"Kenapa kami harus pergi?" Tanya pak Ramlan geram karena di usir dari rumahnya.
"Karena Rahimah adalah wanita pel*cur, dia tidak pantas tinggal di sini ...."
"Astagfirullahhalazim," pekik pak Ramlan.
Bagai tersambar petir di siang bolong, saat warga mefitnah Rahimah sebagai seorang yang hina. Memegang dada yang terasa sakit karena mendengarnya, sedikit mundur ke belakang hingga tersandar di depan daun pintu.
Nurul dan Dinda yang melihatnya dengan sigap memengangi lengan kiri dan kanannya, serta menuntun pak Ramlan ke kursi di dekat pintu agar dapat duduk.
"Ya kami tidak ingin kampung ini kena Azab gara-gara ada pel*cur di sini," sahut yang lain, dominannya ibu-ibu.
"Hei Ibu ... kalau ngomong itu jangan asal nuduh," sungut Nurul dengan geram.
"Kami tidak menuduh, itu kenyataan ... dan ada saksinya." sangkal warga lagi.
"Mana saksinya? Saya mau tau orangnya?" Kesal Dinda menatap satu-satu kepada warga.
"Itu Maya saksinya, dia yang bilang kalau Rahimah masuk kamar hotel dengan laki-laki," tunjuk warga mengarah kepada Maya yang berada di belakang mereka. Seketika Maya menciut karena di tunjuk, tapi ia pura-pura bersikap biasa.
"Hai Maya ... ngomong apa kamu sama warga? Kamu jangan asal mefitnah ...." Ujar Nurul menatap tajam kepada Maya.
"Siapa juga yang mefitnah? Denger ya Ibu-Ibu ... Bapak-Bapak ... Saya melihat dengan kepala mata saya sendiri ..." Pak Ramlan hanya diam memperhatikan karena masih merasa sakit di bagian dada.
"Kalau Rahimah itu masuk ke dalam kamar hotel dengan laki-laki ... tempat kami menginap semalam. Kebetulan Saya hendak kembali ke kamar Saya, dan Saya melihatnya," kilah Maya.
"Bohong itu, itu semua tidak benar ...." bela Dinda.
"Tenang-tenang ada apa ini?" Pak Rt datang dengan Ibu Rt dan Ustadzah Habibah. Mereka berjalan kedepan dan mendekat kepada pak Ramlan, menghadap kepada warga.
"Semuanya tolong tenang dan jelaskan ada apa sebenarnya?" ucap Pak Rt Harun selaku Rt.
"Pak Rt, Rahimah itu adalah pel*cur ..." Ujar warganya masih menuduh.
"Astagfirullahhalazim ...." Pekikan serempak dari Pak Rt, Ibu Rt, dan Ustadzah Habibah.
"Dengar Ibu-ibu, Bapak-Bapak ... Rahimah bukanlah seorang pel*cur. Saya yang membantu mendidiknya ... jadi Saya tau, dia bukan pel*cur," tegas Ustadzah Habibah penuh penekananan.
"Bu Ustadzah memang membantu mendidiknya, tapi Bu Ustadzah pasti tidak tau apa saja yang ia lakukan di luar sana."
"Astagfirullahhalazim Ibu-Ibu, istigfar ... jangan asal menuduh seperti itu," keluh Ustadzah Habibah, tiba -tiba terdengar teriakan dari dalam.
"Aaaaaarrrrggghh."
Nurul dan Dinda segera masuk ke kamar Rahimah, mereka terkejut melihat keadaan di dalam kamar. Semua barang-barang, bantal, guling, selimut dan yang lain berserakan di lantai. Sedang Rahimah meringkuk di sudut ruangan dekat ranjang.
Perlahan Nurul dan Dinda mendekat dan menyentuhnya, tapi seketika Rahimah histeris ketakutan. Sepertinya ia sudah lama bangun dan mendengar teriakan orang-orang di depan rumahnya, lalu menyebabkan ia ketakutan.
"Aaaaaarrrgghh."
"Tenang Imah ... tenang ... ini kami," bujuk Dinda mengusap punggung Rahimah pelan.
Mendongkakkan kepala melihat Nurul dan Dinda, kembali ia menangis di dekapan temannya.
"Haaaeiks ... haaeikss ...."
"Tenanglah ... tidak akan terjadi apa-apa, ada kami di sini." Ujar Nurul mengangkat pelan tubuhnya dan berjalan ke ranjang.
Dengan sigap Dinda memungut bantal guling, mereka pun merebahkannya dan menyelimuti Rahimah sembari menenangkan.
