Chapter 02. Dewa dan Reinkarnasi.
Saat masuk kedalam pusaran biru, pandanganku berubah menjadi putih dan aku merasa melayang diantara cahaya putih namun tidak lama cahaya putih berubah menjadi gambaran ingatan saat aku bersama dengan Ayah, Ibu dan adik ku disebuah mobil. Hari itu, kami ingin bertamasya ke kota Bandung, Indonesia. Saat melihat momen itu, aku jadi ingin mengulangnya andai saja aku bisa menghentikan perjalanan kami. Mungkin, aku bisa menghentikan kecelakaan yang menimpah kepada kami.
Suara musik dari mobil dan nyanyian bersama mengiringi perjalanan kami namun, tiba-tiba truk didepan kami berhenti mendadak yang membuat mobil kami hancur dan masuk kedalam mesin truk dan disisi belakang mobil yang lain juga menabrak kami. Karena itulah yang membuat kedua orang tua dan adik ku meninggal dunia.
“Rendy, aku senang kamu menjadi pria yang sukses,” suara ibuku yang berada di cahaya putih tempatku melayang.
“Gunakan kekuatan dan kemampuanmu untuk membantu orang lain,” suara ayahku ditempat yang sama.
Mendengar suara beliau berdua membuatku tersenyum senang, “Ayah, Ibu. Aku sangat merindukan kalian.”
“Hihihi … kami juga merindukanmu dan sekarang, bukalah matamu!” suara Ayahku.
“Ganbatte untuk petualanganmu, Aku dan Ayahmu akan selalu menemanimu!” suara ibuku.
“Aku mengerti. Terima kasih, Ayah, Ibu!”
Seusai mengatakan menjawab itu, pandangan putih berubah menjadi hitam pekan dengan drastis. Lalu, samar-samar aku mendengar suara seseorang dan hal itu membuatku tersadar dan membuka mata.
Saat membuka mata, pandangan pertama yang kulihat ialah ruangan tradisional jepang namun ruangan itu tidak memiliki dinding dan atap melainkan sebuah langit yang cerah sebagai dinding dan atapnya.
“Aku dimana?”
“Kamu sudah bangun anak muda.”
Suara pria paruh baya menyapa, aku pun menoleh kearahnya.
“Kamu siapa? Dan, dimana ini?”
Sosok pria paruh baya itu memiliki postur tubuh yang besar, jangut putih panjang dan dia mengenakan jubah putih seperti layaknya penyihir.
“Aku adalah Dewa dan ini tempat tinggalku,” jawab yang mengatakan dirinya Dewa.
“Dewa? Bagaimana bisa aku bertemu Dewa? Tunggu …”
Aku menghentikan ucapanku dan mengingat penyebab ku berada di tempat ini bahwasannya aku sedang mengejar penculik yang membawa Adine. Lalu, aku memasuki gerbang.
“Hmm … permisi,” sapa Dewa disertai batuk yang disengaja.
Sapa Dewa itu pun menyadarkanku, “Oh, iya. Maaf! Tapi, kalau boleh tahu kenapa aku berada disini? Lalu, bagaimana caranya keluar dari sini? Aku ingin menyelamatkan Adine yang telah diculik kedalam gerbang.”
Dewa itu mengambil gelas yang sudah berisikan teh hijau dan setelah meminum beberapa teguk, dia menjawabku sambil membawa gelas itu dengan kedua tangannya, “Aku mengerti. Kamu sedang bergegas tapi sebelum itu, aku akan memberitahumu sesuatu.”
“Apa itu?”
Dewa meletakan kembali gelas yang dibawanya itu keatas meja dan menghela nafasnya. Setelah itu, dia melihatku dengan tajam.
“Kamu telah meninggal dunia.”
Aku yang mendengar itu sedikit terkejut dan tidak percaya, “Eh? meninggal. Bagaimana bisa? Bukan, aku hanya memasuki gerbang aneh?!”
“Sulit untuk dijelaskan dan mungkin karena efek pemindahan dimensi jadi kamu kehilangan ingatan. Karena itu, aku akan membantumu.”
