BAB 5

"Kenapa kami harus pergi?" Tanya pak Ramlan geram karena di usir dari rumahnya.

"Karena Rahimah adalah wanita pel*cur, dia tidak pantas tinggal di sini ...."

"Astagfirullahhalazim," pekik pak Ramlan.

Bagai tersambar petir di siang bolong, saat warga mefitnah Rahimah sebagai seorang yang hina. Memegang dada yang terasa sakit karena mendengarnya, sedikit mundur ke belakang hingga tersandar di depan daun pintu.

Nurul dan Dinda yang melihatnya dengan sigap memengangi lengan kiri dan kanannya, serta menuntun pak Ramlan ke kursi di dekat pintu agar dapat duduk.

"Ya kami tidak ingin kampung ini kena Azab gara-gara ada pel*cur di sini," sahut yang lain, dominannya ibu-ibu.

"Hei Ibu ... kalau ngomong itu jangan asal nuduh," sungut Nurul dengan geram.

"Kami tidak menuduh, itu kenyataan ... dan ada saksinya." sangkal warga lagi.

"Mana saksinya? Saya mau tau orangnya?" Kesal Dinda menatap satu-satu kepada warga.

"Itu Maya saksinya, dia yang bilang kalau Rahimah masuk kamar hotel dengan laki-laki," tunjuk warga mengarah kepada Maya yang berada di belakang mereka. Seketika Maya menciut karena di tunjuk, tapi ia pura-pura bersikap biasa.

"Hai Maya ... ngomong apa kamu sama warga? Kamu jangan asal mefitnah ...." Ujar Nurul menatap tajam kepada Maya.

"Siapa juga yang mefitnah? Denger ya Ibu-Ibu ... Bapak-Bapak ... Saya melihat dengan kepala mata saya sendiri ..." Pak Ramlan hanya diam memperhatikan karena masih merasa sakit di bagian dada.

"Kalau Rahimah itu masuk ke dalam kamar hotel dengan laki-laki ... tempat kami menginap semalam. Kebetulan Saya hendak kembali ke kamar Saya, dan Saya melihatnya," kilah Maya.

"Bohong itu, itu semua tidak benar ...." bela Dinda.

"Tenang-tenang ada apa ini?" Pak Rt datang dengan Ibu Rt dan Ustadzah Habibah. Mereka berjalan kedepan dan mendekat kepada pak Ramlan, menghadap kepada warga.

"Semuanya tolong tenang dan jelaskan ada apa sebenarnya?" ucap Pak Rt Harun selaku Rt.

"Pak Rt, Rahimah itu adalah pel*cur ..." Ujar warganya masih menuduh.

"Astagfirullahhalazim ...." Pekikan serempak dari Pak Rt, Ibu Rt, dan Ustadzah Habibah.

"Dengar Ibu-ibu, Bapak-Bapak ... Rahimah bukanlah seorang pel*cur. Saya yang membantu mendidiknya ... jadi Saya tau, dia bukan pel*cur," tegas Ustadzah Habibah penuh penekananan.

"Bu Ustadzah memang membantu mendidiknya, tapi Bu Ustadzah pasti tidak tau apa saja yang ia lakukan di luar sana."

"Astagfirullahhalazim Ibu-Ibu, istigfar ... jangan asal menuduh seperti itu," keluh Ustadzah Habibah, tiba -tiba terdengar teriakan dari dalam.

"Aaaaaarrrrggghh."

Nurul dan Dinda segera masuk ke kamar Rahimah, mereka terkejut melihat keadaan di dalam kamar. Semua barang-barang, bantal, guling, selimut dan yang lain berserakan di lantai. Sedang Rahimah meringkuk di sudut ruangan dekat ranjang.

Perlahan Nurul dan Dinda mendekat dan menyentuhnya, tapi seketika Rahimah histeris ketakutan. Sepertinya ia sudah lama bangun dan mendengar teriakan orang-orang di depan rumahnya, lalu menyebabkan ia ketakutan.

"Aaaaaarrrgghh."

"Tenang Imah ... tenang ... ini kami," bujuk Dinda mengusap punggung Rahimah pelan.

Mendongkakkan kepala melihat Nurul dan Dinda, kembali ia menangis di dekapan temannya.

"Haaaeiks ... haaeikss ...."

"Tenanglah ... tidak akan terjadi apa-apa, ada kami di sini." Ujar Nurul mengangkat pelan tubuhnya dan berjalan ke ranjang.

Dengan sigap Dinda memungut bantal guling, mereka pun merebahkannya dan menyelimuti Rahimah sembari menenangkan.

