Rahman Bin Rahimah
Fokos dengan pekerjaannya, membuat ia mengabaikan seseorang yang sedang duduk di kursi sofa menikmati teh panas buatannya.
"Rahimah," panggilan lembut dari pria paruh baya yang tengah duduk di sofa menghentikan pekerjaannya menjahit kain.
~Sedikit cerita dari kisah hidup Rahimah~
Rahimah gadis cantik wanita muslimah berusia 21 tahun, adalah anak tunggal dari seorang duda yang bernama Muhammad Ramlan dan ditinggal mati oleh sang istri saat mengandung anak kedua.
Ia yang saat itu baru berumur 9 tahun pun mengamuk ketika melihat Ibunya Siti Fatimah dikebumikan, banyak Ibu-Ibu tetangga di sekitar rumahnya yang ikut menenangkannya. Tapi ia tetap meraung dan menagis sekencang-kencangnya di pusaran sang Ibu, sampai Ia pingsan kerena kelelahan dan tekanan mental ditinggal pergi Ibunya.
Ia bahkan sempat depresi atas kejadian itu, Ia yang mengalami depresi tidak bisa mendapat bentakan, dan semua orang di komplek sekitar rumah Rahimah pun tahu akan hal itu.
Bapaknya pun sempat hendak menikah lagi saat sudah satu tahun Ibunya meninggal, agar bisa menemani dan membesarkannya.
Datang dengan calon istri dan mengenalkannya pada Rahimah, Ramlan yang saat itu sedang pergi ke kamar mandi entah karena apa tiba-tiba Rahimah mengamuk ... tanpa banyak tanya Ramlan pun tau apa alasan putrinya kembali seperti demikian.
Ramlan pikir putrinya Rahimah sudah sembuh setelah beberapa bulan tidak pernah berprilaku seperti itu, tapi Ia bersyukur atas kejadian Rahimah yang mengamuk saat ditinggal berdua dengan calon istrinya, di situ Ia bisa melihat sifat asli dari wanita yang hendak dinikahinya.
Ternyata selain dibentak Rahimah juga dicubit dibagian bahu, Ramlan baru tahu saat membantu Rahimah mengganti buju yang kotor akibat mengamuk dan menagis seharian. Sangat kentara berwarna kebiruan dikulit putihnya.
Sejak kejadian itu Ramlan tidak pernah lagi ada niatan menikah kembali, Ia pun membesarkan Rahimah seorang diri. Rahimah juga pernah di-bully waktu SMP karena orang yang tahu tentang depresinya dan dikatai gila.
Rahimah sering dikurung di gudang oleh teman sekolahnya dan baru akan dibebaskan jika Ia sudah memohon dan mengiba, memohon ampun sembari menyebut namanya ... (Ampun ... Rahimah minta ampun ....) bahkan hampir dikeluarkan dari sekolah karena keadaannya. Untung ada Ustazah Habibah yang menjamin, menjadikan Ia tetap bersekolah. Ustadzah Habibah-lah yang juga banyak berperan besar dalam menyembuhkannya.
Seiring berjalannya waktu Rahimah pun sudah sembuh dari rasa depresinya, Ia tidak mengamuk lagi. Akan tetapi akibat pembullyan yang sering Ia dapatkan, reflek membuatnya meminta maaf memohon ampun menyebutkan nama sendiri jika merasa takut dan terancam.
Ia takut melakukan kesalahan dan terkadang itu masih terjadi sampai saat ini walau tidak sering, tapi Ia sudah bisa mengontrol. Melihat Bapak yang tidak menikah lagi, Ia pun mengijinkan Bapaknya untuk menikah lagi saat Ia duduk di kelas 9 yang langsung di tolak pak Ramlan tegas, bahwa cukup Rahimah saja yang menemani masa tuanya ... maka ia sudah sangat bahagia dan Rahimah tidak bisa memaksanya.
Setelah lulus SMA Rahimah tidak melanjutkan kuliahnya kembali, Ia lebih memilih menjadi tukang jahit di rumah agar membantu pemasukan keuangan Bapaknya.
