[Drop] Life In Another World
¥¥ Book 2. Ada System Di Smarphone: Life In Another World. ¥¥¥
Chapter 00. The Gate
Di siang hari yang cerah di kota metropolitan Jakarta, Indonesia dikejut dengan munculnya sebuah gerbang yang berbentuk seperti museum di eropa dengan pilar-pilar disisi-sisinya. Bangunan itu tepat di Bundaran HI yang membuat patung disana hancur dan tergantikan oleh gerbang tersebut.
Semua warga melihat nya dengan heran dan juga hampir setiap warga mengabadikan hal itu melalui ponsel dan menaruhnya di website. President Indonesia memberikan perintah untuk meneliti namun semua hal itu sia-sia karena seseorang yang meneliti gerbang itu berakhir dengan tidak bernyawa. Hal ini disebabkan oleh tegangan listrik yang tinggi di depan gerbang tersebut. Maka dari itu, satu kilometer area gerbang itu di ungsikan.
Tiga hari berlalu, tidak ada reaksi apapun digerbang itu. Namun, kekhawatiran masih menyelimuti Indonesia. Maka, pihak PBB termasuk Jepang membuat tim gabungan khusus untuk meneliti hal tersebut.
Salah satu peneliti dari gerbang itu ialah diriku, Rendy Purnomo. Selain aku sebagai Agen Oracle namun, Indonesia adalah tanah lahirku dan membuatku turut serta meski nyawa taruhannya.
Dan, saat ini aku, Ryutaro dan Alice sedang menaiki pesawat Jet dari Tokyo ke Jakarta. Didalam pesawat, kami hanya berdiam diri dan Ryutaro sendiri terlihat gugup dan Alice sibuk dengan laptopnya sepertinya dia sedang meneliti sesuatu sedangkan aku hanya melamun melihat langit senja.
Saat melihat langit, pikiranku teralih di rumah Paman dan Tante. Sejak pelatihan selesai, aku dan Ryutaro hanya diberikan waktu dua hari untuk pulang maka dari itu, kami tidak ingin melewatkan kesempatan itu.
Kami pun pulang dan disambut meriah oleh Tante Kouri dan Paman Andika bahkan mereka membuat pesta kecil untuk merayakan keberhasilan kami. Darisana lah juga aku mendapatkan informasi tentang kepulangan Gita dan Soo Hee melihat bahaya yang mungkin menerjang negaranya terutama keluarga Gita yang memang dia asli orang Indonesia. Jadi, perayaan itu hanyalah kami berempat.
Makanan yang mewah serta bir memenuhi meja panjang di halaman. Canda dan tawa mengisi heningnya malam serta kami berdua bisa melupakan sejenak tentang gerbang yang misterius tersebut. Aku dan Ryutaro menikmati hal tersebut.
Suasana pun berubah, saat aku dan Ryutaro mengatakan bahwa kami berdua terpilih sebagai tim gabungan khusus. Dari canda tawa menjadi tangisan yang membasahi pipi Tante Kouri.
“Apakah harus kalian? Kalian kan masih muda, masa depan kalian masihlah panjang!” tanya Tante Kouri.
“Benar, kata ibu dan Tantemu. Padahal, kita baru saja bertemu kembali,” sambung Paman Andika.
Aku berdiri lalu, membungkukan badan, “Maaf kan aku, Paman, Tante!” aku mengembalikan posisi badan, “Tidak ada orang lagi yang bisa meneliti gerbang aneh itu dan Indonesia merupakan tanah lahir yang ingin aku lindungi.”
“Aku mengerti. Kami juga tidak akan bisa menghentikan keputusanmu tapi kami memiliki syarat kepadamu, Rendy!” ucap paman Andika.
“Baik. Katakan saja, paman!”
“Rendy, Ryutaro. Kalian harus pulang dengan selamat!” ucap paman Andika.
Seusai paman Andika mengatakan itu, Tante Kouri mengusapkan air matanya dan menyambung ucapan Paman Andika, “Rendy, Ryutaro. Kalian harus saling menjaga dan melindungi! Kami tidak ingin kehilangan satu pun dari kalian. Kalian mengerti!” seru tegas Tante Kouri.
“Hai, Tante, Paman!” jawabku.
“Hai, Otosan, Okasan!” jawab Ryutaro.
Setelah menjawab itu, aku dan Ryutaro memeluk paman Andika dan Tante Kouri. Kalian pun saling berpelukan berempat. Dan, keesokan harinya. Kami pun berangkat ke Indonesia.
“Rendy -kun,” suara Morisaka yang menyapaku.
Lamunanku pun hilang dan melihat kearah Morisaka. Lalu, aku pun berdiri serta menundukan kepala, “Morisaka -san.”
Morisaka tersenyum, “Tidak perlu formalitas. Ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu!”
“Hai, silahkan duduk!”
Morisaka duduk di kursi sebelahku dan aku pun juga duduk disebelahnya.