"Tidak apa-apa Imah ... semua akan baik-baik saja, kami selalu bersamamu." Kata Dinda membelai kepala Rahimah.

Tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut Rahimah, tapi matanya terus mengeluarkan air mata sembari menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Nurul dan Dinda memandangnya iba, ikut menagis sambil menutup mulut mereka agar tidak mengeluarkan suara.

Dinda terus mengusapnya, sementara Nurul membantu merapikan barang-barang yang berserakan. Rahimah tetap dengan posisinya seperti manusia yang kehilangan Ruh, diam tak bergerak tapi mata masih terbuka.

Tiba-tiba Ustadzah Habibah dan Ibu Rt masuk dengan pelan.

"Assalamualaikum." Ucap Ustadzah di depan pintu.

"Wa'alaikumussalam Bu Ustadzah," ujar Nurul dan Dinda, mereka bergeser memberi ruang untuk Ustadzah Habibah dan Ibu Rt yang berjalan mendekat menghampiri Rahimah.

Duduk di pinggiran ranjang lalu menggenggam tangan Rahimah sembari mengusapnya lembut.

"Imah ...." Panggilan dari Ustadzah Habibah menarik perhatiannya.

"Haaaaaeiks ... haaaaeikss ... Ib..buuu ... hiks ... hiks ...." Segera di dekap oleh Ustadzah Habibah.

"Apa yang terjadi padamu imah?" tanya Ustadzah habibah sembil mengusap punggung Rahimah dalam pelukannya.

Lama Rahimah menagis hingga akhirnya ia tenang. Perlahan Rahimah memandang orang-orang yang ada di dalam kamarnya, kemudian kembali kepada Ustadzah Habibah dengan pandangan lesu dan kosong, ia kembali murung.

"Sepertinya Imah kembali depresi dan trauma lagi," tutur Ustadzah saat Pak Ramlan datang dan mendekat. Hanya ada Nurul dan Dinda yang setia dari tadi, karena Ibu Rt sudah pulang saat Rahimah mulai kembali tenang.

"Ya Allah .., apa perlu kita mendatangkan psikologi/psikiater Bu Ustadzah?" ucap Pak Ramlan lirih dengan bibir yang bergetar melihat putrinya yang berbaring di pangkuan Ustadzah Habibah.

"Tidak perlu Pak Ramlan, bukankah dulu kita juga sudah pernah menangani ini?"

"Yang perlu kita lakukan adalah, memberi suasana baru, melawan rasa traumanya, ajak Imah jalan-jalan agar tubuhnya banyak bergerak, ajaklah juga ia berbicara sesering mungkin, jangan biarkan ia tidur siang terlalu lama takutnya ia akan kesulitan tidur di malam hari," tutur Ustadzah Habibah menjelaskan, Pak Ramlan mengangguk mengerti.

...****************...

"Apa semalam Tuanmu itu banyak minum?" Tanya seseorang di depan pintu kamar hotel.

"Sepertinya begitu tuan Adit." Jawab orang yang berdiri di sampingnya, melirik jam di tangannya dan mendengus kesal.

"Sialan ... sekarang sudah jam 2 tapi dia belum juga bangun. Apa dia tidak ingin kembali ke Jakarta?" sungutnya kesal melirik orang di sampingnya yang tak lain ialah Tomi.

"Cepat buka," perintahnya yang langsung di laksanakan.

"Ceklek." Ia pun masuk setelah pintu di buka oleh Tomi.

Berjalan tegas sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, saat sudah di dalam ia terkejut melihat baju wanita ada di lantai.

"Astaga, apa yang terjadi?" mendekati sang empuhnya kamar.

"Tian?" Sambil menarik kaki Cristian yang terbungkus selimut.

"Hei Tiaaan ...." Teriaknya karena tidak di respon sama sekali.

"Cristian," kali ini teriakannya membangunkan orang tersebut.

"Berisik," katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur dan ia kembali tidur.

Kesal karena diabaikan Adit pun memakinya sembari menarik selimut.

"Cepat bangun apa lo tid--- astagaaa Cristiaaan." Sentaknya kaget dengan apa yang ia lihat saat ini, begitu juga dengan Tomi dia bahkan langsung memalingkan wajahnya kesamping.

"Kenapa sih? Berisik banget tau gak," ucap Cristian masih dengan mata terpejam.

"Apa semalam lo bercinta?" tanya Adit dingin.

"Apa? Aww ...." Merasakan sakit di kepalanya saat mengangkat kepalanya hendak melihat Adit yang berada di depan kakinya.

"Kenapa kepala gue sakit banget?" tanyanya memejamkan mata sambil memijit pelipisnya, ia bahkan tidak melihat bahwa orang di hadapannya sedang menahan geram.

