Terjerat Cinta Dosen Idiot
...Diharap untuk membaca 7 episode awal, agar paham dengan alur ceritanya. Untuk visualisasi tokoh ada di bab 154 ya....
...Terima kasih....
Tangan hangat itu melingkar pada bagian pinggul gadis yang sangat menawan itu, mendadak membuat gadis itu terlihat sulit bernapas, karena tertekan oleh tubuh sang pria idaman.
Postur tubuh pria tampan ini yang cukup tinggi, membuatnya semakin kesulitan bernapas. Ditambah lagi, bibirnya yang selalu bisa mencari celah, agar bisa terus mencium bibir
gadis cantik itu.
Sekali lagi, pria itu berhasil mencium bibir gadis itu. Sesekali sang gadis kehilangan kendali atas dirinya, karna permainan dan sentuhan lembut sang pria, yang bisa membuatnya mabuk kepayang.
Entah apa yang gadis itu pikirkan.
Ia merasa dirinya sangat bergairah dibuat sang pria.
Dia memanglah gadis yang nakal. Namun, ia tak pernah merasakan sensasi yang begitu hangat dari seorang pria seperti ini.
Walaupun logikanya menolak, tapi perasaannya merasa nyaman, bila bersama si pria. Ditambah lagi perasaan aneh dalam dirinya yang terus bergejolak, memaksa untuk keluar dari dalam tubuhnya.
Pria itu terus menekan tubuhnya yang saat ini berada di atas tubuh gadis manis itu.
‘Seperti ada yang mengganjal,’ batin gadis malang itu.
Awalnya gadis itu terlihat sangat risih dengannya. Tapi semakin lama, semakin ia tak bisa menahan, dan malah terbawa oleh suasana.
Oh, Tuhan.
Entah apa yang akan terjadi setelah ini.
Gadis itu hanya terus memikirkan, hal yang sudah terlanjur terjadi saat ini.
Pria itu melepaskan ciumannya, dan menatap dalam setiap sisi yang ada pada gadis itu.
Ia kembali melanjutkan aksi panasnya, bersama dengan gadis yang selama ini ia impikan. Sepertinya, sang gadis juga sudah mulai terbiasa dengan permainan panas ini. Ia mulai mengikuti iramanya dan menghentikan perlawanan.
Pada saat yang tidak tepat, pria itu menghentikan aksi panasnya, dan memandang kembali gadis yang ternyata sudah sepenuhnya hilang kesadaran.
“Kenapa berhenti?” tanya sang gadis dengan perasaan kecewa, sambil menikmati sisa sentuhannya.
Pria itu melontarkan senyuman ke arahnya, seperti menatapnya dengan jahil. Dengan penuh kelembutan, sang pria memegang dagu gadis itu, membuat pandangan mereka bertemu dalam satu titik.
“Saya bisa memberi kamu lebih …,” ia mengulum pelan telinga gadis itu, membuatnya kembali merinding, “kalau kamu mau,” lanjutnya.
Gadis itu terlihat menelan salivanya. Seperti sudah tidak peduli apa pun lagi.
Wajah sang pria yang tampan itu, membuatnya semakin mabuk dan larut dalam gelora cinta yang hanya dia saja yang bisa merasakannya.
“Gimana?” tanyanya sang pria.
Gadis manis itu tidak mempedulikan apa pun lagi. Yang dia butuhkan, hanyalah pemuas birahinya saja saat ini.
Ia membaringkan tubuh gadis manis itu, di atas ranjang beralaskan sehelai sprei berwarna putih.
Larut dalam cinta satu malam yang menggairahkan, siapa yang tak mau?
Asalkan pria yang bersamanya itu tampan?
...***...
Seorang gadis manis bernama Arasha, berjalan menuju kelas yang sangat membosankan baginya. Tak ada hal lain yang paling membosankan, daripada harus duduk di bangku paling depan, kemudian mendengarkan dosen berbicara pelajaran, yang sama sekali tidak ia mengerti.
Terpaksa saja dia melakukan ini, demi hak pribadi yang ia miliki saat ini. Mobil, uang, dan segala yang ia miliki, adalah milik ibu dan ayahnya, yang sudah lama meninggalkannya. Semua harta peninggalan dari mereka, kini dikelola oleh kakaknya, yang bernama Arash.
