"Hei!" kejut Laura melihat temannya hanya terbegong diam.
Mata Graciella mendelik melihat tingkah temannya yang tanpa dosa duduk di depan meja praktiknya. Dia lalu menyipitkan matanya. "Kau ingin apa?" dengus Graciella kesal.
"Tidak ada, ah! kenapa malam ini rumah sakit ini sepi sekali?" tanya Laura dengan gayanya yang selalu berlebihan.
"Hati-hati berbicara. Nanti jika ramai, kau juga mengumpat dan bertanya kenapa begitu ramai?"
"Benar juga, seharusnya aku senang, pekerjaan kita jadi sedikit. Baiklah! aku ingin tidur duluan!" Laura segera bangkit untuk melaksanakan niatnya.
Tiba-tiba pintu ganda UGD berkaca buram itu terbuka. Graciella dan Laura segera memalingkan pandangan mereka ke arahnya. Melihat seorang wanita muda dengan dandanan modis masuk sambil memegangi perut bagian atasnya dan tampak cukup lemas. Melihat gayanya Graciella menganalisa, dia pasti punya masalah pada lambungnya.
"Wow, hebat sekali! panjang umur! langsung ada pasien! baiklah, aku serahkan padamu Dokter Graciella," kata Laura melempar tanggung jawab seperti yang biasa dia lakukan. Ah! entah kenapa Graciella punya teman seperti dia.
"Bisa saya bantu?" tanya Graciella yang menerima status pasien dari perawat yang mengantarkannya. Laura sudah mengeluarkan jurus tanpa bayangannya, hilang di balik pintu belakang UGD itu.
"Iya Dok, saya mual sekali. Eh, semuanya terasa bau," jawab wanita itu sambil sesekali tampak menahan muntahnya. Graciella hanya tersenyum pengertian. "Oh! aku sudah 2 bulan tidak haid."
"Kalau begitu bagaimana jika kita lakukan pemeriksaan kehamilan dahulu, Nona?" tanya Graciella.
"Memang itu tujuanku datang kemari," ucapnya cukup ketus. Graciella tak ambil pusing, dia hanya mencoba tetap bersikap ramah. "Sus, tolong dibawa ibunya ke tempat penampungan air seni."
Seorang perawat yang memang dari tadi menemani Graciella berjaga di sana mengangguk mengerti. Wanita muda itu entah kenapa dari tadi menatap sinis ke arah Graciella. Tapi tentunya Graciella tak sadar ataupun memang dia tidak ambil pusing tentang hal seperti itu. Lebih dari 3 tahun menjadi dokter. Sudah macam-macam pasien yang dia hadapi.
Tak lama perawat itu kembali dengan tampungan air seni dan sebuah alat tes kehamilan yang masih belum digunakan. Gracilella menatap ke arah perawatnya. Biasanya dia selalu sudah mendapatkan hasilnya.
"Nona ini memaksa agar Dokter sendiri yang memeriksa."
"Baiklah." Graciella segera melakukan tes kehamilan itu di depan wanita yang tampak menatapnya sinis. Perawat saja merasa aneh melihat kelakuan wanita ini.
Gracilella menunggu perlahan. Awalnya samar tapi perlahan dua garis merah itu tampak juga. Graciella tersenyum senang. Salah satu hal yang paling dia suka dari pekerjaannya adalah memberikan kabar tentang hal ini. Kabar kehamilan seseorang.
"Bagaimana hasilnya? lama sekali?" suara pria terdengar khas dan terasa familiar di telinga Graciella.
Dia langsung melihat ke arah sumbernya dan menemukan Adrean yang sudah berjalan mendekat ke arahnya. Perasaan Graciella tak nyaman seketika. Melihat gayanya, Graciella tahu pria ini sengaja memeriksakan kehamilan wanita simpanannya ini pada Graciella, tujuan utamanya pasti ingin menyakiti Graciella lagi.
"Ah! maafkan aku sayang. Iya, ini dokternya lama sekali!" manja wanita berbicara. Dia berdiri dan menghampiri Adrean yang berhenti tak jauh darinya.
Graciella masih terpaku. Melihat wanita itu bergelayut manja dalam dekapan suaminya. Wajah suaminya pun sama menjijikkannya. Senyum sinis itu terlihat lagi. Gracilella tak pernah menyukai senyuman itu, seolah selalu menghinanya.
"Hei! kenapa kau diam saja? bagaimana hasilnya? kau benar-benar dokter atau apa sih? hei! kau jangan memandang pacarku seperti itu! aku tahu dia tampan tapi dia milikku!" tegur wanita itu marah.
Gracilella yang terdiam segera sadar. Pacar, huh? decih Graciella dalam hatinya. Tapi hal itu tak ditunjukkannya. Dia lalu tersenyum tipis tertahan. "Silakan duduk dulu, saya akan menjelaskan hasilnya."