"Apa lo gak ingat apa yang terjadi semalam?" Berkata dengan penuh penekanan.

"Semalam?" ujar Cristian yang masih belum menyadari dengan keadaan dirinya yang bak bayi baru lahir.

"Ahh ... ya, Aku ingat. Semalam Aku sudah menghajar selingkuhannya Sherlin," ujarnya juga dengan marah karena mengingat perselingkuhan kekasihnya.

"Lalu, apa kemudian kau bercinta hah?"

"Apa ... bercinta?" Ia malah benjawab dengan pertanyaan.

"Bangun, dan lihat keadaan lo brengseeekk." Teriak Adit benar-benar geram melihat keadaan teman sekaligus atasannya.

Cristian tersentak kaget mendengar Adit yang berteriak, karena ia tidak pernah melihat Adit seserius ini jika sedang marah. Perlahan Ia bangun, menurunkan kakinya ke lantai sambil masih dengan mata terpejam dan memijit pelipisnya.

"Lihat ... apa yang lo lakuin semalam, dan apa itu?" tunjuk Adit di belakang Cristian, mengikuti arah tunjuk Adit. Ia diam sejenak, bingung dengan apa yang ia lihat di sprei.

Adit yang melihat Cristian hanya diam kembali geram. "Jadi, apa lo semalam bercinta dengan seorang perawan," pertanyaan Adit membuat Cristian memandangnya bingung dengan kening yang berkerut. Melihat Cristian yang bingung Adit yakin pasti Cristian tidak sadar melakukannya, ia pun ikut-ikutan memijit pelipisnya.

"Ya Tuhaan.." Keluhnya.

"Cepat lihat keadaan lo," tunjuk Adit menggunakan dagu.

โ€Jesus Christ ....โ€ pekiknya.

"Apa ini? Kenapa gue gak pakai baju?" Ia juga heran sendiri sambil menarik selimut menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Tomi."

"Iya tuan."

"Ambil itu." Tunjuknya kepada baju wanita yang ada dilantai. Mengambil baju yang di serahkan Tomi dan melemparnya dengan kasar ke wajah Cristian.

"Jadi lo benar-benar gak ingat? Dan apa sekarang lo sudah ingat saat melihat baju wanita itu." Sungutnya kesal melihat Critian.

Diam lagi sejenak mengingat apa yang terjadi semalam, dan samar-samar ingatannya akan kejadian semalam mulai muncul.

Ampun tuan ... ampun ... ampuni Rahimah ... ampun

Hiks ... hiks ... ampuni ... Rahimah tuan

Tolong ... hiks ... tolong ... ampuni Rahimah tuan

Tidak ... tolong jangan tuan ... ampuni Rahimah

Sekarang kata-kata seorang wanita memenuhi pikirannya, sakit kepala yang awalnya hanya sedikit jadi tambah sakit karenanya.

"Apa lo udah ingat?"

"Sedikit." Gumamnya membuat Adit berdecak kesal.

"Ckk, Tomi ... Periksa CCTV."

"Baik tuan, dan ini," menyerahkan sapu tangan berwarna merah muda polos, di ujungnya ada sepasang nama yang di buat dari sulaman. Terlihat sepertinya saputangan itu sudah lama tapi masih terawat, Tomi pun berlalu pergi.

"Ramlan dan Fatimah." Adit membaca nama yang tertera di ujung atas.

"Apa itu? Apa itu milik wanita itu."

"Mungkin," Sembari menyerahkan kepada Cristian.

"Cepatan lo mandi, ini sudah jam 2."

"Apaaa ... jam 2?" Kembali ia kaget.

"Ckk ... cepetan lo buruan mandi, emang lo gak ngerasa kotor apa? Itu darah udah kering di benda pusaka lo," ejek Adit, Cristian pun menyingkap selimutnya sembari berjalan dengan santai menuju kamar mandi, dan itu malah membuat Adit menatapnya nyalang.

"Cristiaaan ...." Bentaknya.

"Apaan?" balas Cristian membentak.

Adit benar-benar marah saat ini melihat kelakuat temannya, Ia pun berlalu pergi meninggalkan Cristian tanpa banyak kata.

...----------------...

Di dalam kamar mandi Cristian diam merenung, kembali mengingat-ngingat siapa gerangan wanita yang sudah ia ambil mahkotanya.

Ada penyesalan yang mengganjal di hatinya, bagaimana dengan keadaan wanita itu? Apa yang saat ini wanita itu lakukan? Semoga saja wanita itu tidak bertindak yang membuatnya kehilangan nyawanya. Ucapnya dalam hati.

