Dendam Jadi Cinta
"Dimana wanita sialan itu?" tanya Riuga kepada anak buahnya dari balik telepon.
"Dia ada di sebuah klub malam Tuan. Sepertinya dia bekerja di sini sebagai wanita penghibur!" sahut Malik yang merupakan anak buah Riuga. Dia bertugas mencari informasi tentang seorang wanita yang sudah bertahun-tahun dicari oleh Tuannya itu.
"Kau yakin kalau dia adalah wanita yang aku cari selama ini?" tanya Riuga memastikan kalau wanita yang dikatakan anak buahnya itu adalah wanita yang dia cari.
"Benar Tuan, kami sudah menyelidiki identitas wanita itu. Semua sesuai dengan petunjuk yang Tuan berikan!" Malik mengatakan semuanya dengan sangat yakin.
"Baiklah, pantau terus wanita jal*ng itu. Jangan sampai kehilangan jejak. Aku akan segera ke sana!" perintah Riuga sembari mematikan sambungan teleponnya.
"Soni, siapkan mobil untukku!" perintah Riuga kepada asisten pribadi sekaligus sopir pribadinya itu.
"Baik Tuan," sahut Soni sembari berjalan meninggalkan ruangan dan segera mengambil mobil sesuai perintah Riuga.
Di dalam perjalanan menuju klub, Riuga mulai tersenyum dengan sinis sembari menatap layar ponsel yang sedang menyala di tangannya.
Sejenak senyuman di wajah Riuga itupun hilang dan berubah menjadi kesedihan saat memandangi foto kenangan papa dan mamanya yang dia simpan di galeri ponselnya.
"Jika saja wanita jal*ng itu tidak hadir di dalam kehidupan kalian, aku dan adikku tidak akan hidup sekeras ini. Dia telah menghancurkan keluargaku, dia harus membayar lunas dengan nyawanya sendiri!" batin Riuga yang telah lama menyimpan dendam akan kematian kedua orang tuanya.
Sesampainya di klub malam, Riuga sudah ditunggu oleh Malik tepat di pintu gerbang.
"Selamat malam Tuan." sapa Malik menyambut kedatangan Riuga yang masih duduk di dalam mobilnya.
"Dimana dia?" tanya Riuga sembari membuka jendela mobilnya.
"Dia masih di dalam Tuan." sahut Malik dengan jari yang menunjuk ke arah pintu masuk klub.
"Seret dia dan bawa ke gudang. Ingat, jangan sampai meninggalkan jejak. Aku akan menunggu kalian di sana!" perintah Riuga sembari menutup kembali kaca mobilnya.
"Baik Tuan." Malik berjalan meninggalkan mobil Riuga dan melangkah kembali ke dalam klub malam itu.
Mobil mewah Riuga itupun dengan cepat melaju ke sebuah gudang tua yang berada sangat jauh dari pemukiman penduduk.
Di dalam klub malam, Sania tengah mengganti pakaiannya di ruang ganti. Karena shiftnya malam ini sudah selesai, dia berniat untuk segera pulang karena sudah sangat lelah melayani tamu seharian.
Sania keluar dari klub malam dan berdiri di pinggir jalan sembari menunggu ojek langganannya yang sudah biasa mengantar jemputnya setiap hari.
"Ahh... Siapa kalian?" teriak Sania sembari meronta ronta saat ditarik paksa oleh dua orang yang tidak dia kenal dan masuk ke dalam mobil.
"Diam, atau aku akan menembak kepalamu ini sampai pecah!" ancam Malik yang tengah menodongkan senjata apinya tepat di kepala Sania.
Sania mulai menggigil ketakutan. Dia tak sanggup untuk berkata-kata lagi, apalagi memberontak. Dia hanya bisa pasrah sembari meneteskan air matanya.
"Siapa mereka, apa yang mereka inginkan dariku?" batin Sania yang tidak kenal sama sekali dengan orang-orang yang telah menculiknya itu.
Sesampainya di depan sebuah gudang tua, Malik turun bersama dua orang temannya dan menyeret paksa Sania masuk ke dalam gudang tua tersebut.
"Dimana ini, kenapa kalian membawaku kesini?" tanya Sania yang sudah ketakutan melihat tempat yang sangat menyeramkan itu.
Malik dan teman-temannya tidak menghiraukan pertanyaan Sania sama sekali. Mereka hanya memberikan senyuman yang sangat menakutkan ke arah Sania.
"Ini wanita itu Tuan." ucap Malik sembari melempar tubuh Sania ke sebuah sofa lapuk yang ada di dalam ruangan.
"Ahh,..." Sania menjerit menahan rasa sakit di kepalanya yang membentur ujung sofa.
