Pak Raffael akan segera turun ke bawah.”

“Oh, iya baik Bu. Saya segera bersiap di lobby.” Jawab Pak Hermawan melalui sambungan teleponnya.

“Terima kasih Pak.” Tutup Clara dan kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Kini keduanya sedang berada dalam satu lift untuk turun ke bawah. Clara memang selalu berdiri di belakang atasannya itu. Sementara Raffael seperti biasa berdiri 2 langkah di depan Clara. Hanya keheningan yang terasa di dalam lift itu, sebab keduanya memang jarang mengobrol, tepatnya Raffael tidak tahu harus mengajak sekretarisnya itu untuk mengobrol kan apa. Pribadinya yang dingin dan tenang, membuat Raffael tidak mudah berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi, sifatnya bisa berbanding terbalik saat ia mengikuti meeting, mengikuti rapat pemegang saham, dan acara sosial lainnya. Dengan mudah, Raffael yang dingin seperti es dapat mencair dan mengobrol hangat dengan orang-orang di sana.

Tidak berapa lama pintu lift pun terbuka. “Silakan Pak.” Ucap Clara dengan sedikit membungkukkan badannya, mempersilakan Atasannya itu untuk keluar dari lift terlebih dahulu.

“Terima kasih.” Dengan segera Raffael melangkahkan kakinya keluar dari lift dan berjalan menuju lobby.

Seorang laki-laki paruh baya telah menunggu mereka di sana, Pak Hermawan, supir pribadi Raffael. “Silakan Pak Raffael.” Sambut hangat Pak Hermawan sembari membukakan pintu mobil di belakang supir untuk Atasannya itu.

“Terima kasih, Pak.” Raffael kemudian memposisikan dirinya untuk duduk di mobilnya.

Sementara Clara seperti biasa, dialah yang duduk di kursi depan, di samping Pak Hermawan. Itulah kebiasaan Clara sejak menjadi sekretaris di Paradise Hotel. Tiap kali dalam perjalanan dalam satu mobil dengan atasannya itu, dia selalu duduk di depan. Sekalipun atasannya dingin, tetapi Clara tak menghiraukannya. Sering kali gadis itu justru mengobrol dengan Pak Hermawan.

“Silakan Bu Clara, jadi saya antar ke mana?” Sapa Pak Hermawan yang sudah siap untuk mengemudikan mobilnya.

“Tolong, antarkan kami ke Bogor, Pak. Di Resort pribadi Bapak Wijaya Saputra di Bogor ya Pak.” Jawab Clara dengan memberikan sedikit senyuman kepada Pak Hermawan.

“Baik Bu, siap.” Sahut Pak Hermawan sembari mengemudikan mobil menyisir jalanan ibu kota.

“Tetapi, karena ini akhir pekan mungkin kita akan terkena macet ya Bu Clara.” Sambung Pak Hermawan kepada Clara.

Clara melirik dari kaca spion di depannya kepada atasannya yang duduk di belakang supir itu, sebelum menjawab perkataan Pak Hermawan. Wajahnya yang dingin itu nampak datar, tatapan matanya hanya melihat ke arah jendela memperhatikan pemandangan dari balik kaca mobilnya.

“Iya Pak Hermawan, yang penting sampai di Bogor dengan selamat ya Pak.” Ucap Clara kepada supir di sebelahnya itu.

Sebenarnya jarak Jakarta menuju Bogor hanyalah 60 Km apabila dihitung dari Tol Jagorawi, apabila tidak ada kemacetan perjalanan dengan mobil memerlukan waktu tempuh sekitar 1-1,5 jam. Akan tetapi, nyatanya membutuhkan waktu 2-3 jam menuju Bogor.

Dan, kali ini mereka menuju ke Bogor menjelang jam makan siang. Mungkin saja mereka akan melewatkan jam makan siang, semoga perut mereka bisa bertahan hingga menjelang sore nanti.