Selesai mandi ia pun keluar dari kamar mandi, di lihatnya kamar sudah rapi, sprei pun sudah di ganti. Saat ia sudah mengenakan pakaian, Adit datang bersama pelayan dengan berbagai makanan.

"Makan dulu, gue tau lo belum sarapan dan makan siang. Sebentar lagi Tomi datang dengan CCTVnya, jadi cepetan lo makan." Ketusnya sembari memainkan Hp duduk di ujung sofa.

Cristian tidak menanggapinya, ia tau kenapa Adit bisa bersikap seperti itu. Ia makan dengan diam karena sejatinya ia menang lapar jadi ia masa bodoh.

Usai menyantap makan siangnya, Tomi datang dengan laptopnya. Tanpa di perintah Tomi segera menghidupkan laptop dan meperlihatkan kepada kedua atasannya.

Di situ terlihat bahwa Cristian di bantu oleh Tomi masuk ke kamarnya, tapi Cristian mengusirnya dan tidak lama kemudia ada wanita seksi yang lewat di depan kamarnya dengan segera di tarik oleh Cristian, tapi wanita itu cepat berpegangan pada pintu juga terlihat seperti berteriak meminta tolong. Tiba-tiba wanita berhijab membantunya, karena wanita berhijab itu agak kesulitan maka ia masuk sedikit ke dalam kamar.

Cristian dan Adit melongo melihat apa yang di lakukan oleh wanita seksi itu, pasalnya terlihat jelas kalau wanita seksi itu sengaja mendorongnya masuk lebih dalam ke kamar itu.

"Ckk ... wanita macam apa dia itu? Sudah di tolong malah sengaja mendorongnya, dan malah membiarkannya bersama dengan laki-laki breng seekk," kesal Adit bersungut-sungut, semantara Cristian menatapnya tajam penuh peringatan.

"Apa? Memang benarkan? Laki-laki yang meniduri wanita perawan secara paksa, kalau bukan brengsekk ... lalu apa?" Balasnya menatap tajam, kali ini Adit terlihat serius.

Menghela nafas, memikirkan apa yang di katakan Adit kepadanya itu memang benar.

Sekarang Cristian bertambah menyesal dengan apa yang terjadi, apa lagi saat tau bagaimana cara ia sampai berbuat seperti itu.

"Kenapa lo diam? Nyesal, udah memperkosa anak gadis orang?"

"Tomi, cari tau keberadaan wanita itu." Tunjuk Cristian pada layar laptop.

"Baik tuan, kalau begitu Saya permisi." Tomi berlalu pergi.

"Sekarang apa yang harus gue lakuin?" Ctistian binggung sendiri.

"Untuk sementara kita cari dulu orangnya, untuk selanjutnya kita liat aja nanti."

Menghela nafas sembari menyandarkan punggung ke sandaran sofa dan memejamkan mata kemudian berucap.

"Gue bener-bener nyesel, sama sekali gue gak ada niatan buat ngerusak anak gadis orang."

"Gue ngerti ... ini pasti gara-gara masalah lo sama Sherlin, gue udah denger ceritanya dari Tomi."

"Entahlahh apa yang bakal wanita itu lakuin sama gue nanti, gue rasa ... gue harus siap dengan apa yang akan terjadi."

"Kalau dia minta elo tanggung jawan, trus apa yang bakal lo lakuin?"

"Entahlah, tapi apa dia mau minta tanggung jawab sama gue? Kalau nanti dia tau siapa gue sebenarnya pasti itu gak akan mungkin?"

"Iya gue ngerti maksud lo."

"Jadi ... apa kita kembali ke Jakarta sekarang?"

"Heem."

Cristian dan Adit pun segera berangkat ke bandara, semua masalah kemarin malam ia serahkan kepada Tomi. Ia tinggal menunggu perkembangan apa yang Tomi berikan kepadanya.

BERSAMBUNG.....

.

Terimakasih karena sudah berkenan membaca karya saya ini, semoga tidak membosankan dan bisa membuat semua terhibur.๐Ÿ™

Tinggalkan jejak, komen, like, gift atau vote dan jangan lupa jadikan favorite. ๐Ÿ˜ŠโœŒ

Noormy Aliansyah

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

Mudah mudahan yg suka fitnah mengalami seperti yg dia fitnahkan ke orang lain...Aamiinnn

2022-04-18

1

๊ง๐Ÿ’๐•ฌ๐–“๐–“๊ช—_๐–‰๐–๐–š๐–’๐–†๐–‰๐–Ž๐Ÿ’๊ง‚

๊ง๐Ÿ’๐•ฌ๐–“๐–“๊ช—_๐–‰๐–๐–š๐–’๐–†๐–‰๐–Ž๐Ÿ’๊ง‚

astaga asal menghakimi orang. tapi sepertinya Cristian mau bertanggung jawab, semangat thor