"Kerja yang bagus, prok, prok, prok." Riuga memberikan tepuk tangan karena merasa puas dengan kinerja anak buahnya.
Malik dan teman-temannya kembali berjalan meninggalkan Riuga bersama Sania di dalam ruangan itu.
Riuga menatap ke arah Sania dengan tatapan yang sangat mematikan. Ingatannya kembali kepada kedua orang tuanya yang membuat jiwa binatangnya mengaung seketika.
"Siapa kau, kenapa kau menyekap ku seperti ini? Aku bahkan tidak mengenalimu sama sekali." teriak Sania yang tidak mengenal orang-orang yang telah menyakitinya itu.
Riuga berjalan mendekati Sania yang tengah terduduk lesu diujung sofa. Tatapannya kembali terlihat tajam yang membuat Sania semakin ketakutan.
"Hahahaha... Dasar wanita jal*ng!" bentak Riuga sembari mengangkat dagu Sania dengan kasar.
"Lepaskan aku, ahh... Apa yang kau inginkan dariku? Biarkan aku pergi dari sini!" teriak Sania yang merasa kesakitan dengan apa yang telah dilakukan Riuga terhadap dirinya.
"Jangan mimpi!" sahut Riuga yang sudah tidak sabar ingin menghabisi wanita itu dengan tangannya sendiri.
"Apa salahku padamu, kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Sania dengan raut wajah memelas mengharapkan belas kasihan.
"Bram Wijaya. Apa kau tidak mengenali laki-laki itu?" tanya Riuga sembari tersenyum dengan sinis ke arah Sania.
"Apa, Bram Wijaya?" sahut Sania yang terkejut mendengar nama itu.
"Kenapa, kau kaget mendengar nama itu?" tanya Riuga sembari menarik rambut Sania yang terurai panjang dengan kasar.
"Kenapa kau mengenalnya, siapa kau sebenarnya?" tanya Sania dengan tatapan kebingungan ke arah Riuga.
"Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah papaku. Dan kau adalah wanita jal*ng yang sudah menghancurkan keluargaku. Karena dirimu, aku harus kehilangan orang yang aku sayangi di usia yang masih sangat muda!" ucap Riuga sembari mengeluarkan senjata api dari dalam saku celananya.
"Apa, Bram sudah tiada?" gumam Sania dengan raut wajah kaget bercampur sedih.
"Jangan memperlihatkan wajah sedih mu itu di depan ku. Aku tidak akan mengasihani mu sedikitpun!" bentak Riuga yang sudah tidak sabar ingin melenyapkan wanita yang ada di depannya itu.
Sejenak Sania terdiam setelah mendengar ucapan Riuga. Dia benar-benar tidak menyangka kalau orang yang pernah dicintainya itu, sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Perasaan sedih itupun semakin menjadi-jadi saat Sania menatap wajah Riuga yang terlihat memiliki kemiripan dengan Bram ayahnya.
"Sudahlah, aku tidak ingin berlama-lama memainkan drama ini. Sekarang sudah saatnya kau menebus semua kesalahan yang telah kau lakukan kepada keluargaku!" ucap Riuga sembari mengarahkan senjatanya tepat di kening Sania.
"Jangan, tolong jangan lakukan ini. Kau telah salah paham kepadaku. Aku bisa menjelaskan semuanya!" teriak Sania yang sudah menggigil sembari menutup kedua matanya.
"Dorrr..."
Tanpa mendengarkan penjelasan dari wanita itu, Riuga sudah lebih dulu menembak kepala Sania hingga wanita itu tersungkur tepat di kaki Riuga.
Malik dan teman-temannya yang berada di luar pun, saling menatap satu sama lain setelah mendengar suara tembakan dari dalam ruangan.
"Tuan menghabisi wanita itu dengan tangannya sendiri?" gumam Malik sembari menelan air ludahnya dengan cepat.
Riuga merupakan laki-laki yang sangat kejam dan tidak punya hati sama sekali. Dia bahkan tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa siapapun yang berani menentang dirinya.
Kematian kedua orang tuanya, membuatnya harus berjuang keras melanjutkan hidup demi adik perempuannya yang sangat dia sayangi.
Dia bahkan tidak pernah berniat untuk memiliki seorang wanita pun di sampingnya, apalagi menikah. Tujuan hidupnya hanyalah untuk adik perempuannya dan bisnis yang tengah dia jalani saat ini.
Riuga👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
lovely
kejam amattt mati ya di tembak kpla
2022-07-13
0
Gladis🌹
mampir thor🙏
2021-11-07
3
Virushe Aira
terlalu ganteng...
2021-11-04
3