"Tidak apa-apa Imah ... semua akan baik-baik saja, kami selalu bersamamu." Kata Dinda membelai kepala Rahimah.
Tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut Rahimah, tapi matanya terus mengeluarkan air mata sembari menatap langit-langit dengan tatapan kosong.
Nurul dan Dinda memandangnya iba, ikut menagis sambil menutup mulut mereka agar tidak mengeluarkan suara.
Dinda terus mengusapnya, sementara Nurul membantu merapikan barang-barang yang berserakan. Rahimah tetap dengan posisinya seperti manusia yang kehilangan Ruh, diam tak bergerak tapi mata masih terbuka.
Tiba-tiba Ustadzah Habibah dan Ibu Rt masuk dengan pelan.
"Assalamualaikum." Ucap Ustadzah di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam Bu Ustadzah," ujar Nurul dan Dinda, mereka bergeser memberi ruang untuk Ustadzah Habibah dan Ibu Rt yang berjalan mendekat menghampiri Rahimah.
Duduk di pinggiran ranjang lalu menggenggam tangan Rahimah sembari mengusapnya lembut.
"Imah ...." Panggilan dari Ustadzah Habibah menarik perhatiannya.
"Haaaaaeiks ... haaaaeikss ... Ib..buuu ... hiks ... hiks ...." Segera di dekap oleh Ustadzah Habibah.
"Apa yang terjadi padamu imah?" tanya Ustadzah habibah sembil mengusap punggung Rahimah dalam pelukannya.
Lama Rahimah menagis hingga akhirnya ia tenang. Perlahan Rahimah memandang orang-orang yang ada di dalam kamarnya, kemudian kembali kepada Ustadzah Habibah dengan pandangan lesu dan kosong, ia kembali murung.
"Sepertinya Imah kembali depresi dan trauma lagi," tutur Ustadzah saat Pak Ramlan datang dan mendekat. Hanya ada Nurul dan Dinda yang setia dari tadi, karena Ibu Rt sudah pulang saat Rahimah mulai kembali tenang.
"Ya Allah .., apa perlu kita mendatangkan psikologi/psikiater Bu Ustadzah?" ucap Pak Ramlan lirih dengan bibir yang bergetar melihat putrinya yang berbaring di pangkuan Ustadzah Habibah.
"Tidak perlu Pak Ramlan, bukankah dulu kita juga sudah pernah menangani ini?"
"Yang perlu kita lakukan adalah, memberi suasana baru, melawan rasa traumanya, ajak Imah jalan-jalan agar tubuhnya banyak bergerak, ajaklah juga ia berbicara sesering mungkin, jangan biarkan ia tidur siang terlalu lama takutnya ia akan kesulitan tidur di malam hari," tutur Ustadzah Habibah menjelaskan, Pak Ramlan mengangguk mengerti.
...****************...
"Apa semalam Tuanmu itu banyak minum?" Tanya seseorang di depan pintu kamar hotel.
"Sepertinya begitu tuan Adit." Jawab orang yang berdiri di sampingnya, melirik jam di tangannya dan mendengus kesal.
"Sialan ... sekarang sudah jam 2 tapi dia belum juga bangun. Apa dia tidak ingin kembali ke Jakarta?" sungutnya kesal melirik orang di sampingnya yang tak lain ialah Tomi.
"Cepat buka," perintahnya yang langsung di laksanakan.
"Ceklek." Ia pun masuk setelah pintu di buka oleh Tomi.
Berjalan tegas sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, saat sudah di dalam ia terkejut melihat baju wanita ada di lantai.
"Astaga, apa yang terjadi?" mendekati sang empuhnya kamar.
"Tian?" Sambil menarik kaki Cristian yang terbungkus selimut.
"Hei Tiaaan ...." Teriaknya karena tidak di respon sama sekali.
"Cristian," kali ini teriakannya membangunkan orang tersebut.
"Berisik," katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur dan ia kembali tidur.
Kesal karena diabaikan Adit pun memakinya sembari menarik selimut.
"Cepat bangun apa lo tid--- astagaaa Cristiaaan." Sentaknya kaget dengan apa yang ia lihat saat ini, begitu juga dengan Tomi dia bahkan langsung memalingkan wajahnya kesamping.
"Kenapa sih? Berisik banget tau gak," ucap Cristian masih dengan mata terpejam.
"Apa semalam lo bercinta?" tanya Adit dingin.
"Apa? Aww ...." Merasakan sakit di kepalanya saat mengangkat kepalanya hendak melihat Adit yang berada di depan kakinya.
"Kenapa kepala gue sakit banget?" tanyanya memejamkan mata sambil memijit pelipisnya, ia bahkan tidak melihat bahwa orang di hadapannya sedang menahan geram.