Adrean menggiring wanitanya yang entah keberapa kalinya dia bawa menemui Graciella. Tiga tahun berumah tangga, Graciella sudah kebal melihat tingkah suaminya yang menurutnya penuh kejutan.
Jika hal ini terjadi tiga tahun yang lalu, maka mungkin Graciella akan menangis dan sangat menunjukkan kemarahannya. Tapi, tiga tahun tanpa perubahan dari suaminya membuat Graciella yang nyatanya berubah.
Perasaan nyeri itu tetap selalu ada. Hanya saja Graciella sudah terbiasa dan tahu cara mengatasinya. Tentu bukan dengan cara menangis, menangis adalah kelemahan dan kelemahan semakin membuat Adrean senang.
Graciella menarik napasnya panjang hingga paru-parunya terisi penuh, sebuah senyuman manis dia sunggingkan. "Selamat ya Tuan dan Nona, kalian akan menjadi orang tua. Tolong dijaga kandungannya, saat ini kandungannya masih muda, jadi jangan dulu berhubungan tiga bulan ke depan."
"Benarkah? ah! Adrean! aku mengandung anakmu!" Wanita itu terpekik senang dan langsung memeluk Adrean yang hanya menatap tak senang pada Graciella. Dia tak senang dengan sikap Graciella yang tersenyum seperti itu padanya. Senyum Graciella bagaikan penghinaan padanya.
"Tiga bulan, waktu yang lama." Adrean melepaskan paksa pelukan wanita itu. Matanya tetap tajam menatap Gracilella yang hanya tersenyum profesional padanya. Menutupi rasa nyeri yang sebenarnya muncul hingga tangannya gemetar.
"Eh! tak musti tiga bulan bukan? jika dilakukan dengan perlahan pasti tidak apa-apa, benar bukan?" kata wanita itu seperti kalang kabut. Mungkin dia takut pacaranya ini kabur karena tak bisa melayaninya selama tiga bulan.
"Jika memang ingin tidak terjadi apa-apa pada kandungan Anda, Anda harus mematuhinya." Gracilella menatap wanita yang sekarang wajahnya bersungut dihadapannya. Mata Graciella bergulir ke arah Adrean. "Dan Anda, pakailah kontrasepsi, jika tidak Anda akan punya banyak anak di mana-mana."
Adrean jelas marah dengan apa yang dikatakan oleh Graciella. Baginya itu jelas penghinaan. Wanita ini entah sejak kapan pintar sekali berbicara dan Adrean tak menyukainya.
"Jangan membuat aku kesal, Graciella!" bisik sinis Adrean yang mencondongkan tubuhnya ke arah Graciella.
Graciella memundurkan tubuhnya perlahan. Dia kembali tersenyum seolah tak menghiraukan emosi yang ditunjukkan suaminya. "Saya hanya memberikan nasehat, Tuan. Ini suplemen kehamilan yang harus Anda makan. Tugas saya selesai." Graciella menyodorkan secarik kertas yang selesai dia tulis.
"Aw Adrean! kau membuatku sakit!" keluh wanita itu karena tangannya diremas oleh Adrean.
Adrean mengambil resep di depannya, segera berdiri dan menarik wanita itu dengan kasar. Wanita muda itu bertampang kaget dan bingung, sebelum keluar kembali dia menatap sinis Gracilella, akhirnya dia tahu kenapa wanita itu selalu menatapnya seperti itu.
"Ih! kasar sekali! wanita itu bodoh mau dengan pria kasar seperti itu!" celetuk perawat yang melihat bagaimana peringai Adrean. Tentu dia tak tahu hubungan Graciella dan Adrean. Tiga tahun sebagai suami istri, Adrean tak pernah mengganggapnya istri. Graciella tersenyum getir. dia lebih bodoh karena sudah menikahi pria seperti itu.
Graciella terdiam menatap pintu yang baru tertutup. Senyum ramahnya tadi perlahan menghilang. Sudut matanya mulai berair. Tangannya yang gemetar menahan amarah dan sakit dia masukkan ke dalam saku jas dokternya.
Nyatanya, sakitnya tetap saja sama dan tak terbiasa. Graciella hanya belajar mengendalikan dirinya. Tak akan dia izinkan Adrean merasa puas setelah menyiksa dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Ma'e Rizzky
selalu suka dgn karya nya kak quin...tp blm merasakan feel nya.. karna jujur blm bs move on dgn novel terdahulu...ky nya ini ga berhubungan dgn yg dahulu ya quin
2024-02-03
0
Mimilngemil
Kenapa tidak divorce aja?
Apakah Adrean sengaja tidak mau menceraikan Graciella?
2024-01-13
0
Mimilngemil
😂😂😂😂
dalem....
ah... Graciella luar biasa kamu.
2024-01-13
0