Mengusir yang mengusik

"Terimakasih atas pujiannya," ucap Dara.

Karena tuan Lingga harus ke kantor, ia pun segera beranjak dari tempatnya. "Kamu di rumah saja, jangan ke mana-mana," kata Lingga.

Dara mengangguk patuh, gadis itu sudah dibeli olehnya. Mau tak mau ia harus menuruti semua perintahnya. Tuan Lingga menghubungi Hugo lewat ponselnya, menyuruhnya untuk segera bersiap, karena ia akan berangkat sekarang juga. Padahal Hugo sudah standbay di tempat. Berada di dalam mobil yang kini sedang duduk menunggu sang Tuan datang.

Tuan Lingga pun sudah memunculkan jati dirinya. Hugo segera keluar dari dalam mobil, membukakan pintu untuk tuannya itu.

"Silahkan, Tuan." Hugo mempersilahkan tuannya masuk seraya membungkukkan tubuhnya memberi hormat. Kewajiban yang harus ia lakukan, sudah beberapa tahun ini ia mengabdi pada tuannyanya. Karena tuan Lingga yang menanggung biaya keluarganya. Hugo sendiri masih lajang sama seperti tuan Lingga.

Tuan Lingga enggan memiliki kekasih, karena ia tak percaya akan namanya wanita. Beberapa wanita sempat Hugo kenalkan padanya, namun, si wanita hanya ingin hartanya. Para wanita itu tahu sikap sisi kejam tuan Lingga, hingga pada akhirnya mereka semua tak sanggup menghadapi pria yang mengidap bipolar.

"Sebelum ke kantor, kita ke rumah Nyonya Mery. Saya ingin memastikan bahwa rumah yang di tempatinya harus sudah kosong karena rumah itu milik Dara," ucap tuan Lingga setibanya di dalam mobil.

Hugo yang berada di kursi kemudi pun mengangguk, dan langsung menjalankan mobilnya menuju rumah Dara yang di tempati Nyonya Merry.

Diam-diam, tuan Lingga menyuruh seseorang untuk menyelidiki Nyonya Merry. Betapa serakahnya wanita itu, bahkan ia tega menjual keponakannya sendiri hanya untuk menguasai seluruh kekayaan yang dimiliki Dara hasil peninggalan orang tuanya, bahkan wanita itu sudah membohongi Dara mengatakan bahwa perusahaannya sudah bangkrut dan tidak lagi menghasilkan uang.

Tak lama lagi, tuan Lingga dan Hugo sampai di rumah itu. Dalam perjalanan, mobil yang ditumpangi tuan Lingga dipepet oleh mobil dari arah belakang. Hugo sendiri sampai terkejut, mobilnya terkena gesekan dibagian body samping sampai mobil itu lecet seketika.

"Apa sudah tidak waras!" kata Hugo. "Apa perlu saya kejar mobil itu, Tuan?" tanya Hugo kemudian pada tuannya.

"Fokus saja pada tujuan kita!" Tuan Lingga ingin cepat sampai di rumah itu, ingin segera bertemu dengan wanita kejam itu.

Tuan Lingga tidak suka dengan wanita kasar sepertinya, kasar seperti ibunya. Hingga ia harus mengalami trauma yang begitu membuatnya tersiksa.

Dan mereka pun sampai di rumah itu. Tanpa menunggu lama lagi tuan Lingga turun dari mobilnya dan langsung masuk ke dalam sana.

Pintu langsung saja terbuka, karena pintu itu memang tidak terkunci. Merry yang sedang bersama anaknya langsung menoleh ke arah pintu. Sylia langsung berdiri karena ia melihat makhluk ciptaan Tuhan yang begitu sempurna.

"Ma, apa dia tamu Mama?" tanya Sylia, ia terus menatapkan matanya pada tuan Lingga sampai tak berkedip.

Nyonya Merry begitu terkejut melihatnya. Ia sendiri sudah berjanji akan meninggalkan rumah itu, tapi kenyataannya ia masih berada di sana. Menempati rumah itu. Tanpa sepengetahuan Dara, tuan Lingga tak hanya mengeluarkan uang untuk Dara. Ia juga membeli rumah dan saham perusahaan milik Dara, ia lakukan itu semua ketika ia berada di titik normal. Sepulang pelelangan kemarin, tuan Lingga pergi bersama sekretarisnya untuk mengurus itu semua.

