Cristian mengerjapkan mata menyesuaikan pencahayaan yang masuk pada kornea matanya, setelah terbuka sempurna diliriknya benda bulan yang melinggar di lengan kirinya, ternyata jam sudah menunjukkan Pukul 18:48 menit, lamanya tertidur hampir 3jam ... membuat Cristian fres kembali.
Di ambilnya Hp yang berada di nakas, jarinya pun bergerak menekan no seseorang.
"Apa mereka sudah kembali?" katanya saat sambungan telfonnya sudah terhubung.
"Pergi lagi?" pekiknya dengan suara yang tiba-tiba meninggi, kabar yang Cristian dapatkan membuatnya marah dan berdecak kesal.
"Ber*ngsekk." Umpatnya.
"Siapkan makanan, Aku ingin mandi," ucapnya dingin segera mematikan telefon dan beranjak pergi ke kamar mandi.
Di bawah kucuran air dingin kedua tangannya bertumpu di dinding menopang badan sembari memejamkan mata, menikmati setiap tetesan air yang membasahi wajah dan tubuhnya. Cristian sedang mempersiapkan detik-detik kehancuran orang-orang yang telah menghianatinya.
Menyudahi aktifitas mandinya, Ia ambil handuk yang menggantung dengan cepat dan melilitkannya di pinggang, segera keluar dari kamar mandi. Saat Cristian keluar, Tomi sudah berdiri di dekat meja sofa beserta makanan yang tersaji.
Berjalan tegas sambil menggosok rambut yang masih basah dengan handuk kecil di tangannya. Tangan yang bergerak-gerek membuat tonjolan otot lengan dan bahunya serta perut bak roti sobek bergerak seirama.
mendekati baju di atas ranjang yang telah di siapkan Tomi.
Cristian yang mengingat laporan Tomi tadi, kembali merasa marah. Sherlin tadi sudah kembali ke kamarnya bersama selingkuhannya. Tapi apa yang di lakukan Tomi? Dia malah tidak memberitahu Cristian dan itu menyebabkannya marah.
"Kenapa kau tidak memberi tahuku kalau mereka tadi kembali kesini?" bertanya dengan tatapan tajam kepada Tomi sembari mengenakan pakaian.
"Maaf tuan. Tadi Anda sedang tidur," matanya memicing melihat Tomi menundukkan 3/4 badannya sebagai permintaan maaf. Cristian memang selalu perpikir dalam mengambil keputusan dia tidak mungkin menghajar Tomi yang tidak memberitahunya, karena yang di katakan Tomi itu benar, Ia tadi sedang tidir.
Selesai berpakaian Ceistian mendekat ke arah Sofa dan hendak menyantap makanan yang di hidangkan, belum sempat Ia memakannya teleponnya berdering.
๐ฑ๐ถ๐ถ
What are words if really
Don't mean them when you say them
What are words if they're only
For good times then that' all
"Hallo, ada apa?" Ujar Cristian berucap setelah melihat nama yang tertera dari layar HP nya.
(x x x)
"Heemm." Ia hanya bergumam mendengar pernyataan dari sebrang telefon.
(x x x)
"Terserah," jawabnya dingin.
(x x x)
"B*ngg satt." umpatnya melempar HP ke sofa di sampingnya, kembali melanjutkan makannya yang belum tersentuh.
"Tomi," melirik Tomi.
"Iya tuan," selalu sigap menanti perintah Cristian.
"Apa kadonya sudah siap?" sambil menyuap makanannya.
"Sudah tuan, anda bisa memeriksanya," Tomi mengambil amplop dalam tas dan menaruhnya di atas meja. Cristian hanya melirik, membiarkannya sampai Ia selesai dengan makanannya.
Selesai makan Cristian bersantai sejenak,
setelah waktunya tiba Ia pun bersiap untuk pergi ke acara undangan kliennya.
Di jalan dari kejauhan saat hendak menuju lift Cristian dapat melihat segerombolan wanita di depan pintu lift, sepertinya sedang ribut kecil. Tiga wanita yang memakai kerudung sengaja membiarkan wanita yang berpakaian sedikit seksi pergi masuk lift terlebih dulu, dan meninggalkan meteka.
Setelah pintu lift kembali terbuka barulah mereka masuk. Pintu lift pun perlahan tertutup sempurna ketika Cristian sampai di depan lift, dan Ia pun membiarkannya. Cristian sengaja menanti pintu yang berikutnya.
"Ting," berjalan masuk kedalam lift dan sampai di lantai dasar, di teras hotel di lihatnya sudah ada Adit yang menunggu di samping mobil.
