Graciella berjalan keluar dari pintu UGD menuju parkiran mobilnya. Waktu sudah menunjukkan tengah malam. Karena tadi ada pasien yang gawat, maka itu dia harus pulang selarut ini.
"Baru pulang?" suara Adrean kembali terdengar. Graciella segera menemukan sosok pria itu tak jauh dari mobilnya. Sedang berdiri di antara kepulan asap putih dari rokoknya yang segera dia buang ketika mendekati Graciella.
Graciella hanya memandangi pria itu. Tampan, sangat tampan. Seluruh penampilan luarnya sempurna. Mulutnya pun manis jika berbicara dengan wanita, tentunya selain Graciella. Tapi siapa yang sangka, ternyata itu hanya kulit luarnya saja. Iblislah yang bersemayan di dalamnya.
"Sejak kapan kau perhatian kapan aku pulang?" Graciella membuka pintu mobilnya dan memasukkan tas kerjanya terlebih dahulu. Tapi saat dia ingin masuk, Adrean sudah lebih dahulu menutup pintunya paksa. Membuat tangan Graciella yang masih memegang pintu itu terjepit.
"Aw!" Gracilella meringis kesakitan. Tapi pintu itu ditahan oleh Adrean, bahkan sengaja dia tekan kuat.
"Sejak kapan kau merasa kau boleh menghinaku seperti tadi?" tanya Adrean.
Graciella menyudahi ringisannya, mencoba menahan dan terbiasa dengan nyeri di tangannya yang tidak akan dilepaskan oleh Adrean hingga dia merasa puas.
"Bukannya yang aku katakan itu benar. Aku hanya mengingatkanmu. Sebagai wakil ketua departemen kesehatan, namamu akan tercoreng jika punya banyak anak dari begitu banyak wanita. Bukankah aku istri yang baik?" Graciella memandang sinis pada Adrean.
"Kau mulai banyak tingkah, Graciella!" Adrean menekan pintu itu lebih keras membuat Graciella harus menekan kedua bibirnya menahan sakitnya, tapi dia tak sanggup juga. Graciella akhirnya menunjukkan wajah sakitnya walau bibirnya terkunci untuk merintih.
Melihat wajah kesakitan Graciella muncul, Adrean akhirnya merasa cukup puas. Dia melepaskan tekanan tangannya pada pintu itu. Graciella langsung menarik dan melihat tiga jarinya terkelupas kulit arinya, ada darah yang membeku di dalamnya sehingga berwarna keunguan. Perih dan linu dia rasakan bersamaan.
"Malam ini jangan pulang ke rumah. Aku butuh hiburan karena kau membuatku kesal," ujar Adrean enteng.
“Oh? apa sekarang kau sudah kehabisan uang hingga tak bisa menyewa kamar hotel? kau mengotori rumahku,” ketus Graciella yang masih memegangi tangannya yang berdenyut.
Adrean menyipitkan matanya. Wajahnya menunjukkan keberangannya. Dia kembali menangkap rahang kecil Graciella. Meremasnya keras serta menariknya agar lebih dekat ke arah wajahnya.
Graciella menatap pria itu dengan tegar. Mencoba untuk tidak memperlihatkan rasa takutnya walaupun sebenarnya hatinya ciut. Napas Adrian yang berbau rokok itu menusuk indera penciumannya. Mata Adrean merah menatap wajah Graciella yang sebenarnya cantik tapi terlihat pucat tanpa sedikit pun riasan.
“Menjijikkan! kau benar-benar wanita paling menjijikkan yang pernah aku kenal. Apa kau tidak mengerti apa ucapakanku! turuti saja, jangan sampai kau membuatku marah!” sekali lagi Adrean meremas rahang Graciella seperti ingin menghancurkannya. Napas Graciella terdengar memburu, dia tahu Adrean tak akan membunuhnya karena entah sudah berapa kali Graciella meminta Adrean membunuhnya, tapi bagi Adrean dia lebih senang menyiksa Graciella dari pada membiarkan mati.
Adrean segera menghempaskan wajah Graciella begitu saja. Dengan tatapan sinisnya, dia berjalan ke arah mobilnya. Tak lama dia meninggalkan Graciella.
Graciella mengusap wajahnya. Bibirnya gemetar, tak tahu karena perbuatan dari Adrean atau karena dingin malam yang sudah menusuk pori-porinya. Graciella lalu masuk ke dalam mobilnya dan berjalan pergi meninggalkan parkiran rumah sakit yang sudah sangat sepi.