Seusai mengatakan itu, Dewa menunjukan jari kearahku dan tidak lama, ujung jari itu menjadi bercahaya lurus kearah dahiku. Pandanganku yang berawal dari ruang santai menjadi putih dan aku terbayang sesuatu.
Bayangan itu ialah bayangan disaat aku mengejar penculik dan memasuki gerbang. Saat aku masuk tiba-tiba gerbang itu pun runtuh meski saat itu tahu penyebab runtuhnya gerbang karena aku yang masuk gerbang. Aku sama sekali tidak peduli dan terus mengejar hingga cahaya putih menelanku.
Cahaya putih kembali menutup ingatan dan pandanganku kembali kepada sosok Dewa yang ada dihadapanku.
“Jadi, begitu. Lalu, apakah penculik dan Adine masih hidup?”
“Mereka hidup tapi tidak di Bumi melainkan di dunia lain. Penculik itu juga bahkan bukan makhluk Bumi,” ucap Dewa.
“Eh? bagaimana bisa?”
“Nanti kamu akan menemukan jawabannya,” ucap Dewa.
“Tunggu. Apakah aku masih bisa menyelamatkan Adine?
“Bisa saja. Selain sosok wanita yang kamu sebutkan ada dua orang lain yang terjebak di dunia lain namun mereka berbeda darimu. Raga dan Jiwa mereka masuk kedalam dunia lain sedangkan, dirimu hanya ada jiwa saja,” ucap penjelasan.
“Lalu, aku harus bagaimana?”
“Apa kamu masih ingin menyelamatkan mereka meski mereka tidak mengenalimu?” tanya Dewa.
Aku menjawabnya dengan senyuman lebar, “Tentu saja. Mereka masih hidup sedangkan, aku sudah meninggal dunia. Maka dari itu, Aku ingin membantu mereka kembali pulang ketempat keluarga mereka.”
“Aku memang tidak salah memilihmu. Baiklah, aku akan memberikanmu tubuh. Dia seorang penyihir namun karena kondisinya yang lemah jadi dia tidak memiliki umur yang panjang. Jika tidak keberatan, maukah kamu mengisi jiwanya dan menjalani riwayat hidupnya,” ucap Dewa.
Aku sempat terheran dengan ucapan Dewa, “Tunggu, sosok penyihir?”
“Benar, dunia yang akan kamu kunjungi ialah dunia pedang dan penyihir. Bahkan berbagai ras ada disana termasuk Elf lho … Hahahaha. Bagaimana kamu setuju?” ucap senang Dewa.
Aku masih belum percaya dengan ucapannya, “Jadi, mereka ada di dunia seperti itu!”
“Hm, mereka memang berada disana,” jawab Dewa sambil menganggukan kepalanya.
“Baiklah, aku akan menerimanya.”
“Syukurlah aku mendengarnya. Terima kasih. Lalu, apakah kamu memiliki permintaan?”
“Aku boleh meminta apapun.”
“Tentu saja apapun itu,” jawab Dewa.
“Meski egois sekalipun?”
“Kenapa tidak jika sekali-kali Dewa egois?!” ucap Dewa dengan senyuman lebar.
“Baiklah,” Lalu, aku mengambil ponsel dari saku ku, “Aku ingin membawa ini ke dunia lain. Boleh kah?”
Dewa itu pun terdiam dan dia mengusap-ngusap dagunya.
“Tidak bisa kah. Sudah aku duga.”
“Tidak seperti itu, tenang saja! aku bisa mengabulkan tapi mungkin tidak bisa semuanya fungsi di ponsel itu berjalan. Bagaimana menurutmu?” ucap penawaran Dewa.
“Baiklah, tidak masalah. Setidaknya aku ingin hidup dengan santai di dunia baruku.”
“Lalu, kamu punya permintaan lain?”
Saat Dewa menawarkan permintaan lainnya, aku pun berpikir sesuatu maka dari itu, aku mengajukan permintaan yang mungkin sulit untuk dikabulkan oleh Dewa namun aku tetap ingin mencobanya.
“Dewa, jika aku mengajukan permintaan yang mustahil apakah dikabulkan?”
“Tergantung. Katakan saja, apa itu?” tanya Dewa.