"Emangnya lo gak cape baru datang musti ke acara ini?" memang hanya bersama Adit saja Cristian berbicara santai.
"Tenang aja, gue nanti yang bakal gantiin elo di acara ini kalau-kalau mereka kembali," ucap Adit santai tidak merasa lelah.
"Lekas berangkat," kata Cristian masuk kedalam mobil tapi di cegah oleh Adit.
"Eh gak jalan kaki aja kita? Itukan hotel di sebelah," tunjuk Adit mendapatkan tatapan tajam dari Cristian tapi ia tidak merasa takut.
"Iya, iya ... cepetan masuk. Tomi Kamu bisa pergi, biar Kami saja yang ke pesta dan jangan lupa suruh anak buahmu menghubungiku bila ada perkembangan." Ujar Adit berjalan ke pintu kemudi, Tomi langsung membungkuk.
...----------------...
"Selamat malam Pak Darman, selamat atas pernikahan putra Anda," ucap Cristian sembari bersalaman kepada rekan bisnisnya.
"Terimakasih nak Cristian dan nak Adit yang sudah berkenan hadir." Ucap Amad Darman Idris menerim uluran tangannya.
"Mari Saya kenalkan dengan putra Saya." Ucapnya lagi.
"Ini Zidan putra Saya dan ini Soraya." Pak Darman mengelkan putra dan menantunya saat sudah di pelaminan.
"Zidan, ini rekan bisnis Papah. Namanya Nak Cristian dan ini Nak Adit, Asistennya."
"Terimakah karena sudah berkenan hadir di pernikahan Saya," Zidan mengulurkan tangan bersalanan.
"Ini hadih dari saya," Cristian mengeluarkan amplom dan menyerahkannya yang langsung di terima oleh Zidan.
"Wah terimakasih Pak Cristian anda tidak perlu repot-repot." Ucap Zidan sungkan.
"Itu tidak merepotkan," ucap Cristian dingin dan datar, Zidan meringis menyadari lawan bicaranya tidak ada canda guraunya.
"Kalau begitu mari, silahkan nikmati sajian makanannya," kata Pak Darman yang sudah mengenal rekannya tentu ia sudah biasa.
Mereka pun berlalu dari tempat pelaminan, saat sedang meminum minumannya Adit mendapat telepon dari anak buahnya.
"Cristian, mereka sudah kembali." Ucap Adit membuat Cristian geram dan langsung pergi.
"Beritahu Pak Darman ada keperluan mendadak." Ucap Cristian sembari meletakkan gelasnya dan berjalan cepat.
...****************...
Rahimah sudah bersiap dengan kebaya yang di buatnya begitu juga dengan Nurul dan Dinda, mereka pun keluar bersama hendak menghadiri resepsi pernikahan Soraya. Saat hendak masuk kedalam lift ternyata ada orang yang mereka kenal. Dia ialah Maya, Lia, Dhila, dan Sarah yang ternyata Satu hotel dengan mereka.
"Hai semua, kalian nginep di sini juga ya?" Tanya Rahimah sopan. Tapi itu membuat Maya kesal.
"Kalau iya kenapa gak suka?" sewotnya menatap malas kepada Rahimah.
"Iya kita gak suka.." Kata Nurul cepat.
"Kalau gak suka, ya kalian tinggal pergi, gampangkan?" sahut Sarah menimpali.
"Udah deh, mending kalian duluan aja turunnya," saran Dinda kepada Maya dan temannya.
"Eh, enak aj----...." Belum selesai Nurul bicara hendak protes segera di cegah Rahimah.
"Nurul ... itu lebih baik," seketika wajahnya berubah cemberut sambil membuang muka kesal.
"Dah ...." Ejek Maya dan temannya serempak, yang membuat Nurul semakin kesal dan emosi.
Sejak mereka masuk lift dan sudah turun di lantai dasar Nurul tidak henti-hentinya megerutu tentang kejadian tadi. Nurul memang selalu bertengkar bila bertemu dengan Maya dan teman-temannya, sejak Rahimah di bully oleh Maya dulu, Nurul yang menjadi pelindung Rahimah membuat Maya juga membencinya.
Mereka pun berjalan menuju hotel tempat resepsi pernikahan Soraya, mereka hanya berjalan kaki karena hotelnya memang berdekatan. Hotel yang ditempati oleh Rahimah ialah hotel dalam satu naungan yang sama dengan acara resepsi pernikahan.