Ia yang diam-diam tahu dengan kerugian sang Bapak, yang pernah ditipu rekannya membuat Ia memutuskan tidak mau kuliah, dan memberi alasan bahwa Ia ingin belajar membuat baju di rumah saja ... walau sang Bapak menyarankan Ia untuk kuliah jurusan Desainer Fashion tapi Ia tetap tidak ingin membebankan sang Bapak.
Ada banyak peralatan untuk membuat baju di dalam almari Ibunya, semua milik Ibu cukup ... dan Ia bisa belajar sedikit demi sedikit dari situ. Ia juga ingat pernah diajarkan oleh Ibunya cara membuat baju sendiri, dan itu sudah bisa jadi contoh pembelajaran agar Ia bisa mencobanya.
Sering salah dalam membuat baju tidak membuatnya menyerah, Bapaknya yang seorang penjual kain juga turut membantu Rahimah ... pak Ramlan akan membawakan kain sisa jualannya yang bisa dibuat baju. Jadi Ia selalu memanfaatkan hal itu, dan hasil yang Ia raih pun tidak sia-sia. Sekarang Rahimah sudah bisa membuat baju sendiri, terkadang beberapa tetangga juga minta dibuatkan baju olehnya, uangnya bisa Ia tabung untuk sehari-hari.
~Kembali menyambung keawal~
Rahimah yang berada di sudut ruangan dengan jarak beberapa meter dari tempat Bapaknya duduk, segera beranjak dari tempat mesin jahit.
"Iya Pak ada apa?" Sembari mendekat dan ikut duduk di samping Bapak.
"Besok kamu jadi pergi ke pernikahan temanmu yang di Bandung?" Tanya Bapak sembari meletakkan gelas berisi teh panas yang sudah diminumnya sedikit.
"Iya, Pak jadi." Angguknya cepat.
"Ya sudah, Bapak berpesan ... kamu hati-hati kalau pergi. Bapak cuman takut terjadi apa-apa denganmu."
"Inggih Pak, Insya Allah Imah bisa jaga diri. Lagian kan sudah sering Imah ke Bandung bareng Ustadzah Habibah," jelasnya.
"Kamu memang sudah sering pergi ke Bandung, tapi Bapak masih suka khawatir .... Sama siapa saja perginya?"
"Sama Nurul dan Dinda Pak, mereka nanti yang jemput aku pakai Travel." jelas Rahimah dan diangguki Bapak.
"Kalau begitu, Bapak pergi dulu! Mau buka toko," ujar Ramlan setelah meneguk habis teh panasnya.
"Nanti Aku izin keluar sebentar ya Pak?" Kata Rahimah meminta izin sambil berjalan mengantar pak Ramlan ke teras.
"Memangnya Kumu mau ke mana?" bertanya kembali kepada Rahimah.
"Mau ke rumah Ustazah Habibah, mengantarkan bajunya yang sudah selesai Aku jahit Pak. Sekalian belanja bahan dapur di warungnya Kak Sari," jelasnya.
"Ya boleh ... hati-hati di rumah, Bapak berangkat sekarang." Sembari mangulurkan tangan saat sudah duduk di atas motornya yang langsung disambut Rahimah dan diciumnya. Tak lupa pak Ramlan mengusap pucuk kepala Rahimah lembut yang terbungkus kerudung.
"Assalamualaikum." Ucap Ramlan sambil men'stater motornya.
"Wa'alaikumussalam," sahut Rahimah.
Lantas kembali ke dalam rumah, mengambil tas juga baju Ustazah Habibah kemudian mengunci rumahnya dan pergi dengan berjalan kaki.
Rumah Ustazah Habibah hanya terhalang empat buah rumah dari rumahnya. Ustadzah Habibah adalah istri dari Ustadz Ahmad, salah satu orang terkemuka di kompleknya ... dan Ustadz Ahmad baru meninggal 2 bulan yang lalu, setelah Ustadz Ahmad meninggal Ustadzah Habibah lebih sering mengajari orang mengaji di rumahnya.
