Ketakutan Dara

Tangan Dara ditarik paksa oleh tuan Lingga. Betapa terkejutnya gadis itu, ternyata tuan Lingga tidak tertidur. Pria itu langsung beranjak dan menghempaskan tubuh mungil itu di atas kasur.

Dara begitu takut ketika tuan Lingga melepas ikat pinggang yang ia kenakan. Pikiran Dara sudah tidak karuan, ia takut tuan Lingga memperkosanya. Namun di menit berikutnya, tuan Lingga menghempaskan ikat pinggang itu ke udara sampai terdengar suara cambukkan akibat benturan ke lantai.

Dara beringsut, menarik tubuhnya menjauh dari tuan Lingga. Kalau begini caranya, hidupnya bukan tambah bahagia yang ada tambah menderita.

Pllaaak, satu cambukkan mengenai tubuh Dara. Dara meringis kesakitan.

"Tuan, tolong jangan lakukan itu. 'Kumohon, Tuan," rintih Dara.

Tuan Lingga melempar ikat pinggang itu ke sembarang arah. Lalu, ia mendekati gadis itu yang kini sedang menangis. Bukannya iba, tuan Lingga malah menertawakan gadis itu.

"Dasar wanita jalan*," ucap tuan Lingga. Pria itu meraih pipi Dara dan sedikit meremasnya. "Kau akan menerima semuanya, wanita sepertimu memang pantas mendapatkannya," ucapnya kembali sembari melepaskan cengkraman itu dengan kasar.

Yang Dara bisa lakukan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sepertinya pria ini menaruh dendam hingga Dara menjadi sasarannya. Melihat gadis itu terus menangis, yang awalnya ia terbahak. Seketika menghentikan tawanya, melihat tangannya yang terluka, tuan Lingga merasa kasihan. Ada penyesalan dengan apa yang telah ia lakukan.

"Ku mohon, jangan menyiksaku, Tuan. Aku tidak tahu apa-apa." Dara terus mengiba.

Hingga tuan Lingga meraih tubuh gadis itu dan membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Bukannya tenang, Dara semakin ketakutan. Ia melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya.

Tuan Lingga meraih tangan itu dan melihat luka yang ia berikan pada gadis itu. Entah kenapa, sikapnya kembali normal. Pria itu malah mengobati luka yang ada di tangan Dara.

"Kenapa pria ini? Apa dia tidak waras?" batin Dara. Ia berpikir bahwa laki-laki ini sedikit gila, bahkan tidak bisa mengontrol emosinya.

"Tuan, biarkan aku pergi," pinta Dara.

Seketika, tatapan tajam dari tuan Lingga mengarah padanya. Dara tidak berani menatap kembali, yang ia bisa lakukan hanya menurut pada laki-laki itu. Ia akan pergi ketika pria ini lengah. Dengan lembut, tuan Lingga mengobati lukanya. Sampai Dara merasa begitu bingung.

Kadang baik kadang juga menyeramkan, semacam memiliki dua kepribadian. Tapi, ia harus hati-hati menghadapi orang sepertinya. Ia juga harus mencari tahu apa penyebabnya sampai tuan Lingga jadi seperti ini?

Hingga Dara malah tertidur di kasur milik tuan Lingga, dan keduanya pun tertidur bersama.

Keesokan harinya.

Dara terbangun lebih awal, ia terkejut sudah tidur di kamar ini. Ia melihat tubuhnya sendiri, ia pun bernapas lega. Semalam mereka hanya tidur, tidak terjadi apa-apa. Dara pun melihat wajah tuan Lingga, wajah teduh namun begitu menyeramkan jika ia sedang marah.

Hingga akhirnya, Dara pun turun dari kasur secara perlahan. Ia tidak ingin membangunkan pria itu, ia merasakan sakit di bagian bahu. Terkena cambukkan dari gesper sabuk.

"Auh ... Sakit, lirihnya. Ia pun melihat luka itu, terlihat memerah.

Ia pun berhasil keluar dari kamar itu. Pas ia di luar kamar, ia bertemu dengan Hugo. Hugo pun terkejut. Bagaimana bisa wanita itu keluar dari kamat tuannya, apa semalam terjadi sesuatu sampai wanita itu berada di sana? Hugo juga melihat luka di tangan gadis itu.

"Kenapa tanganmu? Apa semalam terjadi sesuatu?" tanya Hugo pada Dara.

Dara terdiam, ia tak menjawab karena ia kira Hugo pasti tahu dengan lukanya itu.