Rahimah dan teman-temannya pun masuk ke dalam ruangan yang mengadakan acara resepsi pernikahan Soraya, ternyata memang tidak sembarang orang yang bisa masuk ke acar tersebut. Mereka harus menunjukkan kartu undangan resmi yang berlogo inisial nama pengantin. Untungnya mereka tidak melupakan itu.
Baru masuk di depan pintu saja mereka sudah menganga melihat begitu banyaknya tamu undangan, di tambah lagi dekorasi tempatnya yang begitu waww.
"Masya Allah ... cantiknya ...." Gumam Rahimah takjub dengan keindahan dari pesta pernikahan temannya.
"Bussett ... keren banget," pekik Dinda.
"Ooo ... Mmm ... Ggg ... kita gak lagi mimpikan? Ada di acara pernikahan anaknya orang kaya? Wah.. Shultan ini namanya." Memang Nurul yang selalu heboh.
"Ayo kita hampirin Soraya," ajak Rahimah.
"Ayaaaa." Panggil Rahimah saat sudah dihadapannya.
"Eh kita foto Bareng yuk? Biar jadi kenang-kenangan," mereka pun berfoto dengan berbagai gaya.
Ada terbesit keinginan di hati Rahimah, kelak bisakah ia merasakan pernikahan yang sama seperti dengan pernikahan Soraya. Ia tidak berharap orang itu kaya, cukup bisa membuatnya bahagia itu sudah membuat hatinya tenang dan damai. Siapakah nanti laki-laki yang datang meminangnya? Apakah hari itu akan datang dalam waktu dekat ini, ataukah tidak sama sekali. Rahimah hanya bisa berdo'a yang terbaik. Semoga dan semoga ... yang terbaik pintanya dalam hati.
"Apa kalian sudah makan? Sebaiknya makan dulu, enak apa engga makananya?" tanya Soraya kepada Nurul sambil menaik turunkan alisnya, ia tau kalau Nurul hoby makan. Rahimah dan Dinda tergelak atas pertanyaan itu semantara Nurul sangat malu di depan suaminya Soraya.
"Kalau gitu kita permisi makan dulu," kata Rahimah, mereka pun berlalu.
Tiba di tempat penyajian makanan, mereka segera mengisi piring kosong dengan menu yang ada. Apa lagi si Nurul, piring miliknya penuh dengan makanan dan ia tampak cuek dengan itu.
"Wah, wah, wah ... kayanya ada yang gak pernah makan-makanan enak nih." Mereka yang sedang asyik makan terkejut saat Maya dan teman-temannya datang menghampiri mereka. Ejekan dari Maya jelas membuat Nurul gerem mendengarnya.
"Eh Maya ... kayanya elo itu emang gak bisa jauh-jauh dari kita yah? Buktinya loh malah repot-repot datengin kita," Sindir Nurul membalas ejekannya.
"Idiih.. sory ya, kita kesini cuman pengen liat, orang g*la ini bakal ngamuk apa gak di sini." Seketika Rahimah, Nurul, dan Dinda berhenti makan dan berdiri dari duduknya menatap benci pada Maya, dengan sigap juga Lia, Dhila, dan Sarah pasang badan menantang mereka.
"Jaga mulut lo ..." Sengit Nurul.
"Lo pikir kita gak berani sama elo hah?" Dinda menimpali dengan kemarahan yang ingin dia luapkan kepada orang yang ada di hadapan mereka.
"Nah benarkan, orang g*la ini kalau di biarin lama disini bisa-bisa dia ngamuk," ujar Maya tersenyum sinis mengejek mereka yang terpancing dengan kata-katanya.
"Apa lagi orang g*lanya ada 3, bisa-bisa nih acara di bubarin sebelum selesai." Ucap Sarah.
Ingin sekali rasanya Nurul menarik rambut mereka, tapi Rahimah berbisik padanya.
"Udah gak usah di ladenin, nanti kalau kita ladenin berarti benar apa yang dia bilang." Ujar Rahimah pelan.
"Trus nanti kita bisa-bisa di usir dari acara ini," Dinda juga ikut berbisik. Nurul pun memikirkan apa yang di katakan oleh Rahimah dan Dinda, memang sebaiknya mereka tidak usah meladeni Maya dan gengnya.
Alhasil Nurul pun menurut dan kembali duduk di ikuti Rahimah juga Dinda, tanpa banyak bicara mereka kembali menyantap makanan mereka yang masih sisa setengah dan tidak menghiraukan keberadaan Maya.
Melihat Nurul, Rahimah dan Dinda kembali duduk membuatnya berdecak kesal dan pergi karena tidak di hiraukan lagi.
