Gadis Lelang Tuan Lingga

Gadis Lelang Tuan Lingga

Pelelangan,

"Mau dibawa kemana aku ini, Tante?" tanya Andara yang biasa dipanggil Dara oleh orang terdekatnya.

"Sudah jangan berisik! Kamu ikut saja, tidak perlu membantah. Kamu ingin hidup bebas bukan? Tante akan membebaskanmu."

Ada raut wajah bahagia ketika sang tante mengatakan akan membebaskannya, apa ia akan terbebas dari siksaan tante-nya yang setiap hari memperlakukannya seperti pembantu di rumahnya sendiri.

Setelah meninggalnya kedua orang tua Dara, sang tante tinggal bersamanya di rumah peninggalan kedua orang tuanya yang begitu besar. Awalnya Dara senang adanya yang menemaninya di rumah, akan tetapi itu awal penderitaan yang ia alami setelah perginya sang mama dan sang papa.

Hari-hari Dara lalui penuh dengan tangisan. Tangisan karena tante tak bisa bebuat adil dengan anaknya yang bernama Syilia. Anak gadis yang seumuran dengannya.

"Tempat apa ini, Tante? Tante tidak akan berbuat macam-macam denganku 'kan?" Dara mulai curiga dengan tante-nya itu. Apa lagi sang tante tidak berbuat kasar padanya hari ini.

Dara malah didandani oleh sang tante menjadi lebih cantik dari biasanya, baju yang sedikit terbuka di bagian belakangnya hingga punggung mulus itu terekspos.

Dara menghentikan langkahnya ketika sang tante mengajaknya untuk masuk ke dalam ruangan yang nampak gelap gulita.

"Aku takut, Tante," lirih Dara seraya menahan langkahnya karena tante-nya itu terus menarik lengannya agar ia masuk ke dalam ruangan gelap itu.

"tidak usah takut, di sana tidak gelap. Nanti juga lampunya menyala."

Dan benar saja, seketika lampu langsung menyala dengan terangnya. Menampakkan beberapa pria di sana, para pria itu melihat ke arahnya.

"Tempat apa ini?" batin Dara. Ia sudah ketakutan ketika melihat pria-pria di sana. Apa lagi hanya ia dan sang tente, tidak ada wanita lain selain dirinya.

"Saya berani bayar mahal jika gadisnya seperti dia," ucap lelaki yang tepat berada di jajaran depan sana.

"Tante menjualku?" tanya Dara tak percaya.

"Kamu akan bahagia, Dara. Jika kamu dimiliki salah satu pria di sana. Kamu tidak perlu lagi bekerja, dan memberikan uang pada Tante," ucap tante-nya.

"Apa salahku hingga Tante tega padaku?" Dara pun mulai menangis karena ia merasa menjadi wanita murahan yang diobral di dalam sana. Hingga pelelangan itu pun dimulai.

Para pria di sana terus memberikan harga dari yang terkecil hingga terus naik dengan nominal yang cukup tinggi, hingga seorang pria memberikan nilai yang begitu fantastis. Tak ada lagi yang berani memberikan harga padanya.

"Selamat, Tuan Lingga. Tuan berhak mendapatkan gadis itu," ucap pembawa acara di sana.

Tante Dara pun melepaskan keponakannya itu tepat di depan pria yang bertubuh atlentis, tapi dia bukan tuan Lingga. Melainkan Hugo, tangan kanan tuan Lingga.

"Bawa dia," ucap tuan Lingga pada tangan kanannya.

Hugo mengangguk dan langsung membawa Dara pergi dari tempat itu, sementara Dara. Gadis itu diam sejenak, ia melihat tuan Lingga sambil tersenyum. Pria yang pernah menolongnya sewaktu dulu.

Dara bernapas lega, kini ia dipertemukan kembali dengan pria yang membuatnya penasaran. Sewaktu pria itu menolongnya, tuan Lingga langsung pergi tanpa melihat siapa orang yang sudah ditolongnya.

Wajah tampan berkarisma itu terlihat dingin di mata Dara. Tapi tak mengapa, Dara berkesimpulan pria itu adalah pria baik.

"Mari, Nona," ajak Hugo.

Tanpa membantah, Dara pun ikut dengan Hugo. Sementara Lingga, pria itu tidak ikut dengan mereka. Pria itu pergi bersama sang sekretaris kantornya.