2022-01-20

1

Leli Leli

Leli Leli

dasar warga rempong

2022-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30 WARNING ... Mengandung unsur kekerasan, tidak untuk anak di bawa umur.
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33 Abdar Bariq
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41 Menolong orang
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64 Nasehat dan Mimpi
65 BAB 65 Perdebatan Ibu dan Anak
66 BAB 66 Perdebatan Kakak dan Adik
67 BAB 67 Rahman diberitahu semuanya
68 BAB 68 Abdar ditolak Rahman
69 BAB 69 Bertemu teman lama
70 BAB 70 Lamaran resmi.
71 BAB 71 Numpang sarapan.
72 BAB 72 Wartel
73 BAB 73 Pertemuan
74 BAB 74 40 hari
75 BAB 75 Persiapan
76 BAB 76 Pernikahan dan Tembakan.
77 BAB 77 Musibah membawa hikmah
78 BAB 78 Berkunjung Ke RS
79 BAB 79 Abizar vs Abdar
80 BAB 80 Pembatalan
81 BAB 81 Acara di Restoran
82 BAB 82 Pengakuan dan Lamaran
83 BAB 83 Pertemuan Abdar dan Candra
84 BAB 84 Tidak direncanakan
85 BAB 85 Sah?!
86 BAB 86 Malam yang gagal
87 BAB 87 Gara-gara mandi lagi
88 BAB 88 Puasa ..!!
89 BAB 89 Ke rumah Abdar
90 BAB 90 Resepsi Pernikahan
91 BAB 91 Malam Pertama, atau Kedua?
92 BAB 92 Kejutan
93 BAB 93 Trio wewek
94 BAB 94 Melihat Proyek
95 BAB 95 Butik
96 BAB 96 Rahman bin Rahimah, Berterimakasih
97 BAB 97 Yang Lagi Bucin-bucinnya (Extra part).
98 BAB 98 Big Bos Memasak (Extra part).
99 BAB 99 (Extra part).
100 BAB 100 (Extra part.)
101 BAB 101 (Extra part.)
102 Pengumuman
103 (Extra part)
104 (Extra part)
105 Bab ๏ธŽlagi
106 Malaikat kecil.
107 Pengumuman karya baru.
Episodes

Updated 107 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30 WARNING ... Mengandung unsur kekerasan, tidak untuk anak di bawa umur.
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33 Abdar Bariq
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41 Menolong orang
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64 Nasehat dan Mimpi
65
BAB 65 Perdebatan Ibu dan Anak
66
BAB 66 Perdebatan Kakak dan Adik
67
BAB 67 Rahman diberitahu semuanya
68
BAB 68 Abdar ditolak Rahman
69
BAB 69 Bertemu teman lama
70
BAB 70 Lamaran resmi.
71
BAB 71 Numpang sarapan.
72
BAB 72 Wartel
73
BAB 73 Pertemuan
74
BAB 74 40 hari
75
BAB 75 Persiapan
76
BAB 76 Pernikahan dan Tembakan.
77
BAB 77 Musibah membawa hikmah
78
BAB 78 Berkunjung Ke RS
79
BAB 79 Abizar vs Abdar
80
BAB 80 Pembatalan
81
BAB 81 Acara di Restoran
82
BAB 82 Pengakuan dan Lamaran
83
BAB 83 Pertemuan Abdar dan Candra
84
BAB 84 Tidak direncanakan
85
BAB 85 Sah?!
86
BAB 86 Malam yang gagal
87
BAB 87 Gara-gara mandi lagi
88
BAB 88 Puasa ..!!
89
BAB 89 Ke rumah Abdar
90
BAB 90 Resepsi Pernikahan
91
BAB 91 Malam Pertama, atau Kedua?
92
BAB 92 Kejutan
93
BAB 93 Trio wewek
94
BAB 94 Melihat Proyek
95
BAB 95 Butik
96
BAB 96 Rahman bin Rahimah, Berterimakasih
97
BAB 97 Yang Lagi Bucin-bucinnya (Extra part).
98
BAB 98 Big Bos Memasak (Extra part).
99
BAB 99 (Extra part).
100
BAB 100 (Extra part.)
101
BAB 101 (Extra part.)
102
Pengumuman
103
(Extra part)
104
(Extra part)
105
Bab ๏ธŽlagi
106
Malaikat kecil.
107
Pengumuman karya baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!