"Nona," panggil Hugo kembali. Dara tak menggubrisnya, ia malah dengan cepat meninggalkan kamar itu. Ia takut tuan Lingga seperti semalam. Setelah kepergian Dara, Hugo masuk ke dalam kamar tuannya. Ia melihat sang tuan tengah tertidur.

Ia juga melihat ikat pinggang yang tergeletak di atas lantai, lalu meraih benda tersebut. Pria itu menggelengkan kepalanya seraya menatap sabuk itu, mungkin benda ini yang sudah membuat gadis itu terluka.

"Hugo, mana gadis itu?" tanya tuan Lingga yang baru saja membuka matanya.

"Sudah keluar," jawab Hugo. "Apa Tuan melakukannya lagi?" tanyanya seraya meletakkan sabuk itu di atas nakas.

Tuan Lingga menghela napas dengan kasar seraya mengusap wajahnya. Kenapa ia selalu tak bisa mengontrol diri? Kejadian 20 tahun silam membuatnya trauma. Ia ingat betul di mana sang ibu memperlakukan sang ayah dengan kasarnya.

Sampai sang ayah sering sakit-sakitan karena terus disiksa oleh istrinya sendiri. Dari rasa trauma itu menimbulkan sikap dingin, kejam, dan angkuh pada dirinya. Kerap membuat orang yang tidak bersalah menjadi korbannya. Seperti yang dilakukannya pada Dara semalam.

"Suruh dia temui saya," pinta Lingga pada Hugo.

"Baik, Tuan." Hugo pun undur diri dari hadapan tuannya, lantas menemui gadis itu.

Tok, tok, tok

Hugo mengetuk pintu kamar Dara. Gadis itu melihat ke arah pintu seraya mengerutkan alisnya. Siapa yang datang? Ia pun beranjak dan membuka pintu, dilihatnya Hugo di sana.

"Ada apa, Tuan?" tanya Dara.

"Saya diperintahkan untuk mengatakan, bahwa Nona di suruh ke kamar Tuan Lingga."

Dara menggelengkan kepalanya, untuk saat ini ia tidak mau bertemu dengan pria itu, Dara masih takut akan kejadian semalam.

"Tapi Nona harus segera menuinya, jangan buat dia marah. Saya takut kejadian semalam terulang," kata Hugo.

Dara membulatkan matanya, berarti pria ini pasti tahu dengan tuannya. Sikapnya begitu aneh, kadang baik, kadang juga dingin.

"Tuan Lingga sebenarnya kenapa?" tanya Dara kemudian.

"Apanya yang kenapa?" sahut tuan Lingga seraya menatap tajam. Ia paling tidak suka ada orang yang menganggapnya aneh.

Tuan Lingga menghampiri Dara, lalu menarik tangannya dengan kasar.

Dara begitu kesakitan, apa lagi dengan luka di tubuhnya.

"Sakit, Tuan." Rintihnya seraya mencekal tangannya dengan tangan yang satunya lagi, seolah menahan tarikan dari tuan Lingga.

"Kamu pikir saya laki-laki aneh?"

Hugo tidak bisa berbuat apa-apa, ia takut sikap tuan Lingga malah bertambah kasar pada Dara.

"Tuan, tolong lepaskan." Gadis itu terus ditarik paksa, tuan Lingga membawa wanita itu ke ruangannya.

Setelah Hugo tahu tujuan Dara dibawa, ia pun mencoba menahan aksi tuannya itu.

"Tuan, sadar Tuan. Dia Dara, gadis yang Tuan selamatkan kemarin," ucap Hugo.

Seketika, tuan Lingga menghentikan langkahnya. Mengingat siapa wanita ini?

"Siapa dia memangnya, Hugo?"

"Dia gadis yang waktu dulu Tuan selamatkan, gadis yang di siksa oleh Tante-nya waktu itu," jelas Hugo.

Tuan Lingga melihat wajah gadis itu, kenapa ia tak bisa mengingatnya? Yang ada, ia malah membencinya ketika gadis itu melakukan kesalahan padanya.

Tuan Lingga pun pergi begitu saja, Hugo bernapas lega. Gadis ini masih bisa diselamatkan.

"Tuan, bisakan Anda menjelaskannya?" pinta Dara pada Hugo.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ratu Sevdah Ig: @ratu_sevdah

Ratu Sevdah Ig: @ratu_sevdah

,ih ngeri kali yah Wak

2021-10-06

0

Nyai Bar Bar

Nyai Bar Bar

kesalahan apa,yg membuat seorang wanita menyiksa seorang pria,,

2021-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!