Clara kembali melirik wajah atasannya dari kaca spion di depan, ia berniat menawarkan makan siang di rest area, walaupun ragu-ragu, tapi Clara berusaha membuka mulutnya untuk menawarkan makan siang kepada Raffael. “Maaf Pak Raffa, Anda akan makan siang di rest area atau sekaligus di resort nanti Pak?” Ucap Ara sembari menoleh kepada Raffael yang duduk di depan.

“Apakah kamu sudah lapar Clara?” Tidak menjawab malahan Raffael kembali bertanya.

“Saya tidak terlalu lapar Pak, karena pagi tadi sudah sarapan. Bagaimana dengan Pak Hermawan?” Clara justru menanyakan kepada supirnya itu apakah dia sudah lapar.

“Hehehe, kalau saya gampang Bu. Yang penting Bu Clara dan Bapak sampai di Bogor dulu.” Jawab Pak Hermawan sembari sedikit tertawa.

Mendengar jawaban yang dirasa mengambang itu, akhirnya Raffael kembali mengeluarkan suaranya.

“Clara, kita istirahat sebentar saja di rest area. Ada fast food di sana, kita bisa mampir sebentar.” Demikianlah perkataan Raffael sembari memainkan handphone di tangannya.

“Baik Pak Raffa.” Sahut Clara.

Tidak berlangsung lama, mobil itu berhenti di rest area. Terdapat fast food yang menjajakan burger dan ayam crispy di sana. Ketiganya masuk ke restoran itu, dan Clara mempersilakan Atasannya dan Pak Hermawan untuk duduk.

“Silakan duduk dulu Pak Raffa, Anda ingin memesan apa biar saya pesanan saja.” Tawar Clara kepada atasannya itu.

“Aku akan ikut memesan bersamamu.” Jawab Raffael dengan wajah dinginnya.

Sementara itu, Clara menanyakan kepada Pak Hermawan ingin memesan apa, Clara meminta Pak Hermawan untuk duduk saja, ia yang akan memesankan untuk Pak Hermawan.

“Saya paket nasi dan ayam crispy yang pedas ya Bu Clara, minumannya yang teh saja jangan yang soda.” Pesan Pak Hermawan.

“Oke Pak, tunggu di sini ya Pak.”

Lalu, Clara bersama Raffael berjalan ke depan untuk memesan makanan mereka. Clara terlebih dahulu memesan untuk Pak Hermawan, lalu mempersilakan Raffael untuk memesan, setelah itu baru ia memesan untuk memesan untuk dirinya sendiri.

Semua makanan sudah dipesankan, dan Clara bersiap membuka tasnya untuk mengeluarkan debit cardnya. Tetapi, Raffael yang berdiri di sampingnya mencegahnya dan mengeluarkan lebih dulu debit cardnya. “Biar saya saja Clara.” Ucap Raffael sembari memberikan debit cardnya kepada pelayanan bagian kasir di depan.

“Baik Pak. Terima kasih.” Sahut Clara.

Hanya sekian menit, makanan pun tiba dan mereka harus membawa dengan nampan di tangannya mereka untuk membawanya ke meja.

“Biar saya saja yang bawakan Clara.” Kembali Raffael mengeluarkan suaranya dan mengangkat nampan penuh pesanan di tangannya.

“Kamu membawa nampan kecil berisi minuman itu saja.” Imbuh Raffael.

“Ah, bagaimana ini Pak. Biar saya saja yang membawanya Pak. Bapak bisa duduk di sana.” Wajah Clara nampak kebingungan dengan perilaku atasannya yang tidak seperti biasanya itu.

“Sudah gak papa, biar saya saja.” Raffael segera berjalan meninggalkan Clara yang masih kebingungan. Dan, akhirnya Clara pun turut berjalan di belakang atasannya itu dengan membawa nampan yang hanya berdiri minuman dan tissue.

Keduanya pun menghampiri Pak Hermawan yang sudah duduk di mejanya.

“Silakan Pak Hermawan, dimakan ya Pak.” Clara menyuguhkan pesanan Pak Hermawan berupa paketan nasi ayam crispy dan Scramble egg.