***

"Silahkan, Nona." Hugo menyuruh Dara masuk ke dalam mobilnya. Ia juga melihat tuan Lingga masuk ke dalam mobil yang satunya lagi, ia kira, ia akan satu mobil dengannya.

Jiuuusss ....

Mobil keduanya meluncur secara bersamaan, namun beda arah. Hingga Dara terus melihat mobil yang ditumpangi tuan Lingga hingga mobil itu sudah tidak terlihat. Dalam perjalanan, tidak ada yang bersuara. Dara mau pun Hugo keduanya terdiam larut dalam pemikiran masing-masing.

Hingga kini mereka berdua sampai di rumah megah milik tuan Lingga.

"Silahkan, Nona." Hugo membuka pintu mobil arah tempat duduk Dara.

"Terimakasih," ucap Dara kemudian.

Lantas, ia pun turun dari mobil lalu mengekor dari arah belakang pria yang bernama Hugo itu. Dara terus memindai melihat kesekeliling rumah besar tersebut. Rumah itu begitu sepi tak berpenghuni.

"Mulai sekarang, Nona tinggal di sini. Tuan Lingga akan menemui Anda nanti," kata Hugo setibanya di dalam rumah itu.

"Di sini saya sendirian, Tuan. Apa tidak ada yang lain tinggal di sini?" tanya Dara.

Hugo tak menjawab pertanyaan Dara, ia diperintahkan hanya untuk mengantarkan gadis itu dan memberitahukan tempat ini adalah tempat tinggalnya sekarang.

"Hey, Tuan ...," panggil Dara. Hugo bukannya menjawab, pria itu malah pergi meninggalkannya sendiri.

"Jika Nona lapar, Nona bisa membuatnya sendiri. Semua kebutuhan ada di dapur," ucap Hugo tanpa menoleh ke belakang. Pria itu terus berjalan menjauhinya.

Dara terus memperhatikan rumah besar itu. Ia menelusuri ke setiap ruangan, melihatnya dengan sedikit seram. Karena rumah itu begitu mencekam. Dara tidak meneruskan langkahnya karena Hugo datang menghampirinya.

"Nona tidak boleh ke sana," ucap Hugo tiba-tiba dan itu membuat Dara terkejut.

"Ah, maaf." Dara pun pergi dari hadapan pria itu, namun ia begitu penasaran akan ruangan yang ada di sana. Ruangan gelap tanpa cahaya sedikit pun.

"Sebaiknya Nona istirahat, saya tunjukkan kamarnya." Hugo pergi lebih dulu mendahuli Dara. Hingga Dara mengikutinya dari belakang.

"Apa ada rahasia di rumah ini?" batin Dara.

"Tuan, bolehkah saya pergi ke dapur. Anda bisa menunjukkan tempatnya di mana?" pinta Dara. Karena ia tidak tahu letak dapur berada di mana, rumah ini cukup luas. Bisa-bisa ia sendiri kesasar di dalam sana.

Tanpa mengeluarkan suara, Hugo pun menunjukkan arah dapur pada gadis itu.

"Ini dapurnya, Anda bisa memasak di sini. Pembantu di sini hanya bekerja paruh waktu, jadi jika Anda merasa lapar Anda buat saja sendiri. Maaf, Nona. Saya harus pergi sekarang." Tanpa mendengar jawaban darinya, pira itu pun langsung pergi begitu saja.

Dara menghela napas sejenak. "Apa pria itu juga aneh seperti tangan kananya yang terlihat begitu misterius?" ucap Dara sendiri.

***

"Apa dia sudah ada di sana?" tanya Lingga pada Hugo.

"Sudah, Tuan. Tadi saya meninggalkannya di dapur, sepertinya dia akan memasak," jawab Hugo.

"Hmm, bagus. Pastikan dia betah di sana. Saya tidak mau dia kabur seperti yang sudah-sudah."

Hugo pun mengangguk patuh. "Semoga saja gadis itu betah dan bisa menghadapimu, Tuan," batin Hugo.

"Terus pantau dia lewat cctv, pastikan dia tidak ke ruanganku."

"Baik, Tuan."

"Kamu boleh pergi," ujar Lingga kembali.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Sumawita

Sumawita

mampir kak

2022-07-26

0

xixi

xixi

minyak

2021-10-24

0

Marsi

Marsi

nyimak....

2021-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!