"Apa lo gak ingat apa yang terjadi semalam?" Berkata dengan penuh penekanan.
"Semalam?" ujar Cristian yang masih belum menyadari dengan keadaan dirinya yang bak bayi baru lahir.
"Ahh ... ya, Aku ingat. Semalam Aku sudah menghajar selingkuhannya Sherlin," ujarnya juga dengan marah karena mengingat perselingkuhan kekasihnya.
"Lalu, apa kemudian kau bercinta hah?"
"Apa ... bercinta?" Ia malah benjawab dengan pertanyaan.
"Bangun, dan lihat keadaan lo brengseeekk." Teriak Adit benar-benar geram melihat keadaan teman sekaligus atasannya.
Cristian tersentak kaget mendengar Adit yang berteriak, karena ia tidak pernah melihat Adit seserius ini jika sedang marah. Perlahan Ia bangun, menurunkan kakinya ke lantai sambil masih dengan mata terpejam dan memijit pelipisnya.
"Lihat ... apa yang lo lakuin semalam, dan apa itu?" tunjuk Adit di belakang Cristian, mengikuti arah tunjuk Adit. Ia diam sejenak, bingung dengan apa yang ia lihat di sprei.
Adit yang melihat Cristian hanya diam kembali geram. "Jadi, apa lo semalam bercinta dengan seorang perawan," pertanyaan Adit membuat Cristian memandangnya bingung dengan kening yang berkerut. Melihat Cristian yang bingung Adit yakin pasti Cristian tidak sadar melakukannya, ia pun ikut-ikutan memijit pelipisnya.
"Ya Tuhaan.." Keluhnya.
"Cepat lihat keadaan lo," tunjuk Adit menggunakan dagu.
โJesus Christ ....โ pekiknya.
"Apa ini? Kenapa gue gak pakai baju?" Ia juga heran sendiri sambil menarik selimut menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Tomi."
"Iya tuan."
"Ambil itu." Tunjuknya kepada baju wanita yang ada dilantai. Mengambil baju yang di serahkan Tomi dan melemparnya dengan kasar ke wajah Cristian.
"Jadi lo benar-benar gak ingat? Dan apa sekarang lo sudah ingat saat melihat baju wanita itu." Sungutnya kesal melihat Critian.
Diam lagi sejenak mengingat apa yang terjadi semalam, dan samar-samar ingatannya akan kejadian semalam mulai muncul.
Ampun tuan ... ampun ... ampuni Rahimah ... ampun
Hiks ... hiks ... ampuni ... Rahimah tuan
Tolong ... hiks ... tolong ... ampuni Rahimah tuan
Tidak ... tolong jangan tuan ... ampuni Rahimah
Sekarang kata-kata seorang wanita memenuhi pikirannya, sakit kepala yang awalnya hanya sedikit jadi tambah sakit karenanya.
"Apa lo udah ingat?"
"Sedikit." Gumamnya membuat Adit berdecak kesal.
"Ckk, Tomi ... Periksa CCTV."
"Baik tuan, dan ini," menyerahkan sapu tangan berwarna merah muda polos, di ujungnya ada sepasang nama yang di buat dari sulaman. Terlihat sepertinya saputangan itu sudah lama tapi masih terawat, Tomi pun berlalu pergi.
"Ramlan dan Fatimah." Adit membaca nama yang tertera di ujung atas.
"Apa itu? Apa itu milik wanita itu."
"Mungkin," Sembari menyerahkan kepada Cristian.
"Cepatan lo mandi, ini sudah jam 2."
"Apaaa ... jam 2?" Kembali ia kaget.
"Ckk ... cepetan lo buruan mandi, emang lo gak ngerasa kotor apa? Itu darah udah kering di benda pusaka lo," ejek Adit, Cristian pun menyingkap selimutnya sembari berjalan dengan santai menuju kamar mandi, dan itu malah membuat Adit menatapnya nyalang.
"Cristiaaan ...." Bentaknya.
"Apaan?" balas Cristian membentak.
Adit benar-benar marah saat ini melihat kelakuat temannya, Ia pun berlalu pergi meninggalkan Cristian tanpa banyak kata.
...----------------...
Di dalam kamar mandi Cristian diam merenung, kembali mengingat-ngingat siapa gerangan wanita yang sudah ia ambil mahkotanya.
Ada penyesalan yang mengganjal di hatinya, bagaimana dengan keadaan wanita itu? Apa yang saat ini wanita itu lakukan? Semoga saja wanita itu tidak bertindak yang membuatnya kehilangan nyawanya. Ucapnya dalam hati.