Lalu, aku pun memberanikan diri mengajukan permintaanku. “Aku ingin tidak bisa mati karena tidak tahu butuh berapa tahun aku bisa menemukan teman-temanku.”
“Tidak masalah,” jawab santai Dewa sambil menyeruput teh nya.
“Eh? semudah itu?”
“Kenapa sulit? Lagian satu hal lagi, kamu akan terus awet muda karena mana terus mengalir didalam tubuhmu.”
“Terima kasih.”
“Apakah ada yang lain?” tanya Dewa.
Disaat aku menerima anugrah yang besar dari Dewa. Aku ingin sekali membalas budi kepadanya dan aku juga tidak ingin berhutang budi kepadanya maka dari itu, aku mengajukan pertanyaan kepada Dewa.
“Dewa, aku merasa anda telah memberikanku banyak anugrah namun izinkan aku untuk bertanya kepada Anda?”
“Apa?” tanya Dewa.
“Apakah permintaan Dewa kepadaku untuk dunia lain yang akan menjadi tempat tinggalku?”
Saat aku mengajukan pertanyaan itu, Dewa tersenyum lebar bahkan matanya berkaca-kaca, “Nak, kamu memang berbeda dari yang lain. Setiap Reincarnator yang aku temui baru kali ini ada yang mengatakan permintaanku.”
“Begitukah, jadi aku yang pertama. Lalu, apa permintaan anda, Dewa?”
“Aku ingin kamu menciptakan dunia yang dimana semuanya bisa tersenyum hanya itu yang aku pinta,” ucap senang Dewa sambil tersenyum lebar hingga kedua matanya tertutup disertai air matanya yang membasahi pipinya.
“Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi keinginan anda.”
“Terima kasih, Rendy -“ ucap Dewa yang mungkin lupa dengan namaku. Lalu, aku pun menyambungnya, “Aku Rendy Purnomo.
“Terima kasih, Rendy Purnomo,” jawab Dewa.
“Sama-sama.”
“Rendy, kamu sudah siap untuk pergi?” tanya Dewa.
“Iya, aku sudah siap.”
“Oiya, sebelum itu. Silahkan minum teh yang telah aku sajikan!” ucap Dewa yang mempersilahkanku.
“Hai.”
Aku pun mengambil gelas yang ada diatas meja dan menghabiskan teh didalam gelas. Selain itu, ada sesuatu yang unik didalam teh itu ialah batang teh yang bisa berdiri meski dipermukaan air teh. Hal itu membuatku sadar bahwa sihir memanglah ada.
Lalu, aku pun tidak mempedulikannya dan meminum teh itu serta batang tehnya. Selain ada keanehan itu, teh itu memanglah sangat enak.
“Teh ini enak sekali!”
“Hahaha … itu teh buatanku. Terima kasih Rendy,” ucap bangga Dewa.
Setelah aku menghabiskan teh dan meletakan gelas diatas meja, Dewa melihat kearahku dengan tatapan tajam.
“Sudah waktu, Rendy!” ucap Dewa.
“Baiklah.”
Seusai itu, Dewa meluruskan tangan kearahku lalu, dia berpamitan denganku, “Rendy, sampai bertemu kembali!”
“Iya.”
Tidak lama kemudian, cahaya keemasan muncul dari tangan Dewa dan cahaya itu mengelilingiku. Aku mengerti cahaya ini adalah cahaya untuk mengirimkanku ke dunia lain.
“Selamat jalan!” ucap Dewa.
“Hai, aku pergi.”
Pandanganku berlahan menjadi cahaya keemasan dan itu menandakan bahwa aku sedang berpindah tempat ke dunia lain.
Aku Rendy Purnomo, seorang pelajar yang biasa-biasa saja telah meninggal dunia lalu, ber reinkarnasi ke dunia lain.
€€€
Ilustrasi Dewa:
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
ɪᴍ᭄ꦿRIZAL_VAN_BRAMASTA
Ready player one hahaha
2021-12-18
0
Arief Nurohman
untung bukan kaya jobless reincarnation yg otaknya bersih 🤣🤣🤣🤣🤣
2021-10-19
1
Malaikat yang tidak terkenal
kok kayak mirip kakek yang ada di film ready player one deh yang bagian akhir atau pas dapet kunci
2021-10-03
3