Graciella tak tahu kemana tujuannya malam ini. Dia tentu tak ingin pulang, bahkan jika bisa dia tak ingin pernah lagi pulang.
Dia hanya pergi mengendarai mobilnya melewati jalan yang mulai menyepi. Hal itu membawanya kembali ke masa lalu. Dia ingat bagaimana hidupnya yang berteman air mata. Ayahnya meninggal saat dia berusia tiga tahun. Di usia lima tahun, ibunya meninggalkannya begitu saja dan tak pernah kembali. Karena itulah dia harus tumbuh di panti asuhan. Satu-satunya yang membuat dirinya merasa beruntung hanya karena dia mendapatkan beasiswa penuh menyelesaikan pendidikan dokternya.
Lalu tiba-tiba saja Adrean muncul di hidupnya yang kelabu. Pria itu menghujaninya dengan semua cinta dan momen-momen indah. Graciella yang hatinya dulu tak tersentuh menjadi luluh. Tapi ternyata Tuhan tidak membiarkan Gracilella memiliki kebahagian lebih lama. Sebelum menikah, dia malah tidak sengaja tidur dengan pria lain hanya karena mabuk. Dan sekarang Adrean berubah karena merasa telah dikhianati oleh Graciella. Benar-benar sebuah cerita hidup yang menyedihkan. Mungkin akan menjadi cerita yang bagus jika dituliskan.
Pasti banyak yang bertanya kenapa dia bertahan selama tiga tahun dalam penyiksaan? bodohkah dia tetap mempertahankan cinta pada pria durjana seperti Adrean? tidak! Graciella tentu tak bodoh. Dia berulang kali ingin melepaskan diri dari pria itu. Tapi Adrean adalah pria yang punya kuasa. Dia punya pergaulan yang luas dan punya pengaruh yang kuat pula. Bahkan saat Graciella melaporkan tindakannya ke polisi. Laporannya tak ditanggapi sama sekali. Menguap begitu saja seolah tak pernah terjadi. Entah sampai kapan dia begini? mungkin hingga dia benar-benar mati.
Graciella menyeka air matanya yang membuat pandangannya buram. Saat dia selesai menyekanya, dia langsung kaget melihat apa yang ada di depannya dan dengan cepat dia menekan remnya.
Citttt .... suara ban terseret tiba-tiba.
Hal itu membuat tubuhnya terhempas, untung saja dia menggunakan sabuk pengamannya dan bisa berhenti tepat waktu. Sebuah pembatas jalan menutup aksesnya untuk melanjutkan perjalanan.
Graciella menelan napasnya. Hampir saja dia celaka, benar! kita memang tak boleh melamun saat berkendara.
“Ha!” teriak Graciella yang kaget mendengar jendela mobilnya terketuk. Dia melihat seorang tentara berdiri di luar mobilnya. Setelah mencoba mengatur napasnya sedikit, Graciella langsung membuka kaca mobilnya.
“Selamat malam, Nona, Anda tidak boleh ada di sini. Saya minta Anda untuk berputar,” kata tentara itu.
Graciella mengerutkan dahinya. “Kenapa? Setiap hari aku pulang dari jalan ini, kenapa sekarang aku harus berputar?” Bohong Graciella padahal dia belum pernah melintasi jalan ini.
“Anda tetap harus berputar, jalan ini sementara ditutup.”
Graciella mendongak mencoba melihat kira-kira ada apa di depan sana. Namun sejauh yang dia lihat hanya beberapa lapis penyekatan dan juga tentara yang berjaga.
“Di depan ada apa?” tanya Graciella penasaran.
“Tidak bisa dijelaskan, Anda harus berputar sekarang,” tegas tentara itu lagi. Graciella mencucurkan bibirnya. Hari ini benar-benar sial, pikirnya memasukkan gigi mundur.
“Hei! Komandan memerintahkan mencari dokter segera! keadaan sangat gawat!” terdengar suara teriakan dari dalam blokade itu.
“Ha?” Tentara itu sedikit kaget, mungkin dia berpikir di mana dia harus mencari dokter malam-malam begini? Apalagi tempat ini cukup jauh dari rumah sakit.
Insting Graciella sebagai dokter segera bekerja. Dia tanpa pikir panjang langsung mengajukan diri. “Aku seorang dokter!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Mimilngemil
.
2024-01-13
0
Mimilngemil
Pesan :"jauhi minuman yang memabukkan karena banyak efek negatifnya dan tidak ada positifnya"
*😛 apasie.....
2024-01-13
0
Mimilngemil
Parah ih...
Adrean sakit mental ini mah
2024-01-13
0