Entah kenapa, tuan Lingga ingin menolong Dara. Tapi terkadang, ketika ia sedang kambuh, ingatannya seolah hilang. Yang ada hanya kemarahan yang membuncah dalam dirinya.

Sylia menghampiri tuan Lingga, Merry hendak mencoba melarangnya. Namun, Sylia begitu lincah menggerakan tubuhnya, hingga dengan cepat wanita itu sudah berada di samping tuan Lingga. Menatapnya dari samping.

"Kenapa kalian masih berada di sini?" tanya tuan Lingga, ia ingat betul dengan janji yang diucapkan Nyonya Merry padanya.

"Saya ingin, rumah itu harus kosong dalam tiga hari," ucap tuan Lingga pada Nyonya Merry yang tengah menangkup sebuah koper yang berisikan uang. Uang yang cukup banyak.

"Iya, Tuan. Saya akan segera pergi dari sana," jawab Merry. Itu janji Nonya Merry setelah menerima uang banyak dari tuan Lingga.

Kerongkongan nyonya Merry seakan kering. Ia sudah ingkar pada janjinya. Tubuh wanita itu sudah bergetar, ia tahu akan sikap tuan Lingga yang kejam. Ia sengaja mengundang tuan Lingga pada acara pelelangan itu, dan ternyata, rencananya berjalan sempurna. Andara sudah bersama tuan Lingga, yang sudah dipastikan wanita itu tak akan mungkin bisa kemana-mana. Dengan bebasnya nyonya Merry bisa melakukan apa pun sesuka hatinya.

Tapi sayang, tuan Lingga tidak mudah mengabaikan rumah itu.

"Iya, Tuan. Hari ini juga kami akan pergi," kata nyonya Merry.

"Apa maksud Mama? Kenapa kita harus pergi dari sini?" tanya Sylia.

Tanpa menjawab pertanyaan Sylia, nyonya Merry langsung mendekati anaknya dan langsung menarik tangannya untuk segera mengemas barang-barang miliknya.

"Ma ... Kenapa kita harus pergi?" tanya Sylia kembali.

"Sudah, jangan banyak tanya. Kamu kemas semua barang-barangmu."

"Aku gak mau! Kalau kita pergi, kita akan tinggal di mana, Ma? Lagian, inikan rumah Dara," ucapnya dengan kesal.

"Mama sudah menjual rumah ini padanya."

"What? Dijual? Lalu mana uangnya? Mama kok gak bagi-bagi sama aku sih!" kesalnya lagi.

"Uangnya Mama kasih ke juragan Murak, melunasi hutang-hutang kita. Sisanya, Mama beliin rumah. Cepatlah, kemas semuanya!"

Walaupun kesal, Sylia tetap memasukkan semua baju-bajunya ke dalam koper. Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali menemui tuan Lingga. Berjalan berbarengan, disaat itu pula nyonya Merry membisikkan sesuatu pada anaknya.

"Dia Tuan Lingga yang berani membayar mahal Dara."

Seketika, mata Sylia langsung menatap wajah mamanya, penuh dengan pertanyaan yang ingin ia lontarkan. Kenapa Dara selalu beruntung? Pikir sylia, ia juga mau dilelang kalau prianya setampan tuan Lingga.

"Jangan sampai kalian kembali, apa lagi berani muncul di hadapanku!" kata tuan Lingga dengan sikapnya yang dingin.

Nyonya Merry dan Sylia pun langsung pergi dari hadapan tuan Lingga. Setelah dua perempuan itu pergi, tuan Lingga pun langsung pergi. Ia akan ke kantor menyelesaikan permasalahannya di sana.

Sedangkan Hugo, pria itu tidak tahu akan rumah ini. Ia pun tak banyak bertanya dan langsung saja bergegas ke arah mobil yang akan ia tumpangi bersama tuannya.

***

Tuan Lingga sampai di kantor, tugas Hugo pun sampai di sini. Pria itu segera kembali ke rumah yang di tempati Dara sekarang. Dalam perjalanan, ia terus memikirkan soal kejadian tadi.

"Apa rumah itu milik Nona Dara? Dan perempuan tadi memang Tante-nya," ucap Hugo sendiri yang sedang mengemudi mobilnya.

Hingga sampailah ia di rumah milik tuan Lingga.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Rosmawati Intan

Rosmawati Intan

susah klu orng serakah .tak ada malu nya

2021-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!