Tiba di rumah Ustazah Habibah Jam sudah menunjukkan jam 08:15 menit, Rahimah mengira sepagi ini pasti belum ada murid yang mengaji di rumah itu ... tapi ia keliru. Saat ia mengucap salam dan mendapatkan balasan juga dipersilakan masuk kedalam rumah tersebut, karena pintu yang terbuka lebar. Terlihat wanita cantik kira-kira seumuran dengannya berpakaian muslimah mamakai kerudung sampai dada, tengah duduk bersila dihadapan meja kecil yang di atasnya terdapat buku IQ'RA.
"Imah kenapa diam di situ? Ayo sini masuk," panggilan dari Ustazah Habibah mengalihkan perhatiannya dari wanita yang tengah tersenyum kepadanya.
"Ini Bu Ustazah, saya membawa baju yang sudah selesai dijahit." Mendekat memyambut tangan sembari menciumnya.
"Oh sudah selesai ya? Ya sudah duduk sini, biar Ibu ambil uangnya dulu. Nak Mariam Ibu tinggal sebentar ya?" Wanita yang bernama Maryam mengangguk. Sepeninggalnya Ustazah Habibah, Rahimah mencoba bersikap ramah dengan menyapanya.
"Mbak murid barunya Ustazah Habibah ya?" tanya Rahimah ramah, tersenyum melihat wanita yang juga tersenyum kepadanya.
Mengangguk cepat dan menjawab, "Iya ... saya baru tiga bulan belajar mengaji sama Ustazah Habibah, dan sekarang saya sudah IQ'RA empat," ucapnya bangga.
Rahimah melongo mendengarnya, melototkan mata memandang tidak percaya. Ia segera mengerjapkan mata saat sadar dengan dirinya yang hanya diam bergeming.
"Oya? Hebat dong?" Pujinya, agar Maryam tidak tersinggung dengan dirinya yang sempat bengong. Sementara, orang yang disanjung tersenyum malu.
Meninggalkan rumah Ustazah Habibah, Rahimah pergi ke warung yang ada di seberang rumah Ustazah Habibah.
Saat sudah di depan warung, Ia sudah disambut oleh Sari, Kakak kelasnya semasa sekolah ... 2 tingkat darinya.
"Imah mau beli apa?" menyapa ramah pembelinya.
Sementara orang yang duduk di kursi samping Sari berdiri, menatapnya benci. Dia adalah Maya adik dari Sari dan teman sekelasnya, Maya juga pernah ikut membullynya waktu sekolah. Tapi ada Kakaknya yang memarahi Maya, jika ketahuan melakukan itu ... sejak mereka satu sekolah di bangku SD hingga SMA, Maya telihat tidak suka dengannya dan sampai sekarang, tapi Rahimah tidak peduli. Ia sudah biasa mendapat perlakuan seperti itu.
"Beli gula satu kilo, sabun cucinya satu bungkus yang tanggung, teh satu kotak, sama garam satu bungkus yang besar," ujarnya menyebut bahan belanjaannya.
"Jadi 27.000 rb." sembari menyerahkan kantong pelastik, dan ditukar Rahimah dengan uang pecahan 50.000 rb. "Ini uangnya Kak."
"Kembali 23.000 rb."
"Makasih Kak?" Ucap Rahimah menerima kembaliannya.
"Sama-sama," jawab Sari.
Melirik kepada Maya Rahimah tersenyum dan menyapanya. "Besok kamu jadi pergi ke bandungkan Maya?" tanya Rahimah yang di sahut ketus oleh Maya.
"Terserah gue mau pergi atau enggak, itu gak ada urusannya sama elu," ujarnya sembari pergi.
...****************...
Terlihat seorang pria tampan dengan sorot mata tajam, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas yang juga ditumbuhi bulu halus dengan setelan jas warna hitam menutupi kaos putih yang melekat di tubuhnya, dipadu padankan dengan jins hitam .... Tengah menuruni anak tangga dan menghampiri meja makan.
Dia ialah Cristian Santiago, 26 tahun ... seorang CEO termuda di sebuah purasahaan besar tempat jasa pengiriman barang. Ia selalu pergi ke kantor dengan pakaian apa saja yang ia inginkan hari ini, selalu terlihat santai tapi dengan wajah yang datar dan dingin.
Di meja makan pun sudah ada seorang gadis cantik, berambut panjang lurus tergerai indah yang tebih muda 6 tahun darinya menyambutnya dengan senyum manis ... dialah Cristina Santiago.