"Si*lan," Gumamnya berlalu ke tempat makanan dan mengambil beberapa menu. Nurul yang diam-diam memperhatikan Maya dari tempatnya duduk, tiba-tiba menemukan ide untuk mengerjainya. Ia berjalan ke tempat minuman sempat di tahan oleh Rahimah dan ia menunjuk tempat minuman dan di izinkan Rahimah untuk pergi. Sampai di situ Ia menuangkan sesuatu ke dalam minuman dalam 4 gelas yang kika-kira akan Maya dan gengnya ambil, dengan perhitungan mereka mendekati tempat minuman pasti yang lebih dekat nanti yang mereka ambil pikir Nurul. Dan benar saja ketika dari kejauhan Nurul melihat mereka mengambil gelas yang sudah Ia siapkan tadi. Nurul terkekeh geli sambil menutupi mulutnya.
"Kenapa?" tanya Rahimah dan Dinda melihat Nurul tertawa geli, tapi Nurul mengelak.
"Gak papa." Ucapnya bersikap normal.
...****************...
Cristian sudah tiba di depan kamar Sherlin, disana sudah ada anak buahnya bersama dengan seorang Manager yang bisa membantunya membukakan pintu dengan kunci duplikan.
"Buka," perintahnya dingin dengan wajah yang sulit di artikan.
Pintu pun di buka perlahan oleh Manager.
"Ceklek." Cristian masuk dengan cepat di ikuti Tomi dan sang Manager, matanya nanar menatap pemandangan sepasang manusia yang tengah bergulat di atas ranjang dengan setenga baju yang sudah di tanggalkan. Sementara sepasang manusia itu langsung kaget dan panik.
"Tian," pekik sang Wanita langsung mendorong Pria yang menindihnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"B*ngg satt," berjalan cepat menarik pria yang masih memakai celana, tanpa banyak kata langsung menghajarnya di dinding dekat ranjang.
"Tian jangan;" teriak Sherlin segera memakai bajunya, Manager ingin melerai tapi di tahan oleh Tomi
Cristian terus menghajar tanpa memberi kesempatan kepada lawannya, Ia sudah tidak terkendali bak Singa yang kelaparan. Semua sesek di dadanya ia tumpahkan kepada lelaki yang sudah berselingkuh dengan kekasihnya.
"Tian jangan pukul lagi, hentikan. Kasian dia nanti bisa mati. Aku mohon," Sherlin menarik tangan Critian agar berhenti memukul dan ia sambil menagis memohon.
Dengan kasar Cristian menarik tangan Sherlin dari tangannya dan menghempaskannya sampai jatuh di dekat selingkuhannya.
"Dasar wanita murahan," ucap Cristian dengan wajah merah padam, kemarahannya belum hilang dan Sherlin menolong lelaki itu membuatnya tambah marah.
"Bajing*n, b*ng satt," umpatan masih ia ucapkan sembari menendang lelaki yang sudah hilang kesadarannya.
Berdiri tegas merapikan jasnya menatap tajam penuh benci dan marah pada keduanya.
"Tomi," panggil Cristian.
"Iya tuan," sembari mendekat.
"Urus mereka." Ucapnya berlalu bergi, anak buah Tomi sudah siap di depan pintu.
Cristian segera pergi menuju bar di lantai dasar holet yang ia tempati, ia meluapkan amarahnya dengan minuman. Tak terhitung sudah berapa botol yang ia minum, sekarang Cristian mabuk berat, Ia selalu meracau tak karuan ingin rasanya ia juga menghajar Sherlin.
Malam semakin tinggi, Cristian pun beranjak dari tempatnya. Berjalan gontai tak tentu arah hendak kembali ke kamarnya.
"Tuan." Tomi yang datang memapahnya.
"Bagai mana? Apa sudah kau bereskan?" walau pun Cristian mabuk berat tapi ia masih bisa mengenal orang di hadapannya.
"Sudah tuan," ucap Tomi membawanya ke lantai atas.
Sampai di depan kamar Cristian, Tomi membukakan pintu dan membantunya masuk. Tapi langsung di cegat Cristian.
"Sudah ...."Ucapnya berat kerana pengaruh alkohol.
"Pergi kau." Usir Cristia dengan tangannya.
