Tata hanya bisa menangis sambil meratapi nasibnya yang begitu buruk. Baru beberapa hari dia kehilangan kontak dengan Sania yang telah membesarkan dirinya selama 10 tahun terakhir, sekarang sudah mendapatkan cobaan yang lebih berat lagi.
"Apa salahku, kenapa hidupku jadi seperti ini? Hiks,..." gumam Tata sembari menangis terisak-isak.
"Hei diam, tidak perlu berakting di depan ku. Wanita j*lang seperti mu memang pantas diperlakukan seperti ini!" ucap Riuga yang mulai kesal mendengar suara tangisan Tata.
"Aku bukanlah wanita j*lang seperti yang kau tuduhkan. Aku masih punya harga diri sebagai seorang wanita. Jangan sembarangan menuduh orang!" teriak Tata yang tidak terima direndahkan oleh laki-laki yang berdiri di depannya itu.
"Cuih... Dasar munafik, jangan berlagak suci di depan ku. Kau dan ibumu sama saja, dasar wanita tidak tau diri. Masih untung aku membiarkanmu tetap hidup, kalau tidak..."
"Kalau tidak apa, hah? Kau ingin membunuhku. Bunuh saja, aku lebih baik mati daripada harus tersiksa seperti ini!" teriak Tata dengan suara semakin lantang.
Riuga terlihat semakin kesal mendengar ucapan Tata yang seperti menantang dirinya.
Dengan cepat Riuga mencoba menepis rasa kesalnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Riuga menyadari kalau yang dihadapinya kali ini adalah seorang wanita yang lemah.
"Mandilah, di dalam lemari sana ada beberapa baju wanita. Mulai hari ini bersiaplah untuk menjadi pelayan ku. Kau tidak akan bisa pergi dari sini sebelum aku yang mengizinkannya!" ucap Riuga sembari berjalan meninggalkan Tata sendirian di dalam kamar.
Riuga yang terkenal kejam dan tidak punya hati itupun memilih untuk pergi dari hadapan Tata. Bagaimanapun dia tidak ingin menyakiti seorang wanita yang tidak berdosa seperti Tata.
Riuga masuk ke dalam kamar yang bersebelahan dengan kamar Tata. Hatinya mulai galau memikirkan wanita yang menjadi pelampiasan dendam nya itu.
Sesampainya di kamar, Riuga segera masuk ke dalam kamar mandi. Tubuhnya yang mulai berkeringat, ditambah dengan emosi yang sudah berapi-api membuatnya ingin segera berendam untuk meredakan kekesalannya.
"Kau bersalah karena terlahir dari wanita j*lang itu. Kau akan menderita seumur hidupmu di sini!" batin Riuga yang tidak ingin melepaskan satupun orang yang berhubungan dengan Sania.
Setelah selesai berendam, Riuga keluar dari kamar mandi dan segera mengenakan pakaiannya. Tubuhnya sudah terasa lebih segar dari sebelumnya. Seketika rasa lapar pun tak bisa dia kendalikan dan segera melangkah menuju ruang makan.
"Bawa wanita itu kesini!" perintah Riuga kepada pelayannya.
"Baik Tuan." ucap seorang pelayan dan bergegas meninggalkan Riuga di ruang makan.
Di dalam kamar, Tata sedang menyisir rambutnya di depan meja rias. Suasana hatinya yang tidak menentu membuatnya tidak bisa berhenti meneteskan air mata.
"Permisi Nona, Tuan meminta anda untuk segera turun ke bawah!" ucap pelayan kepada Tata yang masih menangis di depan cermin.
"Baiklah, terima kasih." sahut Tata sembari menghapus air matanya.
Dengan langkah kaki yang mulai bergetar, Tata berusaha untuk turun dengan tenang. Tetapi raut wajahnya tidak bisa berbohong untuk menutupi ketakutannya.
Sesampainya di meja makan, Tata hanya berdiri mematung di samping pelayan lain tanpa bersuara.
"Kenapa masih berdiri di situ? Ambilkan makanan untukku!" bentak Riuga dengan nada sedikit kasar.
"Ba... Baik Tuan." sahut Tata dengan suara terbata-bata.
Dengan sigap, Tata mulai mengambilkan makanan yang sudah terhidang di atas meja dan memberikannya kepada Riuga.
"I... Ini Tuan." ucap Tata dan kembali berdiri di samping pelayan.
"Kalian pergilah, biar dia yang melayaniku!" perintah Riuga kepada semua pelayan yang berdiri di sana.
Semua pelayan pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan setelah mendapat perintah dari Tuan mereka.
"Kenapa masih berdiri? Duduk disini dan suapi aku!" ucap Riuga dengan tatapan mematikan ke arah Tata.