"Selamat pagi Kak?" sapa Cristina setelah Kakaknya berdiri di dekat meja makan.
"Pagi juga," balasnya sembari menarik kursi dan duduk di samping Adiknya.
"Apa besok Kakak jadi pergi?" Bertanya sambil menyiapkan sarapan untuk Kakaknya.
"Ya," jawabnya singkat.
"Jadi hari ini Kakak akan lembur?" Tanyanya lagi sembari meletakkan piring dihadapan Sang Kakak.
"Iya. Lalu Kau ... apa jadi pergi mengaji hari ini?" Cristina tersenyum menatap sang Kakak dengan semangat mengiyakannya.
"Iya dong ... Akukan sudah siap." Berdiri merentangkan tangan menggerakkan sedikit badan ke kiri dan kanan, memperlihatkan penampilannya yang sudah memakai busana gamis.
Cristian pun menoleh memperhatikan penampilan Adiknya, dari atas sampai bawah, kemudian mengerutkan kening.
"Kenapa gak pakai kerudung?" saat sudah menyadari penampilan Adiknya, ada sesuatu yang kurang.
"Kelamaan kalau pakai kerudung sekarang ... gerah. Ini kerudungnya sudah Aku simpan dalam tas." Ucapnya mengeluarkan sedikit kerudung, memperlihatkan kepada Kakaknya.
"Hemm, memangnya Kamu mau mengaji jam berapa? Dan kuliahmu bagaimana?"
"Jam 8, kalau kuliahku nanti jam sepuluh'an," ucap Cristina menikmati sarapannya.
"Apa mau diantar bareng Kakak?" Sambil menyantap Nasi goreng buatan Adiknya.
"Iya Aku sekalian bareng Kakak aja deh."
Selesai sarapan mereka pun pergi.
Sampai di rumah tempatnya belajar mengaji, Cristina segera turun. Cristian pun melesat pergi meninggalkannya.
...****************...
Di dalam ruang kerjanya Ia terlihat serius saat mendengarkan seseorang berbicara di seberang sana melalu telepon genggamnya.
"Pantau terus pengembangannya, kumpulkan semua bukti-bukti. Besok Aku akan berangkat kesana," ucapnya dingin dan tegas menyahut lawan bicaranya dan langsung mematikan teleponnya.
"Bangg satt" umpatnya geram menggegam Hp, ditangannya dengan erat sampai rahangnya mengeras.
"Berani-beraninya Kau ingin bermain di belakangku, liat apa yang akan Aku lakukan besok pada kalian PENGHIANAT." ujarnya penuh penekanan.
Memandang selembar foto ditangannya. Melirik foto-foto yang ada di atas meja, di dalam foto menampakkan sepasang manusia yang sedang berjalan-jalan di tepi pantai, dengan bahagia tak jauh berbeda seperti ditangannya membuat darahnya mendidih.
Mejalin hubungan dengan wanita selama bertahun-tahun, tentu saja sudah banyak cerita indah yang telah dia buat bersama.
Begitu juga dengan perasaan cintanya yang sudah berlabuh pada kekasihnya, dan dia pikir pastilah kekasihnya pun juga dimikian kepadanya.
Tapi saat beberapa bulan lalu Ia menyelidiki keberadaan kekasihnya, Ia malah mendapatkan kenyataan buruk dari laporan anak buahnya, bahwa sang kekasih sedang berselingkuh.
Bertahun-tahun mengenal sang kekasih nyatanya tidak membuat ia mengenali sifat asli wanita itu. Entah karena cinta yang begitu besar atau kerena terlalu bodoh, hingga Ia selalu mamaafkan kesalahan kekasihnya.
Setelah ia menunjukkan foto-foto perselingkuhan itu, kepada kekasihnya ... wanita itu berkilah mengatakan bahwa mereka hanya berteman, Ia pun menganggap itu hanya angin lalu dan berharap kekasihnya itu berkata jujur.
Dan lagi-lagi saat ini ... ia menyelidiki kekasihnya, Ia kembali mendapatkan laporan yang tidak jauh berbeda dari yang dulu. Dibodohi dan dikhiyanati, itulah yang Ia rasakan saat ini, dan Ia baru sadar bahwa Ia hanya dimanfaatkan oleh kekasihnya.