Selesai mandi ia pun keluar dari kamar mandi, di lihatnya kamar sudah rapi, sprei pun sudah di ganti. Saat ia sudah mengenakan pakaian, Adit datang bersama pelayan dengan berbagai makanan.
"Makan dulu, gue tau lo belum sarapan dan makan siang. Sebentar lagi Tomi datang dengan CCTVnya, jadi cepetan lo makan." Ketusnya sembari memainkan Hp duduk di ujung sofa.
Cristian tidak menanggapinya, ia tau kenapa Adit bisa bersikap seperti itu. Ia makan dengan diam karena sejatinya ia menang lapar jadi ia masa bodoh.
Usai menyantap makan siangnya, Tomi datang dengan laptopnya. Tanpa di perintah Tomi segera menghidupkan laptop dan meperlihatkan kepada kedua atasannya.
Di situ terlihat bahwa Cristian di bantu oleh Tomi masuk ke kamarnya, tapi Cristian mengusirnya dan tidak lama kemudia ada wanita seksi yang lewat di depan kamarnya dengan segera di tarik oleh Cristian, tapi wanita itu cepat berpegangan pada pintu juga terlihat seperti berteriak meminta tolong. Tiba-tiba wanita berhijab membantunya, karena wanita berhijab itu agak kesulitan maka ia masuk sedikit ke dalam kamar.
Cristian dan Adit melongo melihat apa yang di lakukan oleh wanita seksi itu, pasalnya terlihat jelas kalau wanita seksi itu sengaja mendorongnya masuk lebih dalam ke kamar itu.
"Ckk ... wanita macam apa dia itu? Sudah di tolong malah sengaja mendorongnya, dan malah membiarkannya bersama dengan laki-laki breng seekk," kesal Adit bersungut-sungut, semantara Cristian menatapnya tajam penuh peringatan.
"Apa? Memang benarkan? Laki-laki yang meniduri wanita perawan secara paksa, kalau bukan brengsekk ... lalu apa?" Balasnya menatap tajam, kali ini Adit terlihat serius.
Menghela nafas, memikirkan apa yang di katakan Adit kepadanya itu memang benar.
Sekarang Cristian bertambah menyesal dengan apa yang terjadi, apa lagi saat tau bagaimana cara ia sampai berbuat seperti itu.
"Kenapa lo diam? Nyesal, udah memperkosa anak gadis orang?"
"Tomi, cari tau keberadaan wanita itu." Tunjuk Cristian pada layar laptop.
"Baik tuan, kalau begitu Saya permisi." Tomi berlalu pergi.
"Sekarang apa yang harus gue lakuin?" Ctistian binggung sendiri.
"Untuk sementara kita cari dulu orangnya, untuk selanjutnya kita liat aja nanti."
Menghela nafas sembari menyandarkan punggung ke sandaran sofa dan memejamkan mata kemudian berucap.
"Gue bener-bener nyesel, sama sekali gue gak ada niatan buat ngerusak anak gadis orang."
"Gue ngerti ... ini pasti gara-gara masalah lo sama Sherlin, gue udah denger ceritanya dari Tomi."
"Entahlahh apa yang bakal wanita itu lakuin sama gue nanti, gue rasa ... gue harus siap dengan apa yang akan terjadi."
"Kalau dia minta elo tanggung jawan, trus apa yang bakal lo lakuin?"
"Entahlah, tapi apa dia mau minta tanggung jawab sama gue? Kalau nanti dia tau siapa gue sebenarnya pasti itu gak akan mungkin?"
"Iya gue ngerti maksud lo."
"Jadi ... apa kita kembali ke Jakarta sekarang?"
"Heem."
Cristian dan Adit pun segera berangkat ke bandara, semua masalah kemarin malam ia serahkan kepada Tomi. Ia tinggal menunggu perkembangan apa yang Tomi berikan kepadanya.
BERSAMBUNG.....
.
Terimakasih karena sudah berkenan membaca karya saya ini, semoga tidak membosankan dan bisa membuat semua terhibur.๐
Tinggalkan jejak, komen, like, gift atau vote dan jangan lupa jadikan favorite. ๐โ
Noormy Aliansyah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rose_Ni
Mudah mudahan yg suka fitnah mengalami seperti yg dia fitnahkan ke orang lain...Aamiinnn
2022-04-18
1
๊ง๐๐ฌ๐๐๊ช_๐๐๐๐๐๐๐๐๊ง
astaga asal menghakimi orang. tapi sepertinya Cristian mau bertanggung jawab, semangat thor
2022-01-20
1
Leli Leli
dasar warga rempong
2022-01-09
1