Yah ... nasib anak bungsu memang selalu seperti ini.
Tragis.
Untuk mendapatkan itu semua, mau tidak mau dia harus menuruti perkataan kakaknya, dan tidak boleh sedikit pun bertentangan dengannya.
“Huft ....”
Percayalah, itu sangat menyiksa batinnya.
Namun, Ara berhasil bernegosiasi dengannya. Dengan perjalanan bantah-membantah yang panas, serta diskusi panas yang panjang, alhasil, ia tidak jadi dikirim ke Luar Negri.
Ah.
Yang ada di pikiran gadis manis berumur 18 tahun itu, kala itu hanyalah kebebasan.
Tapi, tak disangka, sebagai gantinya ia masih harus tetap melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas swasta di Ibukota, lalu setelah ia lulus, ia diminta kakaknya untuk membantu mengembangkan perusahaan keluarganya yang hampir jatuh saat ini.
Apa hubungannya dengan Arasha?
Dilihat lagi, Ara masih terlalu belia untuk mengemban tugas itu. Bahkan, ia masih belum mengerti, apa yang harusnya dilakukan untuk menangani beberapa masalah, ketika ada sesuatu yang urgent nantinya.
Baiklah. Lewati saja.
Arasha berjalan menuju kelasnya, yang masih belum ia ketahui itu. Hari pertama saja, sudah membuat kepalanya sakit, karena harus mencari kelas yang tidak ia ketahui keberadaannya.
“Ah ... nyusahin banget, sih!” bentaknya, sembari tetap mencari ruangan yang sesuai dengan kertas yang ia pegang.
“03 ... 02 ....”
Ara menghitung satu per satu kelas dari ujung, hingga akhirnya ia menemukan ruangan yang ia cari.
“01.”
Sesampainya di kelas, Ara duduk di kursi khusus yang sudah direncanakan kakaknya dan juga pihak yayasan. Ia sudah menitipkan Ara kepada yayasan. Jadi, Ara tidak bisa berkutik apapun selama kurang lebih empat tahun ke depan ini.
“Penderitaan, baru saja dimulai,” lirihnya, sembari meletakkan tasnya di atas meja.
“Selesai empat tahun, istirahat napas dulu.” Ara kembali bergumam.
Ya! Paling tidak, ia harus menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar Magister, untuk bisa membantu kakaknya dalam menyanggah perusahaan yang hampir collaps itu. Dengan kata lain, butuh lebih dari empat tahun untuk bisa mendapatkan gelar tersebut.
Suasana kelas saat ini mulai ramai. Satu per satu mahasiswa sudah berdatangan, membuat kacau ruangan ini. Banyak dari mereka yang masih berbincang, bercanda, saling tukar nomor, ada yang melempar kertas ke sana ke mari.
Ya maklum saja, mereka baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas. Masa di mana mereka menghadapi puber, masa paling indah untuk mengenang cinta pertama.
Beruntung mereka sudah melewati tujuh hari orientasi di kampus ini. Masa-masa yang seram, bagi para mahasiswa baru.
Arasha hanya duduk sambil mencorat-coret buku catatannya saja. Tak ada yang bisa ia lakukan selain itu. Karena, tidak ada siapa pun yang mau berteman dengannya.
Ara sengaja memasang tampang jutek kepada mereka, agar ia terhindar dari status sosial yang dapat merugikannya kelak.
“Pesawatnya meluncur!” teriak seseorang sembari melempar pesawat kertas, yang sepertinya adalah hasil kreasinya sendiri.
“Pluk ....”
Pesawat kertas itu, tak sengaja mengenai mata seseorang, yang berada di belakang Ara.
“Ahh ...,” jeritnya sembari memegangi matanya yang terkena ujung pesawat kertas tersebut, membuat banyak orang berusaha untuk mendekatinya.
“Fla, loe gak apa-apa?” tanya mereka.
Mereka amat simpatik dengan gadis yang disebut bernama Fla.
Tunggu, siapa itu Fla?
Ah.
Tidak penting juga bagiku, pikir Ara.
“Haha kena ya? Sorry deh, gue gak sengaja sih,” ucap laki-laki itu dengan nada yang sedikit menyeleneh.
Banyak orang yang tak terima dengan sikap dan perlakuannya.
“Wey loe gak harusnya begitu, Bro!” teriak lantang orang yang membela Fla tadi.