Mengambil semua foto-foto yang ada di atas meja, lalu Ia remas sekuat tenaga. Kenyataan buruk itu seperti mimpi baginya, selama ini selalu saja Ia tampik. Tapi untuk kali ini Ia tidak akan memaafkan lagi kesalahan yang fatal dari kekasihnya.
Seandainya Ia tidak pernah tahu dengan perselingkuhan kekasihnya, selangkah lagi Ia hampir menikahi wanita pujaannya itu.
"Semua keperluan yang lo butuhkan sudah gue siapin," Ia yang tengah geram meremas foto yang ada di tangannya tersentak kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang datang dan langsung bicara.
"Brengg ss*k lo Adit, main masuk aja ... untung gue gak serangan jantung," sungutnya menatap kesal, sedang orang yang ditatap terkekeh geli karenanya.
Ya ... hanya yang sudah sangat dekat saja, yang berani seperti itu kepadanya. Jika orang yang baru saja mengenalnya, tentu tidak akan berani saat metihat wajah dinginnya.
"Hehe.. sory sory, lupa gue. Piss." Ucapnya mengangkat tangan, memperlihatkan jari telunjuk dan tengahnya membuat simbol v.
"Kamar lo dengannya bersebelahan, jadi lo bisa menangkap basah mereka." Sembari duduk di bangku sofa dengan santai.
"Hemm." Gumamnya membuang foto, yang sudah tidak berbentuk lagi ke tempat sampah.
"Apaan tuh yang elo buang? Foto lagi?" bertanya sekaligus menjawab sendiri.
"Buat kali ini lo jangan bodoh lagi, gue gak setuju. Cewek kaya dia nih yah ... mustinya enyah dari dunia ini ... bisa-bisa ini bumi hancur gegara banyak cewek kaya dia," ucapnya panjang lebar menatap serius kepada atasan berkedok teman. Sedang yang dikatain bodoh menatapnya nyalang tapi Adittetap cuek karena sudah biasa.
"Kali ini gue gak bakalan biarin mereka hidup enak, di atas penderitaan gue," kemarahan yang tadi, datang kembali ditambah mendengar kata bodoh oleh bawajannya.
"Mereka harus merasakan rasa sakit yang teramat sakit," ujarnya dengan rahang yang mengeras, dan menggepalkan kedua tangan memperlihatkan urat-urat tangannya sembari melotot kepada Adit.
"By the way, gimana sama calon adik ipar gue? Udah bisa ngaji belom?" tanyanya mengelihkan pembicaraan dengan mulut penuh makanan yang baru saja Ia ambil dari dalam toples.
Adit tidak ingin membuat atasannya marah tak terkendali saat ini, lebih baik tenaganya disimpan untuk besok pikirnya.
"Lumayan, udah IQ'RA empat katanya," ujarnya tersenyum samar hampir tidak terlihat, menatap Asisten sekaligus teman semasa kuliahnya.
Jika sudah membicarakan sang adik, Ia sangat antusias apa lagi berhubungan dengan perkembangan belajarnya, tapi Ia bisa menutupi expresi wajahnya yang datar. Adit memang sudah tau kelemahan temannya ini, dan hanya dia yang tau.
"Wah hebat yah, udah ada kemajuan tuh Cristina," ucapnya yang langsung di sahut Cristian.
"Panggil dia Maryam, kalau gak lo bakal kena marah dia." ralat Cristian.
"Iya, iya.. lupa gua ah," ucapnya sewot.
BERSAMBUNG...
Terimakasih karena sudah berkenan membaca karya saya ini, semoga tidak membosankan dan bisa membuat semua terhibur.๐
Tinggalkan jejak, komen, like, gift atau vote dan jangan lupa jadikan favorite. ๐โ
Noormy Aliansyah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
bungaAaAaA
gausah pake rb lagi thor kan udh ada 0 nya
2022-10-04
1
ZaeV92
karena cinta memang bisa membuat seseorang menjadi bodoh ๐
2022-07-18
0
ZaeV92
Rahima nama yang bagus ๐
2022-07-18
0