Jerat Cinta Sang Penguasa
"Adrean. Jangan begitu! aduh, ah! kau membuatku geli," suara seorang wanita terdengar sangat menggoda dan manja. Kata-katanya melukiskan perasaan yang coba dia tahan.
"Bukannya kau menyukainya? malam ini aku akan kembali membuatmu senang. Mintalah," suara sang pria tak kalah menggoda. Napasnya terdengar berat karena rasa yang sudah menjalar di seluruh urat nadinya.
"Ya! aku mau!" rayu wanita itu memelas.
"Kau memang gadis nakal, Clara!"
"Ah!" lenguhan panjang penuh kenikmatan itu terdengar mengakhiri pesan suara yang dikirim ke ponsel Graciella.
Graciella mendengar itu terdiam, dari matanya dia tampak syok dengan apa yang baru dia dengarkan. Bulu matanya yang lentik dan tebal bak kipas kecil itu basah. Air matanya lolos begitu saja jatuh tanpa mengenai pipinya.
Tubuhnya mungilnya menggigil seolah baru saja terguyur oleh seember air es. Napasnya berat dan sesak, bahkan kakinya terasa hilang tenaga. Namun tetap dia coba tegar berdiri. Tak mungkin pingsan di depan beribu orang yang sedang ada di pesta pernikahan mereka.
Tentu responnya ini bukanlah sesuatu yang berlebihan. Pria yang suaranya ada di dalam pesan suara itu jelas sekali adalah suaminya, Adrean Han. Sialnya lagi, Graciella juga tahu siapa wanita yang sedang beradu peluh dengan suaminya itu, Clara, teman akrab dulu.
Graciella tak dapat menahan tangisnya, bagaimana pun dia manusia dan bukanlah patung. Walaupun sudah begitu banyak hal menyakitkan yang sudah dia lewati sepanjang hidupnya. Tapi, dikhianati suami pada malam pernikahan tentu membuat luka yang dalam baginya.
Ya! ini adalah malam pernikahan mereka dan dia juga ada di pesta pernikahan mereka. Baru beberapa jam yang lalu Graciella dan Adrean mengikat janji suci. Dan malam ini pula, pria itu malah tidur dengan wanita lain. Bukan, bukan wanita lain, teman istrinya sendiri.
Mata Graciella tampak bergerak-gerak mencoba mencari tumpuannya. Napasnya pendek tersekat rasa sakit yang amat. Dia mencoba tersenyum pada para undangan yang melihatnya. Adrean memang pergi meninggalkannya tadi, tapi dia tak sangka kepergiannya untuk bercumbu dengan wanita lain.
“Nyonya Han, apa Anda tidak apa-apa?” tanya seseorang yang bahkan Graciella tak kenal. Kalau dipikir-pikir dia bahkan tak mengenali semua orang yang ada di pesta ini.
“Ti -tidak, a-aku tidak apa-apa,” suara Graciella parau dan bergetar menahan tangis dan nyeri bersamaan. Graciella menyeka air matanya, mencoba memalsukan senyumannya.
Namun, ponselnya kembali bergetar di atas meja beralaskan sutera putih. Seketika dia melihat ke arah layar ponselnya. Sebuah pesan dari nomor yang dikenal kembali muncul.
Graciella masih ragu membuka pesan itu. Tentu dia tahu kemungkinan besar isinya akan kembali meluluhlantakkan hatinya. Tapi rasa penasarannya nyatanya lebih tinggi dari rasa takutnya akan sakit hati. Rasa sakit memang sudah lama berteman dengannya. Dengan tangan gemetar dia membuka pesan itu.
"Kau ingin tahu di mana calon suamimu berada malam ini? cobalah kembali ke kamar pengantin kalian. Gracie, kau mungkin bisa menyandang status Nyonya Han, tapi jiwa dan raganya hanya milikku.”
Graciella membesarkan matanya yang sekarang menunjukkan gurat amarah yang tertahan. Bagaimana bisa mereka melakukan hal seperti ini padanya? Apa salahnya?.
Graciella meremas ponselnya. Dia menekan gigi geliginya dengan kuat untuk menyalurkan amarahnya. Dia harus memastikan apakah yang dikatakan oleh pengirim ini benar adanya atau tidak, walaupun dia harus siap untuk merasakan sakit yang mungkin saja lebih dari ini.