“Morisaka -san, ada apa?” tanya ku.
“Aku ingin kamu membuat laporan setiap harinya berupa diary. Lalu, kirimkan kepadaku!” seru Morisaka.
“Aku mengerti. Tapi, kenapa?” tanya ku yang penasaran.
“Ada kemungkinan, pemerintah akan mengirimkan dirimu ke dalam gerbang itu dan aku pun mungkin tidak akan bisa menghentikan jika memang keputusannya seperti itu,” ucap Morisaka.
Mendengar itu membuatku menghela nafas, “Ahuffu … jujur aku tidak kaget. Tapi, satu hal yang aku minta dari anda.”
“Apa itu?” tanya Morisaka.
“Tolong jaga Adine!”
“Serahkan kepadaku!” jawab Morisaka sambil tersenyum.
Tidak lama kemudian, kami pun tiba di bandara Soeharto-hatta, Tangerang, Indonesia. Kedatangan kami disambut oleh pihak militer dan kepolisian Indonesia. Lalu, kami langsung diantarkan ke lokasi gerbang tersebut.
Setibanya disana, aku melihat sebuah gerbang yang sangat besar meski dari jauhan dan setibanya di radius satu kilometer. Mobil kami diperiksa oleh tentara bule bahkan ada juga yang negro. Hal ini karena tim gabungan khusus sudah pada berkumpul.
Setelah pemeriksaan usai, kami pun masuk ke area isolasi yang dimana terbentang banyak tenda dan gedung serta ruko juga menjadi tempat tinggal menurut berita, Tim Gabungan Khusus ini berjumlah ratusan orang dan mereka terbaik dibidangnya.
Laju mobil kami pun terhenti di salah satu restaurant dan pria militer membuka kan kami pintu serta memberikan hormat, “Selamat datang para peneliti!”
Kami tidak menjawabnya dan hanya memberikan senyuman. Lalu, kami diarahkan masuk kedalam restaurant yang dimana restaurant itu sudah dipenuhi oleh banyak orang beserta komputernya dan salah satu pria yang berdiri diantara komputer itu menghampiri kami.
Pria berwajah korea dengan baju jas dan rambutnya yang ditata rapih memberikan tangannya.
“Selamat datang, Morisaka -san, Rendy -san, Xiao -san dan Ryutaro -san. Saya Lee Joo Ki. Kepala pengawas dari the Gate!”
“Terima kasih,” jawab Morisaka yang menerima tangan Lee Joo Ki.
“The Gate?” tanyaku.
Joo Ki melepaskan tangannya dan melihat kearahku, “Oh, itu nama yang kami buat untuk gerbang itu.”
“Pemikiran yang sederhana,” ucap dingin Alice.
“Begitulah,” jawab Joo Ki.
“Joo Ki -san, katakan kepada kami berkembangannya!” seru ku.
“Silahkan ikut denganku!” seru Joo Ki.
Lalu, kami pun diarahkan ke ruang rapat dan Joo Ki memulai menjelaskan situasi yang terjadi. Gerbang yang muncul tiga hari ini tidak ada reaksi tapi, di seluruh gerbang itu diselimuti oleh aliran gelombang elektromanetik bahkan sampai menghentikan jantung manusia. Hal ini berbeda dengan apa yang dikabarkan? Karena menurut media, gerbang itu diselimuti oleh tegangan listrik.
“Lalu, kenapa disini masih bisa mengunakan listrik?” tanyaku.
“Radius EMP hanya mencapai 600 meter. Selebihnya, listik sudah kembali normal,” jawab Joo Ki.
“Yang berarti sudah banyak korban oleh serangan EMP itu?!” ucap Alice.
“Benar sekali. Korban dari serangan itu berjumlah 230 orang namun media menutupinya,” jawab Joo Ki.
“Aku menduga, gerbang itu akan menyerangkan kembali yang lebih besar,” jawab Morisaka.
“Maka dari itu, kami ingin meminta bantuan kalian dengan mengunakan aplikasi khusus!” ucap Joo Ki.
Aku terkejut mendengar ucapan dari Joo Ki, “Bagaimana kamu tahu?”
“Karena aku salah satunya,” jawab Joo Ki.
Aku, Ryutaro dan Alice melihat kearah Morisaka dan dia pun hanya memberikan senyuman lebar yang menandakan bahwa dia mengetahui Joo Ki seorang Agen Oracle.
Dan, penelitian kami dimulai.
€€€
Ilustrasi Rendy:
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Arief Nurohman
semangat
2021-10-19
1
*Aang Santri* SALING FOLBACK Y
semangat Thor luapkan karyamu dan imajinasi mu sebagai penghibur terbaik untuk para pembaca
2021-10-07
1
I NEED SYSTEM
akhir up juga dan semangat thor, jan lupa crazy up aku menunggu 🤭🤭
2021-10-01
3