Melihat tatapan Riuga yang begitu menakutkan, tubuh Tata mulai bergetar tak menentu. Dia bahkan tidak bisa untuk menolak permintaan laki-laki kejam itu.
Dengan langkah tertatih-tatih, Tata mencoba meraih kursi dan duduk sembari meraih piring Riuga.
"Buka mulutmu Tuan!" pinta Tata sambil mengarahkan sendok yang berisi makanan ke arah mulut harimau itu.
Setelah makanan di piring Riuga habis, Tata langsung berdiri dan melangkah kembali menuju kamarnya.
"Mau kemana kau?" tanya Riuga yang membuat Tata segera menghentikan langkahnya.
"A... Aku mau kembali ke kamarku Tuan!" sahut Tata sambil membalikkan tubuhnya.
"Makanlah dulu, setelah itu temui aku di dalam kamar!" ucap Riuga sambil melangkah meninggalkan meja makan.
Mau tidak mau, Tata kembali duduk di kursi dan mengisi perutnya yang memang sudah terasa sangat lapar.
Selesai makan, Tata pun membantu pelayan untuk membereskan meja makan.
"Tidak perlu Nona, biar kami saja yang melakukannya. Nona kembalilah ke kamar, Tuan paling tidak suka menunggu seseorang!" ucap seorang pelayan yang kasihan melihat Tata.
Dengan raut wajah ketakutan, Tata kembali berjalan ke kamar dan menemui Riuga.
"Permisi Tuan." ucap Tata dari depan pintu.
"Masuklah dan tutup kembali pintunya!" sahut Riuga yang sedang berbaring di atas ranjang.
Tata masuk ke dalam kamar sesuai permintaan Riuga dan berdiri di samping ranjang yang tengah ditiduri oleh harimau itu.
"Apa yang bisa aku bantu Tuan?" tanya Tata yang mulai bergetar ketakutan.
Tanpa bersuara, Riuga menarik kasar tangan Tata dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Dengan cepat Riuga menindih tubuh Tata dan menguncinya depan kuat.
"Akhh... Apa yang kau lakukan Tuan? Lepaskan aku!" teriak Tata sambil memberontak melepaskan diri.
"Diam, jangan sampai membuatku bertindak kasar kepadamu!" ancam Riuga yang sudah dikuasai nafsu bejatnya.
"Tolong, jangan lakukan ini. Aku mohon!" pinta Tata sambil menangis mengharapkan belas kasihan dari Riuga.
"Kenapa kau menangis? Wanita j*lang sepertimu tentu saja sudah biasa melakukan hal seperti ini. Berapa harga yang harus aku bayar? Sebutkan saja!" ucap Riuga sembari menghujani leher Tata dengan ciumannya.
"Jangan, tolong lepaskan aku. Aku mohon, aku bukan wanita seperti itu. Tolong, kasihani aku! Hiks..." Tata hanya bisa menangis meminta dikasihani agar Riuga tidak menodainya.
Mendengar tangisan Tata yang seperti itu, membuat Riuga tersadar dari kelakuan bejatnya. Sejenak Riuga terdiam sambil menatap wajah polos yang sangat dekat dengan wajahnya itu.
"Maafkan aku." ucap Riuga sambil beranjak dari tubuh Tata.
Riuga pun bergegas melangkah meninggalkan kamar Tata dan kembali masuk ke kamar di sebelahnya.
"Braaak"
"Apa yang sudah aku lakukan? Dasar bodoh. Aku memang laki-laki yang kejam, tapi aku tidak pernah menyakiti seorang wanita seperti ini. Kenapa aku berani menyentuh wanita itu?" batin Riuga sembari meninju kaca di kamarnya dengan kuat.
"Craang"
"Suara apa itu?" batin Tata yang terkejut mendengar suara pecahan kaca.
Tanpa ragu sedikitpun, Tata mulai menyeka air matanya dan berlari menuju kamar di sebelahnya.
"Apa yang terjadi Tuan? Tanganmu berdarah." tanya Tata sambil memegang tangan Riuga.
"Pergilah, ini bukan urusanmu!" bentak Riuga dengan sangat kasar.
"Tidak Tuan, bukankah mulai hari ini aku adalah pelayanmu. Aku akan mengobati lukamu ini. Tunggu sebentar aku akan mengambil kotak obat!"
Dengan raut wajah panik, Tata berlari keluar meminta kotak obat kepada pelayan lain.
"Kenapa dia sepanik itu? Aku bahkan telah menyakitinya. Harusnya dia membenciku, bukannya khawatir seperti ini." batin Riuga dengan raut wajah bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Saraheyo
thor,,riuganya kurang sangar,,sya pikir agak" berewok " manis gitu 😂😂
2022-09-19
0
lovely
visual ceweknya mna Thour
2022-07-13
1
Gladis🌹
mantap jiwa 👍
2021-11-07
2