Graciella segera berdiri dan berjalan membelah para undangan yang sebagian besar menatapnya aneh. Beberapa menyapanya tapi tak dihiraukannya. Graciella hanya ingin segera membuktikannya. Diseretnya gaun pengantinnya dan keluar dari aula hotel itu.
Dengan tangan gemetar. Graciella mengetuk pintu itu. Awalnya terdengar ragu tapi semakin lama semakin mantap dia melakukannya. Tak butuh berapa lama ketika pintu itu akhirnya terbuka.
“Oh, cepat juga,” Clara tampak membuka pintunya sedikit.
Wajah Graciella yang basah dan penuh air mata sekarang tampak memerah, menahan rasa marah menatap wanita yang berdiri hanya berbalut selimut putih di ambang pintu kamar pengantinnya.
“Apa yang kau lakukan di sini?!” pekik Graciella sudah tak bisa menahan dirinya lagi. Biarlah orang melihatnya seperti orang gila. Dia sudah tak peduli.
Clara mengerutkan dahinya. Memandang Graciella seolah memandang suatu pemandangan yang aneh.
“Kau ini kenapa?” tanya Clara seolah tak bersalah.
“Aku yang seharusnya bertanya kau ini kenapa?! kenapa kau tega mengambil suamiku!” teriak Graciella terengah-engah karena emosinya yang membuncah. “Kau memang wanita murahan, Clara!”.
“Ada apa?” suara bass pria terdengar. Tak lama sosok Adrean muncul dengan tenangnya. Graciella menatap suaminya yang bertelanjang dada dengan sangat mesra melingkarkan tangannya ke pinggang Clara. “Oh, apa pestanya sudah selesai?” Adrean tampak santai menyanggah tangannya yang lain pada pintu kamar hotel itu.
Graciella tak habis pikir. Bagaimana mereka bisa begitu santainya melihat kehancuran Graciella. Benar-benar kacau bukan? dikhianati oleh suami dan teman sendiri di malam pernikahannya dan gilanya lagi mereka melakukanya tepat di kamar pengantin Graciella. Graciella tak habis pikir kenapa ada orang seperti mereka di dunia ini.
“Jangan menatapku seperti itu. Kau hanya semakin membuatku kesal,” ujar Adrean yang menatap Graciella yang tampak begitu menyiratkan kesedihan. Clara hanya tersenyum remeh. Baginya Graciella hanya wanita yang sangat menyedihkan.
Graciella benar-benar tak habis pikir. Tadi pagi sebelum mengikrarkan janji suci, Adrean masih begitu manis sikap dan sifatnya. Tapi sekarang dia bagaikan iblis penghancur hati.
“Bagaimana kau tega melakukan ini padaku? Ini malam pernikahan kita dan kau malah tidur dengan wanita murahan ini!” Graciella sudah kehilangan kontrolnya, dia ingin menyerang Clara yang terus memandangnya hina. Tapi langkahnya terhenti ketika tiba-tiba saja Adrean maju dan menjadikan dirinya sebagai tameng.
“Murahan? Lalu kau sebut apa dirimu? Tidur dengan pria lain sebelum pernikahan? Bukankah itu lebih murahan?”
Graciella terdiam. Itukah alasannya? Memang seminggu sebelum pernikahan, Graceilla tak sengaja tidur dengan seorang pria misterius saat Adrean membawanya ke pesta topeng. Malam itu, awalnya Graciella berpikir bahwa dia bersama dengan Adrean. Tapi tiba-tiba dia menyadari sosok itu bukan Adrean dan semuanya sudah terlambat. Pria itu merebut kesuciannya malam itu dan meninggalkan Graciella yang baru sadar esok paginya. Membuat Graciella tak tahu siapa pria itu hingga sekarang.
“Jika kau merasa aku murahan karena hal itu, lalu kenapa kau tetap setuju menikahi ku?”
Adrean tersenyum sinis, melangkah lebih dekat ke arah Graciella. Dengan kasarnya menggenggam rahang Graciella dan mendongakkan wajah kecilnya.
“Simpel saja, aku hanya ingin membuat setiap hari dalam hidupmu bagaikan hidup di neraka! Itu lah tujuanku menikahi mu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Mimilngemil
Belum ada 1hari menikah sudah dapat ujian luar biasa.
2024-01-13
0
putia salim
baru baca udah nyesek plus esmosi tingkat kecanatan😡
2022-12-08
0
tiesepty
aku mulai baca
2022-12-03
0