Sementara Raffael memesan burger dan air mineral saja. Dan Clara pun memesan burger, kentang goreng, dan teh dingin.

“Silakan dimakan Pak Raffa.” Ucap Clara sembari memberikan air mineral untuk Atasannya itu.

“Terima kasih.” Sahut Raffael apa adanya.

Dalam suasana makan siang di restoran area, tiba-tiba Pak Hermawan mengeluarkan suaranya.

“Bu Clara ini seumuran dengan anak saya di Jogja.” Ucap Pak Hermawan sembari meminum tehnya.

“Ah, apa iya Pak? Usia berapa anaknya Pak?”

“26 tahun Bu.”

“Di Jogja sudah menikah atau bekerja Pak?”

“Anak saya jadi guru SD di Jogja Bu, bersyukurnya sudah diangkat tahun lalu menjadi pegawai negeri.”

“Oh, bersyukurnya sudah menjadi ASN ya Pak.”

“Iya Bu.”

“Bapak kalau di luar kantor gini, panggil saya Clara saja Pak, kan kata Bapak saya seumuran dengan anak Bapak.”

“Tapi Bu.... “

“Tidak apa-apa Pak.”

Mendengar percakapan sekretaris dan supirnya itu, entah mengapa hati Raffael menjadi hangat. Gadis muda yang berprofesi sebagai sekretarisnya memang sosok yang hangat dan ramah. Kehangatan dan keramahan Clara pun dapat Raffael rasakan. Dalam hati kecilnya ia berkata, “Clara memang gadis yang hangat, dia bahkan memperlakukan Pak Hermawan dengan baik.” Entah mengapa pikiran itu memenuhi hatinya dan ia tiba-tiba hanya melamun sembari memegang botol air mineralnya.

Clara yang duduk di hadapan Raffael memperhatikan mengapa pria itu nampak melamun.

“Pak Raffa, apakah ingin memesan air mineral lagi? Saya bisa memesankannya untuk Bapak.” Perkataan Clara membangunkan Raffael dari lamunannya.

“Ah tidak, sudah cukup. Terima kasih, Clara.”

“Baik Pak.”

Usai makan siang di rest area, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju villa pribadi orang tua Raffael. Clara dan Pak Hermawan asyik terlibat obrolan dan sesekali tertawa bersama, sementara Raffael hanya mendengarkan kedua orang di depannya yang mengobrol.

Tidak terasa, mereka pun telah sampai ke villa pribadi keluarga Saputra. Villa itu terlihat asri dengan dikelilingi perbukitan hijau, gaya classic dan pemakaian kayu di bangunannya menjadikan villa itu terasa asri dan nyaman untuk ditinggali.

Raffael dan Clara segera keluar dari mobil dan bergegas masuk ke dalam Villa, baru saja mereka melewati pintu masuk keduanya orang tuanya sudah menyambut kedatangannya.

“Hai Raffa, akhirnya kamu datang juga.” Sapa hangat Papanya sambil memeluk anak bungsunya itu.

“Hallo Papa, Mama. Raffa datang.” Jawabnya dengan memeluk Papa dan Mamanya itu.

Terpopuler

Comments

Mamie Sekar (AsK)

Mamie Sekar (AsK)