Tomi menurut dan perlalu pergi, saat hendak masuk Cristian melihat wanita seksi berjakan hendak melewati depan kamarnya. Cristian yang masih dendam dan sakit hati kepada Sherlin, mengira itu adalah Sherlin. Dengan cepat Cristian menarik tangan wanita itu dan membawanya masuk, tapi wanita itu brontak dan meminta tolong. Karena malam sudah begitu larut tidak ada yang menolongnya, dengan sekuat tenaga ia menahan tangannya di pintu.
"Tolong ... tolong ...." Ucapnya berupaya mencari bantuan.
"Tolong ... tolong ...."
"Jangan harap Aku akan melepaskanmu." Ucapnya tajam.
Tiba-tiba ada yang datang menolongnya.
"Lepaskan dia," ucap seorang wanita berhijab membantu menarik tangan wanita itu, karena kekuatan lelaki itu sangat kuat. Wanita yang hendak menolong itu juga harus masuk agar bisa menari tangan wanita yang ia tolong.
Alhasil wanita itu bisa terlepas, tapi bukannya berterimakasih karena di tolong. Wanita itu mendorong wanita berhijab sampai jatuh di lantai kamar.
"Aww, Maya tunggu," pekiknya mencoba berdiri tapi sayang ia terlambat karena pintu sudah di kunci.
"Berani-beraninya kau membantu Sherlin kabur," sambari berjalan mendekan, membuat wanita itu ketakutan.
"Ampun tuan, amupun," pintanya dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
"Kau harus bertanggung jawab atas kesalahanmu ini." Ujar Cristian menariknya dan menghempaskan ke ranjang membuatnya histeris, tas yang di tangan pun jatuh membuat separuh isinya berhamburan.
"Ampun tuan ... ampun .... ampuni Rahimah ... ampun," ucapnya mengibah dengan hesteris dan menangis.
"Hiks ... hiks ... ampuni Rahimah tuan." pinta Rahimah lagi, tak di hiraukan Cristian. Kerudung yang membungkus rambutnya telah di tarik oleh Cristian.
"Tolong... hiks .. tolong... ampuni Rahimah tuan." Baju yang di kenakannya seketika robek karena tarikan dari Cristian.
"Tidak... tolong jangan tuan ... ampuni Rahimah." Ia kembali histeris.
"Tidak akan Ku biarkan dia yang menikmati tubuhmu ini." Ujarnya lagi meracau.
"Kau harus merasakan hukumanku Sherlin," ucapnya lagi mengira itu Sherlin, karena pengaruh minuman membuatnya kadang ingat dan tidak.
Sekarang Cristian sudah berada di atas wanita yang ia kira Sherlin.
"Ampun... tuan, hiks ... hiks..." Tangisannya segera di bungkam oleh mulut Cristian.
Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh yang ada di atasnya, tapi karena ia yang ketakutan dan tubuh yang menggetar membuat tenaganya sia-sia. Ia hanya bisa menagis dan menagis, kembali Cristian menarik penghalang bagian bawah wanita itu.
Menampakkan pemandangan indah yang bisa membuat nafasnya tersengal tak beraturan. Cristian pun segera menanggalkan baju dan celananya. Kembali menindih wanita itu.
"Hiks ... hisk...." Kembali Cristian membenamkan mulutnya kepada mulut wanita itu. Tangannya pun tak tinggal diam, satu tangannya meremas gundukkan kenyal dan sintal, dan tangan satunya lagi meraba ke bagian bawah.
Puas bermain-main ia pun bersiap memposisikan diri untuk penyatuan, wanita itu bahkan masih dengan sekuat tenaga melawan apa saja yang bisa ia lakukan. Mendorong, memukul, menagis, dan berteriak tak henti-hentinya.
Sampai tiba menyatuan itu terjadi ia tersentak kaget dengan berteriak.
"Aaaaaarrrggkk." Teriaknya panjang menahan sakit.
BERSAMBUNG....
Terimakasih karena sudah berkenan membaca karya saya ini, semoga tidak membosankan dan bisa membuat semua terhibur.๐
Tinggalkan jejak, komen, like, gift atau vote dan jangan lupa jadikan favorite. ๐โ
Noormy Aliansyah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Keysa_Bom
Nurul aku pada mu ๐๐๐
Cristian aku emosi banget sama dia ๐ค๐ค๐ค apa dia tidak bisa bedain apa ๐คฌ๐คฌ๐คฌ ah Rahimah ๐ญ๐ญ
2022-07-14
0
Rkive
keterlaluan c maya ๐ก๐ก๐ก
2022-02-16
1
๐ฆโซโโคHaryani_hiatGC๐ธy๐๐ฏโข
konsepnya bagus, jadi pengen datang ke pernikahan nya
2022-01-21
1