“Loe mau apa?” nyelenehnya kembali.
“Apa loe? Loe pikir, gue takut sama loe?” tantangnya balik pada orang aneh itu.
“Siapa takut!”
Terjadi adu mulut antara dua laki-laki itu. Seseorang diketahui bernama Ray dan satunya lagi, bernama Rafael.
Sempat ada baku hantam antara keduanya. Namun, Ara sama sekali tidak tertarik dengan mereka semua. Ia hanya asyik dengan buku catatannya saja. Karena gadget-nya harus diserahkan kepada yayasan pada saat jam pembelajaran dimulai.
Mereka memulai aksi baku hantam di hadapan teman-teman sekelas lainnya. Saat salah satunya hendak memukul satu lainnya, seseorang datang dan menghadang tinjuan mautnya itu.
Apaan, sih? Seperti di film-film saja! Pikir Ara.
“Wah ... siapa tuh?” Salah satu mahasiswa menyeletuk demikian, membuat mahasiswa yang lain ikut melihat ke arah orang tersebut.
“Iya, gila keren banget.”
“Ganteng lagi.”
“Udah punya cewek belom, ya?”
“Ah, jadi melted gue!”
Sorak banyak wanita yang meleleh, karena aksi heroiknya yang agak telat, alias pahlawan kesiangan gitu deh.
‘Itu tuh geli banget, sumpah!’ batin Ara yang agak kesal melihat reaksi dari mereka yang terlalu berlebihan.
“Ada apa ini?” tanyanya dengan nada yang dingin.
Spontan para gadis di kelas ini, kecuali Arasha, meleleh seketika.
Mereka pun menyudahi pertengkaran tadi dan segera merapikan kemeja mereka yang berantakan, akibat ulah mereka sendiri.
“Tanya aja sama orang gak tau diri itu!” jawab Ray sinis, sembari menunjuk ke arah Rafa.
Rafa yang terlihat tak senang dengan sikapnya Ray, kemudian menarik kerah kemeja Ray, namun dihalangi oleh teman-teman yang lain.
“Eh, woy santai!”
“Iya bro santai!”
“Jangan asal baku hantam aja!”
“Pake aba-aba, bro!”
“Cukup!” pekik orang misterius tersebut.
Mereka sontak memandang wajah orang itu dengan penuh rasa heran.
“Kalian, ikut saya ke kantor Kaprodi,” tegasnya, kemudian segera keluar diikuti dengan Ray dan Rafa.
‘Sebenernya ini kampus apa SMA sih? Banyak bocah di sini’batin Ara lagi, yang mulai merasa risih dengan apa yang terjadi.
Mengapa mereka terlibat dalam masalah besar karena hal sepele seperti itu?
‘Gue sih gak mau! Buang-buang waktu gue aja!’
Ya! Sesuatu yang sama sekali tidak ada manfaatnya dalam hidup. Tidak bisa menghasilkan uang sedikit pun, malah mengeluarkan uang untuk biaya pengobatan, misalnya.
Dasar orang-orang idiot.
Arasha melihat gadis malang tadi, yang nampak seperti orang yang kesakitan. Lama-lama, Ara merasa menjadi iba dengannya.
“Loe gak papa?” tanya Ara kepadanya.
Ia hanya merasa kasihan dengan gadis malang itu. Jadi, dengan refleks, ia menanyakan saja keadaannya. Tapi, bukan berarti dia peduli dengannya.
Tidak sama sekali.
“Gue gak papa kok.”
Singkat, padat, jelas sekali jawaban yang ia lontarkan.
Arasha hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
Ya, setidaknya tidak terjadi apa pun padanya, itu saja ... sudah membuat Ara merasa lega.
Tak lama kemudian, orang misterius itu pun datang kembali ke dalam kelas. Semua orang melihatnya dengan tatapan takut.
Respon Ara? Biasa saja sih.
Ia berdiri di hadapan semua mahasiswa, dengan lantang. Ara memandanginya dengan saksama.
‘Yaa paling enggak mukanya boleh lah, ya,’ batin Ara berkata demikian, karena ia sudah sangat terusik dengan sikapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Korban Perasaan
2023-10-04
0
Ig: @putriaayu_98
mampir kak ❤️❤️❤️
2022-12-10
1
kosong
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼😊😊😊
2022-03-20
0