Raffa suka sama Clara tuh ya thor

2021-11-06

0

Yati Parmin

Yati Parmin

raffa jatuh hatikah sama clara...wait n see ya

2021-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 Raffael Saputra
2 Clara Ariella
3 Bekerja Keras untuk Keluarga
4 Perjalanan ke Bogor
5 Sapa Hangat Keluarga Saputra
6 Menunggu Jodoh?
7 Lembur Saat Gerimis
8 Pamit dari Bogor
9 Mengunjungi Orang Tua Clara
10 Ke Pusat Belanjaan
11 Bantu Aku
12 Pacar Pura-Pura
13 Semakin Mendalami Peran
14 Terjaga Semalaman
15 Rencana Dadakan
16 Berpisah Sementara
17 Welcome to Tanjung Pinang
18 Survei Lahan di Tanjung Pinang
19 Kembali ke Ibukota
20 Mengurai Cerita
21 Mengantar Pulang
22 Pengajuan Syarat
23 Buah Tangan
24 Curhatan Dua Pria
25 Pria Bernama Aaron
26 Kunjungan Dadakan
27 Ajakan Dadakan
28 Kecanggungan
29 Calon Istri
30 Sadar Diri
31 Roti Bakar Istimewa
32 Pegang Tanganku
33 Jewel Changi Waterfall
34 Dinner Istimewa
35 Ungkapan Isi Hati
36 Saling Mengisi
37 First Date
38 Pacar Perdana
39 Menciptakan Kebahagiaan
40 Merasa Beruntung
41 Prewedding Impian
42 Memperjelas Status
43 Second Date
44 Terciduk Mama
45 LDR
46 Memendam Rindu
47 Video Call
48 Gosip Panas
49 Naik Darah
50 Kejutan
51 Perkenalan Secara Resmi
52 Langkah Selanjutnya
53 Mengunjungi Orang Tua Clara
54 Niat Baik
55 Diam-Diam Suka
56 Tempat Berlabuh
57 Proposal
58 Tulang Rusuk
59 Pre-Wedding
60 Janji Suci
61 Be Mine
62 Morning View
63 Menjadi Buku yang Terbuka
64 Kejutan & Dedikasi
65 Sepotong Kebahagiaan
66 Shopping Time
67 Promosi Novel Hasrat Terlarang Sang Istri
68 Promosi Novel : Mas Duda Mencari Ibu Susu
69 Promosi Novel: Muara Kasih Ibu Tunggal
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Raffael Saputra
2
Clara Ariella
3
Bekerja Keras untuk Keluarga
4
Perjalanan ke Bogor
5
Sapa Hangat Keluarga Saputra
6
Menunggu Jodoh?
7
Lembur Saat Gerimis
8
Pamit dari Bogor
9
Mengunjungi Orang Tua Clara
10
Ke Pusat Belanjaan
11
Bantu Aku
12
Pacar Pura-Pura
13
Semakin Mendalami Peran
14
Terjaga Semalaman
15
Rencana Dadakan
16
Berpisah Sementara
17
Welcome to Tanjung Pinang
18
Survei Lahan di Tanjung Pinang
19
Kembali ke Ibukota
20
Mengurai Cerita
21
Mengantar Pulang
22
Pengajuan Syarat
23
Buah Tangan
24
Curhatan Dua Pria
25
Pria Bernama Aaron
26
Kunjungan Dadakan
27
Ajakan Dadakan
28
Kecanggungan
29
Calon Istri
30
Sadar Diri
31
Roti Bakar Istimewa
32
Pegang Tanganku
33
Jewel Changi Waterfall
34
Dinner Istimewa
35
Ungkapan Isi Hati
36
Saling Mengisi
37
First Date
38
Pacar Perdana
39
Menciptakan Kebahagiaan
40
Merasa Beruntung
41
Prewedding Impian
42
Memperjelas Status
43
Second Date
44
Terciduk Mama
45
LDR
46
Memendam Rindu
47
Video Call
48
Gosip Panas
49
Naik Darah
50
Kejutan
51
Perkenalan Secara Resmi
52
Langkah Selanjutnya
53
Mengunjungi Orang Tua Clara
54
Niat Baik
55
Diam-Diam Suka
56
Tempat Berlabuh
57
Proposal
58
Tulang Rusuk
59
Pre-Wedding
60
Janji Suci
61
Be Mine
62
Morning View
63
Menjadi Buku yang Terbuka
64
Kejutan & Dedikasi
65
Sepotong Kebahagiaan
66
Shopping Time
67
Promosi Novel Hasrat Terlarang Sang Istri
68
Promosi Novel : Mas Duda Mencari Ibu Susu
69
Promosi Novel: Muara Kasih Ibu Tunggal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!